Langsung ke konten utama

Adsense

Nasib cinta penjual nasi goreng (part 3)

"saya mau ngomong sesuatu sama kamu, Aby.." ucapku pada Aby. Saat itu warung nasi goreng ku sudah kami tutup.

"mau ngomong apa, bang Zul?" tanya Aby sedikit heran. Karena sejak Aby mengungkapkan perasaannya padaku, aku belum pernah mengajaknya ngobrol sesuatu serius.

"kita ngobronya di kamar ku aja, ya.." ucapku membalas.

"oke.." balas Aby dengan nada sedikit ragu. Karena belum pernah sebelumnya aku mengajak Aby mengobrol di kamar ku.

Dan tanpa menunggu aba-aba dari ku, Aby segera mengikuti langkah ku menuju rumah. Kami pun segera masuk ke kamar ku, dan menutup pintu.

"ada apa sih, bang? Sepertinya sangat serius.." ucap Aby, saat kami sudah duduk berdampingan di atas dipan.

"saya mau jujur sama kamu, Aby. Saya ... saya sebenarnya mulai suka sama kamu. Segala perlakuan baik mu padaku dan juga pada anak ku selama ini, telah mampu membuka pintu hati ku. Aku mulai menyayangi mu. Dan sepertinya aku juga telah jatuh cinta mu. Apa kamu masih mau menjalin hubungan yang lebih serius dengan ku?" ucapku dengan di akhiri sebuah pertanyaan.

Ku lihat Aby tersenyum. Aku yakin, Aby pasti merasa bahagia mendengar itu semua.

"bang Zul serius?" tanya Aby kemudian.

"iya... saya serius. Saya ingin kita menjalin hubungan yang lebih dari sekedar teman dekat.." balasku apa adanya.

Ada kelegaan setelah aku mengungkapkan itu semua. Aku juga gak peduli Aby mau atau tidak. Tapi yang penting aku sudah menyatakan perasaan ku padanya.

"iya... aku mau, bang." ucap Aby. "memang hal inilah yang aku harapkan sejak awal. Bukankah dari awal sudah aku katakan, kalau aku akan selalu mencintai bang Zul, sampai bang Zul mau membuka hati untuk ku." lanjut Aby lembut.

"tapi aku harap, kamu harus bisa menjaga sikap di depan orang-orang, terutama di depan anak ku. Aku tidak ingin orang-orang curiga akan kedekatan kita." ucapku lagi.

"iya, bang. Aku juga tidak ingin orang-orang tahu. Ini hanya akan menjadi rahasia kita berdua." balas Aby.

"jadi mulai sekarang, kamu tidurnya di kamar ku aja, ya.. nanti pagi-pagi kamu baru kembali ke kost." ucapku kemudian.

"menurut saya, akan lebih baik kalau saya tidur di kost aja, bang. Agar orang-orang tidak curiga. Kalau abang memang lagi 'butuh' kita bisa menghabiskan waktu sejenak di kamar abang. Setelah itu, aku akan kembali ke kost lagi.." balas Aby.

"oke.. jika itu menurut mu yang terbaik. Yang penting, kita masih punya waktu untuk berduaan." ucapku membalas.

Lalu kemudian untuk beberapa saat mata kami pun saling pandang. Ada binar kebahagiaan yang aku lihat dari tatapan mata Aby. Senyumnya terlihat begitu tulus. Tiba-tiba saja aku merasakan dada ku berdebar-debar lebih kencang dari biasanya.

"tapi jujur saja, ini adalah pertama kalinya bagi ku, melakukan semua ini dengan seorang laki-laki. Aku juga tidak tahu bagaimana harus memulainya." lanjutku berucap kembali.

"kalau soal itu abang tenang aja. Kita lakukan saja pelan-pelan. Lagi pula kita masih sama-sama belajar, kok. Aku juga belum pernah melakukan ini sebelumnya." balas Aby.

"iya.. tapi kamu yang mulai ya, soalnya aku masih merasa malu.." ucapku sedikit berbisik.

"ah.. bang Zul bisa aja.. Di coba aja dulu, bang. Saya juga belum berpengalaman soalnya." balas Aby dengan sedikit tersipu malu.

Dan akhirnya malam itu, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku melakukan hal tersebut dengan seorang laki-laki. Terasa berbeda sebenarnya. Tapi karena aku sudah lama tidak merasakan hal tersebut, aku malah jadi suka.

Apa lagi, aku dapat merasakan betapa tulusnya semua yang dilakukan Aby padaku malam itu. Dia begitu memanjakan ku. Aku merasa disanjung dan dipuja. Aby benar-benar mampu membuatku terlena dengan segala kelembutannya. Dan aku semakin menyayanginya.

****


Sejak malam itu, aku dan Aby pun resmi menjalin hubungan asmara. Kami selalu berusaha meluangkan waktu untuk kami bisa ngobrol berdua. Biasanya setelah warung nasi goreng ku tutup, kami akan segera ke kamar ku, dan menghabiskan waktu berdua. Lalu kemudian, Aby akan kembali ke kost nya lagi.

Begitulah hubungan yang kami jalani saat ini. Aku benar-benar merasa bahagia dengan semua itu. Aby mampu menggantikan peran istri ku. Dan aku semakin mencintainya.

Pernah pada suatu pagi, saat itu hari minggu, dan Aby tidak kerja. Anak ku juga masih tidur. Karena kalau hari minggu aku sengaja tidak membangunkannya pagi-pagi.

Saat itu, aku sedang makan pisang di dapur. Tiba-tiba Aby muncul, tanpa mengetuk pintu.

"eh.. kamu Aby. Ada apa? Pagi-pagi kamu udah kesini?" tanyaku setengah kaget.

"aku kangen.." balas Aby berbisik.

"baru aja tadi malam ketemunya, udah kangen aja.." ucapku membalas.

"yah.. namanya juga cinta, bang.. he..he..." balas Aby sedikit manja.

"bagi dong pisangnya, bang.." Aby berucap lagi, sambil menatap pisang yang sudah separoh aku makan.

"pisangnya cuma tinggal satu ini, Aby. Udah gak ada lagi.." balas ku.

"tapi aku mau, bang.." suara Aby manja, sambil ia menyambar pisang yang ada di tangan ku.

Pisang itu pun berhasil ia rebut dari tangan ku. Dia berhasil mendapatkan pisang ku, dan langsung memakannya dengan lahap.

"itu kan sisa, By.." ucapku sedikit melotot.

"yang sisa itu yang enak, bang. Apa lagi sisa dari abang.." balas Aby dengan nada sedikit menggoda.

"kamu jangan mancing-mancing ya, By. Nanti anak ku bangun loh. Bisa berabe nanti." ucapku mencoba mengingatkan Aby, karena aku mulai paham arah pembicaraannya.

"iya, bang. Iya... saya juga gak bakal macam-macam, kok. Apa lagi siang-siang gini.." balas Aby kemudian.

Dan seperti itulah kemesraan aku dan Aby. Pagi itu, bahkan Aby menyiapkan sarapan untuk aku dan anak ku, Naura. Kami akhirnya pun sarapan bertiga, karena tak lama kemudian, Naura pun sudah terbangun.

Seharian Aby membantu ku menyiapkan barang dagangan ku. Dia membantu ku berjualan hingga malam. Kami memang sudah tidak bisa terpisahkan lagi. Dua orang yang sedang di mabuk cinta. Dunia terasa indah. Dunia terasa milik kami berdua.

****

Tak terasa dua tahun telah berlalu. Hubungan ku dan Aby masih saja terasa indah. Aby dan Naura, anakku, juga semakin dekat. Naura lebih sering menghabiskan waktu bersama Aby dari pada bersamaku, karena aku sibuk bekerja.

Saat menjelang tidur pun, Aby lah yang meninabobokkan Naura. Sampai Naura benar-benar tertidur. Aby juga memasak untuk kami, membersihkan rumah, dan mencucikan pakaian kami. Dia benar-benar mampu menggantikan peran istri ku dalam segala hal. Yang membuatku semakin tidak ingin melepaskannya.

Hingga pada suatu saat...

Saat itu Aby baru saja kembali dari kampung halamannya. Karena memang biasanya, sekali enam bulan Aby selalu pulang kampung, selama dua atau tiga hari.

Dan sebenarnya aku selalu merasa rindu, saat Aby tidak ada di dekat ku. Tapi aku juga harus mengerti jika Aby juga punya orangtua dan keluarga di kampung.

Kali ini tak seperti biasanya, tiba-tiba aku merasa Aby berubah. Biasanya setiap kali Aby kembali dari kampung halamannya, ia akan segera menemui ku, dan mengajak aku berduaan di kamar. Lalu kami akan menghabiskan waktu berdua selama berjam-jam untuk saling melepaskan rindu.

Tapi kali ini, Aby bahkan tidak mengabari ku kalau ia sudah kembali. Saat datang ke rumah pun ia hanya menemui Naura, dan memberikan oleh-oleh padanya. Aby seperti sengaja menghindari ku.

Aku jadi bertanya-tanya. Ada apa dengan Aby? Kenapa ia jadi seperti itu? Ia lebih banyak diam sekarang. Saat aku ajak ke kamar pun, ia berusaha untuk menolak.

"saya capek, bang. Kan baru pulang dari kampung.." ucapnya dengan nada datar.

"kamu gak kangen sama saya?" tanya ku penasaran.

"saya kangen, kok." balasnya masih terdengar datar.

"ya udah.. kita ke kamar yuk.." ajak ku berusaha bersikap seperti biasa.

"kan udah saya bilang, saya capek.. jadi tolong jangan paksa saya.." kali ini nada suara Aby sedikit meninggi.

"saya gak maksa, kok. Tapi biasanya kamu kan gak seperti ini. Ada apa sih sebenarnya?" ucapku dengan nada penuh tanya.

"gak ada apa-apa, kok. Saya cuma capek.." balas Aby, suara nya mulai ketus.

"kamu jangan bohong sama saya, Aby. Kita sudah kenal lebih dari dua tahun, Dan saya sudah tahu bagaimana sifat kamu. Kamu belum pernah seperti ini sebelumnya.." ucapku masih berusaha setenang mungkin.

"itu berarti abang belum benar-benar mengenal saya.." balas Aby tajam.

"maksud kamu apa sih? Kamu marah sama saya? Kalau iya, kenapa? Apa saya melakukan kesalahan?" tanyaku bertubi-tubi, karena aku mulai merasa tidak sabar. Aku merasa ada yang Aby sembunyikan dari ku. Tapi apa? bathin ku bergejolak.

"abang ingin tahu aku kenapa?" suara Aby sedikit tinggi, "aku capek, bang. Aku capek setiap kali pulang kampung selalu ditanyakan kapan nikah, kapan nikah. Aku capek, bang. Setiap kali pulang kampung selalu di jodoh-jodohkan sama orangtua saya. Aku capek..." lanjut Aby, suaranya kian tinggi, namun kemudian ia terisak.

Aku hanya bisa melongo sesaat. Tak percaya, kalau Aby akan berkata demikian. Selama ini Aby tidak membahas hal tersebut dengan ku. Dia kelihatan baik-baik saja. Dia selalu terlihat ceria dan bahagia.

"dan sekarang aku gak punya alasan lagi, untuk menolak perjodohan tersebut. Aku hanya diberi waktu dua bulan. Dua bulan, bang. Dan jika dalam waktu dua bulan ini, aku belum juga menikah, maka orangtua ku akan menikahkan aku dengan gadis pilihan mereka." Aby berucap kembali. suaranya serak.

"kamu kan bisa menolak." ucapku menimpali.

"mudah bagi abang ngomong seperti itu, karena abang gak tahu orangtua saya seperti apa. Lagi pula saya tidak ingin menjadi anak durhaka. Saya juga ingin membahagiakan orangtua saya. Dan jika dengan saya menikah bisa membuat mereka bahagia. Lalu alasan apa lagi yang saya punya untuk menolak hal tersebut?" balas Aby, suaranya sedikit tersendat, karena menahan tangis.

"ya udah.. kamu menikah aja.." suara ku sedikit kasar. Terus terang aku tidak pernah rela kalau Aby harus menikah dengan orang lain. Dia hanya milik ku.

Kali ini Aby menatap ku tajam.

"udah? begitu aja?" ucap Aby dengan tatapan tak percaya.

"setelah dua tahuh hubungan kita? Abang akan membiarkan begitu saja saya menikah dengan orang lain. Sebenarnya abang cinta gak sih sama saya?" lanjut Aby lagi, dengan nada menghakimi.

Aku terdiam sejenak. Bingung. Dan gak tahu juga harus berkata apa.

"lalu kamu maunya aku gimana?" tanyaku masih terdengar kasar.

Aby terdiam.

"aku sangat mencintai kamu, By. Aku juga tidak rela kalau kamu harus menikah dengan orang lain. Tapi dengan keadaan kita seperti ini, aku gak bisa berbuat apa-apa, By. Aku juga bingung." ucapku lagi, kali ini aku menurunkan intonasi suara ku.

"aku juga sangat mencintai bang Zul. Melebihi dari apa pun di dunia ini. Tapi aku juga sangat menyayangi orangtua ku. Aku juga ingin membuat mereka bahagia. Itu yang membuat aku jadi serba salah, bang." Aby berucap, sambil ia mengusap wajahnya. Menghapus air matanya sendiri.

"lalu aku harus gimana, By? Kamu maunya aku gimana?" tanya ku akhirny, setelah tidak tahu lagi harus mengatakan apa.

Aby diam. Bangkit dari duduknya. Ia berdiri sejenak di depanku. Menatapku dengan tatapan yang tidak ku mengerti.Kemuidian, tanpa sepatah kata pun, ia mulai melangkah meninggalkan ku yang masih kebingungan.

"kamu mau kemana?" tanyaku berusaha mencegahnya. Tapi Aby tidak menggubris pertanyaan ku. Ia terus saja melangkah menjauh. Menuju kost nya. Menyeberangi jalan, dengan tertunduk.

Saat itulah sebuah motor dengan kecepatan tinggi datang dari arah kiri nya. Entah Aby tidak mendengar suara motor itu, karena pikirannya yang lagi kacau, entah ia memang sengaja tidak menghindar.

Sehingga motor tersebut pun akhirnya tidak bisa menghindari Aby yang sedang berdiri di tengah jalan. Dan aku sudah cukup terlambat menyadari itu semua. Aku tak bisa mencegahnya.

Motor itu akhirnya menghantam tubuh Aby dengan keras. Suara dentuman pun terdengar sangat keras.

"Aby.." aku berteriak tertahan. Mencoba untuk tidak percaya akan kejadian tersebut.

Sementara tubuh Aby sudah berguling-guling di atas aspal, terpental sangat jauh. Motor yang menabraknya pun terhempas beberapa meter di atas aspal, sebelum akhirnya motor itu terhenti di pagar rumah yang berada di samping kost Aby. Dan si pengendara motor pun mengalami hal yang sama.

Suara dentuman kecelakaan tersebut, mampu membuat seluruh orang yang mendengarkannya berhamburan keluar rumah, untuk melihat apa yang sedang terjadi. Beberapa kendaraan pun ikut berhenti. Sementara aku hanya bisa berdiri mematung. Tidak tahu harus berbuat apa.

Peristiwa itu terjadi tepat di depan mata ku. Dan aku tidak bisa mencegahnya. Peristiwa itu terjadi, sesaat setelah aku dan Aby bertengkar cukup hebat.

Riuh rendah suara orang-orang yang berteriak melihat peristiwa tersebut, membuat aku segera tersadar. Dengan sedikit berlari, aku melangkah menuju kerumunan orang-orang tersebut. Disana tubuh Aby tergeletak, sudah tidak utuh.

Beberapa bagian tubuhnya terpisah. Dan Aby sudah tidak bergerak lagi. Dia sudah tidak bernyawa lagi. Begitu juga dengan orang yang telah menabraknya. Keduanya tewas dalam peristiwa tersebut, hampir bersamaan.

Kali ini, aku tidak bisa menahan tangis ku. Di depan orang-orang ku dekap tubuh Aby yang berlumuran darah. Sambil terisak.

"maafkan aku, Aby.." tangis ku pilu.

****

Sejak peristiwa itu, aku pun memutuskan untuk pindah dari sana. Aku memutuskan untuk kembali ke kampung halaman ku. Dan berencana memulai hidup baru disana.

Aku ingin melupakan peristiwa tersebut. Aku tak ingin mengingatnya. Terlalu menyakitkan.

Untuk kedua kali nya dalam hidupku, aku harus kehilangan orang yang paling aku sayang dengan cara yang sama. Cara yang paling menyakitkan.

Dulu almarhumah istri ku juga meninggalkan karena kecelakaan motor. Dan sekarang Aby juga mengalami hal yang sama.

Dan butuh kekuatan lebih bagi ku, untuk bisa menjelaskan hal tersebut pada Naura, anak ku. Biar bagaimana pun, Naura sangat dekat dengan Aby. Dan untuk kedua kalinya juga bagi Naura, ia harus kehilangan orang yang menyayanginya dengan tulus.

Karena itulah aku memutuskan untuk pergi dari sana. Aku tak ingin Naura akan terus mengingat hal tersebut. Aku tahu, betapa terpukul Naura akan kejadian menyakitkan itu. Ia masih terlalu kecil untuk menerima semuanya.

Tapi begitulah kehidupan. Orang-orang datang dan pergi dalam hidup kita. Hanya saja, aku belum bisa terima, kenapa mereka harus pergi dengan cara yang paling menyakitkan.

Ah, masih kuatkah aku melanjutkan hidup ini? Tanpa Aby. Tanpa orang yang aku cintai. Aku seperti kehilangan separoh napas ku.

Aby. Satu nama yang akan selalu tersimpan di hati ku. Dan aku akan selalu mengingatnya sebagai kenangan terindah dalam hidup ku.

Mungkin memang sudah nasib cinta ku harus berakhir seperti ini. Dan aku harus bisa menerima kenyataan tersebut. Nasib cinta seorang penjual nasi goreng.

****

Kisah lainnya :

Nasib cinta penjual nasi goreng (part 2)

Nasib cinta penjual nasi goreng (part 1)

Akibat jauh dari istri part 5

Akibat jauh dari istri part 4

Akibat jauh dari istri part 3 

Akibat jauh dari istri part 2

Akibat jauh dari istri part 1

Bersama tunangan orang part 2

Bersama tunangan orang part 1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita gay : Sang duda tetangga baruku yang kekar

 Namanya mas Dodi, ia tetangga baruku. Baru beberapa bulan yang lalu ia pindah kesini. Saya sering bertemu mas Dodi, terutama saat belanja sayur-sayuran di pagi hari. Mas Dodi cukup menyita perhatianku. Wajahnya tidak terlalu tampan, namun tubuhnya padat berisi. Bukan gendut tapi lebih berotot. Kami sering belanja sayuran bersama, tentu saja dengan beberapa orang ibu-ibu di kompleks tersebut. Para ibu-ibu tersebut serring kepo terhadap mas Dodi. Mas Dodi selalu menjawab setiap pertanyaan dari ibu-ibu tersebut, dengan sekedarnya. Saya dan mas Dodi sudah sering ngobrol. Dari mas Dodi akhirnya saya tahu, kalau ia seorang duda. Punya dua anak. Anak pertamanya seorang perempuan, sudah berusia 10 tahun lebih. Anak keduanya seorang laki-laki, baru berumur sekitar 6 tahun. Istri mas Dodi meninggal sekitar setahun yang lalu. Mas Dodi sebenarnya pindah kesini, hanya untuk mencoba melupakan segala kenangannya dengan sang istri. "jika saya terus tinggal di rumah kami yang lama, rasanya terla

Adik Iparku ternyata seorang gay (Part 1)

Aku sudah menikah. Sudah punya anak perempuan, berumur 3 tahun. Usia ku sendiri sudah hampir 31 tahun. Pernikahan ku baik-baik saja, bahkan cukup bahagia. Meski kami masih tinggal satu atap dengan mertua. Karena aku sendiri belum memiliki rumah. Lagi pula, rumah mertua ku cukup besar. Aku tinggal dengan istri, anak dan kedua mertua ku, serta adik ipar laki-laki yang baru berusia 21 tahun.   Aku bekerja di sebuah perusahaan kecil di kota ini, sebagai seorang karyawan swasta. Gaji ku lumayanlah, cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecil kami. Mertua ku sendiri seorang pedagang yang cukup sukses. Dan istri ku tidak ku perbolehkan bekerja. Cukuplah ia menjaga anak dan mengurus segala keperluan keluarga. Aku seorang laki-laki normal. Aku pernah dengar tentang gay, melalui media-media sosial. Tapi tak pernah terpikir oleh ku, kalau aku akan mengalaminya sendiri. Bagaimana mungkin seorang laki-laki bisa merasakan kenikmatan dengan laki-laki juga? Aku bertanya-tanya sendiri mendengar ka

Cerita gay : Nasib cinta seorang kuli bangunan

Namaku Ken (sebut saja begitu). Sekarang usiaku sudah hampir 30 tahun. Aku akan bercerita tentang pengalamanku, menjalin hubungan dengan sesama jenis. Kisah ini terjadi beberapa tahun silam. Saat itu aku masih berusia 24 tahun. Aku bekerja sebagai kuli bangunan, bahkan hingga sekarang. Aku kerja ikut mang Rohim, sudah bertahun-tahun. Sudah bertahun-tahun juga, aku meninggalkan kampung halamanku. Orangtuaku hanyalah petani biasa di kampung. Kehidupan kami memang terbilang cukup miskin. Karena itu, aku hanya bisa sekolah hingga SMP. Setelah lulus dari SMP, aku mulai bekerja serabutan di kampung. Hingga akhirnya aku bertemu dengan mang Rohim, seorang laki-laki paroh baya, yang sudah sangat berpengalaman di bidang pertukangan. Aku ikut mang Rohim merantua ke kota dan ikut bekerja dengannya sebagai kuli bangunan. Sebagai seseorang yang memiliki kehidupan ekonomi yang pas-pasan, aku memang belumm pernah pacaran, sampai saat itu. Apa lagi sejak aku ikut mang Rohim bekerja. Tempat kerja kami y

Iklan google