Langsung ke konten utama

Adsense

Gelandangan kekar (part 3)

Sore itu kami menikmati pemandangan indah pantai nan eksotik tersebut. Kami mandi air laut, berenang dan melakukan banyak hal di pantai tersebut. Aku sungguh menikmati liburan kami sore itu. Hingga malam pun menjelang.

Aku merasa sangat bahagia bisa menghabiskan waktu berdua bersama Thomas di pantai nan indah tersebut. Semuanya terasa sangat indah.

"terima kasih ya, Ed. Kamu sudah mengajak ku kesini.. Ini sungguh liburan yang luar biasa bagi ku.." ucap Thomas, ketika kami sudah berada di kamar hotel. Saat itu kami sudah selesai mandi dan makan malam.

"aku yang makasih sama kamu, Thom. Karena kamu mau ikut dengan ku. Aku benar-benar merasa bahagia.." balasku tulus.

Thomas tersenyum manis, kemudian ia berkata, "oh, ya.. aku penasaran dengan kalimat yang kamu gantung tadi sore, sebelum kita ke pantai.." ucapnya.

Kami duduk berdampingan di tepian ranjang hotel yang cukup mewah tersebut. Aku dan Thomas sama-sama hanya memakai baju kaos oblong dan celana pendek, karena kami memang sudah berencana untuk segera tidur, dan tidak kemana-mana malam itu.

"kamu ingat, Thom. Kalau kamu pernah ngomong, akan rela melakukan apa saja untuk ku, selama hal itu bisa membuat aku bahagia?" tanya ku membalas ucapan Thomas barusan.

"iya.. aku ingat.. kenapa? Apa ada hal yang bisa aku lakukan untuk mu?" ucap Thomas balik bertanya.

"aku hanya ingin kamu berjanji, kalau kamu tidak akan membenci ku, jika aku mengatakannya.." balasku pelan.

"aku gak mungkin bisa membenci mu, Ed. Kamu terlalu baik padaku. Katakan saja, selama hal itu bisa membuat kamu bahagia.." ucap Thomas lagi.

"sebenarnya.. aku sayang banget sama kamu, Thom. Aku jatuh cinta sama kamu. Bahkan mungkin sejak pertama kali kita bertemu." aku menarik napas sejenak.

"aku tahu ini salah. Aku tahu, kamu laki-laki normal. Tapi aku tidak bisa lagi membendung semua perasaan ini, aku sangat mencintai kamu, Thom. Lebih dari apa pun di dunia ini.." lanjutku penuh perasaan.

Thomas terdiam. Dia terlihat sedang berpikir keras. Aku tahu, Thomas pasti tidak akan menduga hal tersebut. Dan dia pasti sedang berusaha untuk mencerna kalimat ku barusan.

"aku tahu.." desahnya pelan. "aku sudah bisa menduga hal ini dari awal. Karena tidak ada seorang pun yang bisa sebegitu baiknya kepada orang lain, jika tidak ada sesuatu yang harus ia perjuangkan." lanjutnya, di luar dugaan ku.

"maafkan aku, Thom. Jika semua yang aku lakukan selama ini untuk mu, itu hanya karena aku mencintai mu. Tapi jujur saja, aku tulus melakukannya. Aku tak berharap, kamu akan membalas cinta ku. Aku mengatakan ini, hanya ingin agar kamu tahu, kalau aku menyayangi mu lebih besar dari aku menyayangi diri ku sendiri." ucapku kemudian.

Ada jeda beberapa saat. Thomas masih terlihat sedang berpikir. Aku tak bisa menebak apa yang ada dalam pikiran Thomas saat ini. Apakah ia bisa menerima semua itu, atau justru ia mulai jijik melihat ku? bathin ku jadi penuh tanya.

"jadi gimana, Thom? Apa kamu mau menerima cinta ku?" tanyaku penasaran.

"kamu sudah sangat baik padaku, Ed. Kamu juga sudah membantu ku bangkit dari keterpurukan. Segala perhatian mu padaku selama ini, sebenarnya sudah mampu membuka hati ku. Aku menyadari, kalau aku juga sayang sama kamu.." Thomas melirik ku sekilas.

"tapi rasa sayang ku sama kamu, hanyalah rasa sayang seorang sahabat, tidak lebih. Aku menyayangi mu sebagai seorang sahabat, Ed. Dan seperti yang kamu tahu, kalau aku sudah pernah menikah dan juga sudah punya anak. Jadi tak mudah bagi ku, untuk bisa menerima semua ini begitu saja." Thomas menarik napas sejenak.

"jujur saja, ini merupakan sesuatu yang cukup aneh bagi ku. Belum pernah sebelumnya aku sedekat ini dengan seorang laki-laki. Dan sebagai laki-laki normal, aku belum siap untuk jatuh cinta pada seorang laki-laki juga." Thomas melanjutkan kalimatnya.

"tapi karena kamu sudah begitu baik padaku, dan karena aku juga sudah berjanji, akan rela melakukan apa saja untuk membuat kamu merasa bahagia. Aku akan mencobanya. Aku akan belajar untuk bisa mencintai kamu. Tapi aku ingin melakukannya secara perlahan saja. Dan aku juga tidak ingin kamu terlalu berharap lebih padaku.." Thomas berucap lagi.

Setengah hati ku merasa senang mendengarnya, setidaknya Thomas tidak membenci ku karena semua ini. Namun setengah hati ku lagi merasa kecewa, karena setelah semua yang aku lakukan untuknya, ternyata hal itu, masih belum mampu membuatnya jatuh cinta padaku. Dan aku harus berjuang lebih keras lagi.

****

"terima kasih ya, Thom. Karena kamu mau menghargai perasaan ku, dan kamu mau mencobanya. Kamu juga mau belajar untuk mencintai ku. Aku harap ini adalah awal yang baik untuk hubungan kita. Dan kalau pun semua ini harus berakhir, aku harap kamu tidak akan membenci ku." ucapku kemudian, setelah untuk beberapa saat kami hanya saling terdiam.

"sekali pun aku tidak bisa mencintai kamu seperti yang kamu harapkan. Aku janji, aku tidak akan pernah membenci kamu, Ed. Kamu adalah sahabat terbaik dalam hidup ku. Dan maafkan aku, karena belum bisa memenuhi keinginan mu secara utuh. Semoga saja, nanti suatu saat, hati ku akan terbuka untuk bisa mencintai kamu." balas Thomas pelan.

'aku akan melakukan apa pun, Thom. Untuk bisa membuat kamu jatuh cinta pada ku.' tekad ku dalam hati. Biar bagaimana pun, aku harus bisa memiliki Thomas, seutuhnya. Hati dan raganya.

"bolehkah malam ini, aku memelukmu, Thom?" tanyaku hati-hati, takut Thomas akan tersinggung.

"jika hal itu bisa membuat kamu bahagia, Ed. Maka lakukanlah. Malam ini, aku milik mu seutuhnya. Dan semoga saja, hal ini bisa mengubah perasaan ku padamu." balas Thomas, di luar dugaan ku.

Aku merasa bahagia mendengar hal itu. Meski pun masih butuh perjuangan yang lebih besar dan lebih keras lagi, aku cukup merasa bahagia, karena Thomas masih memberikan aku kesempatan untuk bisa meluluhkan hatinya.

Dan malam itu aku berusaha, memberikan yang terbaik untuk Thomas. Membuktikan betapa besar aku mencintainya. Betapa aku memuja dan menyanjungnya sepenuh hati ku. Aku serahkan seluruh jiwa dan raga ku untuk Thomas.

Ku berikan segala servis terbaik untuknya. Ku berikan Thomas pengalaman terindah, yang tak akan pernah ia lupakan. Ku jadi kan ia raja malam itu. Raja akan raga ku, yang haus akan kasih sayangnya. Ku bawa dia berlayar dalam lautan cinta yang indah.

Kebahagiaan ku terasa begitu sempurna malam itu. Cinta yang sudah lebih dari setahun aku pendam. Kini seakan menjadi nyata. Khayalan indah ku tentang Thomas selama ini, kini telah terwujud. Meski pun aku tahu, Thomas melakukannya hanya sekedar untuk menghargai perasaan ku.

Dan aku berusaha untuk memberikan kesan yang indah pada Thomas, agar ia bisa jatuh cinta padaku. Agar ia mau membuka hati nya untuk ku. Agar ia bisa menjadi milik ku seutuhnya.

****

Sepulang dari liburan yang singkat dan penuh kesan tersebut, kami kembali melakukan aktivitas kami seperti biasa. Membuka toko, melayani pelanggan dan mengobrol seperti biasa.

Thomas seperti sengaja menghindari pembicaraan serius dengan ku. Saat malam pun, ia langsung menuju kamarnya, tanpa memberikan aku kesempatan untuk sekedar mengucapkan selamat malam padanya.

Tapi aku berusaha untuk mengerti. Mungkin Thomas memang butuh waktu untuk sendiri. Ia mungkin masih belum bisa menerima semua perubahan tersebut. Thomas pasti sangat dilema saat ini. Dan aku harus bisa memaklumi nya.

Meski pun aku sangat merindukannya. Aku ingin sekali mengulangi kejadian indah saat kami liburan tersebut. Saat pertama kali aku melakukan hal tersebut bersama Thomas.

Namun aku harus bisa menahan semua keinginan ku tersebut. Karena sepertinya Thomas, masih belum bisa menerima kehadiran ku sebagai orang yang sangat mencintai nya. Aku hanya harus bersabar dan berjuang lebih keras lagi.

Suatu saat, aku sengaja membelikan Thomas sebuah jam tangan mahal, yang sudah menjadi impiannya sejak lama. Aku harus mengurasa tabunganku untuk bisa membeli jam tersebut. Kebetulan juga Thomas sedang berulang tahun waktu itu.

"wah... terima kasih ya, Ed. Ini jam impian ku sejak lama..." ucap Thomas terlihat sangat senang, "dalam rangka apa nih? Kamu tiba-tiba ngasih aku hadiah semahal ini?" lanjutnya bertanya.

"kamu kan hari ini ulang tahun, Thom. Jadi aku berinisiatif untuk memberi kamu hadiah. Semoga kamu suka ya. Dan selama ulang tahun ya, Thom. Panjang umur dan bahagia selalu.." balas ku penuh perasaan.

"aku suka, Ed. Sekali lagi terima kasih banyak ya.. kamu adalah sahabat ku yang terbaik.." ucap Thomas masih dengan nada senangnya.

Sahabat? Dia masih menganggap ku sahabat? bathin ku sedikit kecewa.

****

Tiga bulan berlalu, semenjak kejadian indah waktu di hotel tersebut. Tiba-tiba pada suatu malam, Thomas mengetuk pintu kamarku. Sesaat sebelum aku hendak tertidur malam itu.

"ada apa, Thom?" tanyaku saat aku sudah membukakan pintu untuknya.

"aku boleh masuk?" tanya Thomas, sengaja mengabaikan pertanyaan ku.

Tanpa mengucapkan sepatah kata, aku membukakan pintu lebih lebar dan mempersilahkan Thomas masuk dengan gerakan tangan ku. Thomas langsung masuk dan duduk di sisi ranjang.

"aku mau ngomong sesuatu sama kamu, Ed. Tapi kamu jangan marah, ya.." ucap Thomas sedikit lirih.

"kamu ngomong aja, Thom. Aku pasti gak bakal marah, kok." balasku mulai merasa tidak enak. Aku udah bisa menebak apa yang ingin Thomas sampaikan padaku.

"sebelumnya aku minta maaf, Ed. Mungkin kamu akan menganggapku sebagai laki-laki yang tidak tahu terima kasih.." Thomas menarik napa beberapa kali.

"karena.. karena... setelah semua kebaikan mu padaku selama ini, setelah semua perhatian mu padaku selama ini. Aku... aku .. tetap tidak mampu untuk bisa jatuh cinta sama kamu, Ed. Aku sudah berusaha, tapi tetap saja, aku tidak bisa.. maafkan aku..." Thomas melanjutka kalimatnya dengan sedikit terbata, suaranya begitu lirih.

Dan hati ku terasa teriris mendengar hal tersebut. Padahal aku sudah sangat berharap...

"aku sudah memikirkan hal ini selama berbulan-bulan, Ed. Aku sudah berusaha meyakinkan dirku, kalau kamu adalah yang terbaik untuk ku. Tapi setiap kali aku mencoba membayangkan dirimu, hati ku selalu meronta, menolak kehadiranmu sebagai kekasih. Aku gak bisa, Ed..."

"seandainya saja kamu bukan seorang laki-laki, aku mungkin akan bisa menerimanya. Tapi... kita ini sama-sama laki-laki, Ed. Akan dibawa kemana hubungan seperti ini. Dan terlepas dari itu semua, aku juga tidak bisa menerima seorang laki-laki sebagai kekasih ku."

"biar bagaimana pun aku ini laki-laki normal, Ed. Aku tidak bisa mengubah hal itu. Meski pun kamu telah melakukan banyak hal untuk ku. Tapi tetap saja aku gak bisa.. sekali lagi.. maafkan aku, Ed.. Maafkan aku..." Thomas mengakhiri kalimatnya dengan sedikit terisak.

Air mata dengan pelan mulai jatuh membasahi pipi ku. Aku tidak bisa menahannya lagi. Penolakan Thomas benar-benar membuat aku terluka dan kecewa. Thomas juga ikut menangis, mungkin ia merasa sangat bersalah.

Tapi apa yang bisa aku lakukan lagi? Aku tidak bisa memaksa Thomas untuk mencintai ku. Aku harus menghargai pilihannya. Dan hal itu yang membuat aku merasa sakit.

"besok pagi aku akan pindah, Ed. Aku sudah mengumpulkan uang, dari hasil gaji yang aku terima dari kamu selama ini. Dan aku akan membuka usaha ku sendiri. Kita mungkin tidak akan pernah bertemu lagi. Karena aku tidak ingin memberi harapan apa pun pada mu. Aku ingin kamu bisa melupakan ku, selamanya.." Thomas berucap lagi, suaranya pilu.

Kali ini aku semakin terisak. Aku bukan saja gagal membuat Thomas jatuh cinta padaku. Aku juga gagal membuat ia tetap bertahan disini. Aku gagal menjadi kekasihnya, aku juga gagal menjadi sahabatnya. Dan aku akan kehilangan Thomas untuk selamanya.

"tak bisakah kau hanya tinggal, Thom? Aku tidak akan memaksa mu untuk mencintai ku. Aku hanya ingin kamu tetap disini. Aku ingin kita tetap menjadi sahabat..." suara ku terisak, perih sekali rasanya.

"maafkan aku, Ed. Aku benar-benar gak bisa. Aku tahu bagaimana sakitnya, hidup bersama orang yang kita cintai, sementara kita tahu, kalau orang itu tidak mencintai kita. Mungkin jika kita berpisah, pasti akan lebih menyakitkan bagi mu.."

"tapi percayalah, hanya dengan kita tidak pernah bertemu lagi, kamu akan mudah untuk melupakan ku. Kamu akan berterima kasih padaku untuk hal ini, suatu hari nanti. Karena memang inilah yang terbaik untuk kita..." balas Thomas mencoba memberikan penjelasan pada ku.

Tapi aku benar-benar tidak bisa menerimanya. Keputusan Thomas benar-benar membuat aku sakit dan patah. Aku tidak bisa membayangkan hidup ku tanpa dirinya lagi.

"aku mohon, Thom... tetaplah disini.." ucapku menghiba. Aku benar-benar tidak tahu lagi, harus mengatakan apa.

Tapi Thomas tidak menggubris permohonan ku. Ia segera bengkit dan pergi meninggalkan ku yang masih saja terisak.

****

Keesokan paginya, Thomas benar-benar pergi. Bahkan ia pergi tanpa memberitahu ku lagi. Saat aku mencoba masuk ke kamarnya, Thomas sudah tidak ada. Semua barang-barangnya juga sudah tidak ada. Thomas benar-benar pergi. Dan aku hanya bisa menangisi kepergiannya.

Mata ku sudah sembab, karena tak berhenti menangis sejak tadi malam. Aku belum siap kehilangan Thomas. Aku terlalu mencintanya. Dan aku terlalu berharap padanya.

Perjuangan, perhatian dan pengorbanan ku selama ini hanya sia-sia. Aku tetap tidak bisa memiliki Thomas seutuhnya. Meski pun aku sempat merasakan keindahan bersamanya. Tapi rasanya hal itu belum cukup. Karena bukan itu yang aku inginkan.

Aku menginginkan raganya, bukan hanya untuk sesaat, dan bukan hanya untuk satu kali. Aku menginginkannya untuk selamanya. Aku menginginkan hatinya. Aku ingin memilikinya, selamanya.

Tapi sekarang, Thomas telah pergi. Dan aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Aku tidak bisa memaksanya untuk mencintaiku, dan aku juga tidak bisa memaksanya untuk tetap tinggal.

Thomas sudah membuat pilihan dalam hidupnya. Dan aku harus menerima semua itu, sebagai bagian dari perjalanan hidup ku. Oh.. betapa sakitnya menerima kenyataan ini. Mengapa orang yang aku cintai tidak bisa aku miliki?

Mengapa hidup ini tidak adil untuk orang-orang seperti ku? Mengapa dan mengapa?

****

Kisah lainnya :

Gelandangan kekar (part 2)

Gelandangan kekar (part 1) 

Istri ku jadi TKW, aku jadi begini (part 2)

Istri ku jadi TKW, aku jadi begini (part 1)

Nasib cinta penjual nasi goreng (part 3)

Nasib cinta penjual nasi goreng (part 2)

Nasib cinta penjual nasi goreng (part 1)

Akibat jauh dari istri part 5

Akibat jauh dari istri part 4

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita gay : Sang duda tetangga baruku yang kekar

 Namanya mas Dodi, ia tetangga baruku. Baru beberapa bulan yang lalu ia pindah kesini. Saya sering bertemu mas Dodi, terutama saat belanja sayur-sayuran di pagi hari. Mas Dodi cukup menyita perhatianku. Wajahnya tidak terlalu tampan, namun tubuhnya padat berisi. Bukan gendut tapi lebih berotot. Kami sering belanja sayuran bersama, tentu saja dengan beberapa orang ibu-ibu di kompleks tersebut. Para ibu-ibu tersebut serring kepo terhadap mas Dodi. Mas Dodi selalu menjawab setiap pertanyaan dari ibu-ibu tersebut, dengan sekedarnya. Saya dan mas Dodi sudah sering ngobrol. Dari mas Dodi akhirnya saya tahu, kalau ia seorang duda. Punya dua anak. Anak pertamanya seorang perempuan, sudah berusia 10 tahun lebih. Anak keduanya seorang laki-laki, baru berumur sekitar 6 tahun. Istri mas Dodi meninggal sekitar setahun yang lalu. Mas Dodi sebenarnya pindah kesini, hanya untuk mencoba melupakan segala kenangannya dengan sang istri. "jika saya terus tinggal di rumah kami yang lama, rasanya terla

Adik Iparku ternyata seorang gay (Part 1)

Aku sudah menikah. Sudah punya anak perempuan, berumur 3 tahun. Usia ku sendiri sudah hampir 31 tahun. Pernikahan ku baik-baik saja, bahkan cukup bahagia. Meski kami masih tinggal satu atap dengan mertua. Karena aku sendiri belum memiliki rumah. Lagi pula, rumah mertua ku cukup besar. Aku tinggal dengan istri, anak dan kedua mertua ku, serta adik ipar laki-laki yang baru berusia 21 tahun.   Aku bekerja di sebuah perusahaan kecil di kota ini, sebagai seorang karyawan swasta. Gaji ku lumayanlah, cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecil kami. Mertua ku sendiri seorang pedagang yang cukup sukses. Dan istri ku tidak ku perbolehkan bekerja. Cukuplah ia menjaga anak dan mengurus segala keperluan keluarga. Aku seorang laki-laki normal. Aku pernah dengar tentang gay, melalui media-media sosial. Tapi tak pernah terpikir oleh ku, kalau aku akan mengalaminya sendiri. Bagaimana mungkin seorang laki-laki bisa merasakan kenikmatan dengan laki-laki juga? Aku bertanya-tanya sendiri mendengar ka

Cerita gay : Nasib cinta seorang kuli bangunan

Namaku Ken (sebut saja begitu). Sekarang usiaku sudah hampir 30 tahun. Aku akan bercerita tentang pengalamanku, menjalin hubungan dengan sesama jenis. Kisah ini terjadi beberapa tahun silam. Saat itu aku masih berusia 24 tahun. Aku bekerja sebagai kuli bangunan, bahkan hingga sekarang. Aku kerja ikut mang Rohim, sudah bertahun-tahun. Sudah bertahun-tahun juga, aku meninggalkan kampung halamanku. Orangtuaku hanyalah petani biasa di kampung. Kehidupan kami memang terbilang cukup miskin. Karena itu, aku hanya bisa sekolah hingga SMP. Setelah lulus dari SMP, aku mulai bekerja serabutan di kampung. Hingga akhirnya aku bertemu dengan mang Rohim, seorang laki-laki paroh baya, yang sudah sangat berpengalaman di bidang pertukangan. Aku ikut mang Rohim merantua ke kota dan ikut bekerja dengannya sebagai kuli bangunan. Sebagai seseorang yang memiliki kehidupan ekonomi yang pas-pasan, aku memang belumm pernah pacaran, sampai saat itu. Apa lagi sejak aku ikut mang Rohim bekerja. Tempat kerja kami y

Iklan google