Malam itu, aku duduk sendiri di depan rumah. Anak ku sudah tertidur dari tadi. Sebenarnya aku juga sudah mencoba untuk tertidur, tapi entah mengapa mata ku enggan terpejam. Bayangan wajah Keken tiba-tiba saja melintas di pikiran ku.
Tawaran dan ungkapan perasaannya pada ku, beberapa hari yang lalu, masih terus mengganggu pikiran ku akhir-akhir ini. Walau pun aku belum pernah bertemu Keken lagi sejak kejadian itu.
Aku melihat jam di hp ku, sudah jam sepuluh malam. Keadaan sudah mulai sepi. Di kampung ku ini, orang-orang memang lebih memilih untuk tidak keluar rumah ketika malam hari. Mereka lebih memilih berada di rumah, dan tidur lebih awal.
Aku sudah menghabiskan beberapa batang rokok. Menarik napas dalam beberapa kali. Mencoba menenangkan pikiranku yang sedang kacau.
Sebenarnya aku bisa saja mengabaikan tawaran Keken, dan memilih untuk tetap setia pada istri ku. Namun, sebagai laki-laki yang merasa kesepian, karena telah ditinggal istri menjadi TKW, bahkan sudah setahun lebih, aku merasa tidak ada salahnya untuk mempertimbangkan tawaran Keken tersebut.
Lagi pula, seperti kata Keken, mumpung istri ku masih di luar negeri, jadi TKW. Mumpung aku masih tidur sendiri. Dan dari pada aku harus melepaskan hasr4t ku sembarangan, apa lagi sampai aku 'jajan' sembarangan. Bukankah lebih baik, aku tumpahkan saja kesepian ku ini, pada Keken.
Setidaknya orang-orang kampung tidak akan curiga, akan kedekatan kami. Orang-orang akan menganggapnya biasa saja, kalau melihat Keken berada di rumahku, meski pun di malam hari.
Tapi jika aku melakukannya dengan seorang wanita, tentu saja hal itu membuat orang-orang curiga. Dan menurutku, resiko nya juga cukup besar. Apa lagi, jika sampai wanita tersebut hamil.
Jadi gak ada salahnya, kalau aku mencobanya. Itung-itung cari pengalaman baru. Dan sebenarnya aku juga penasaran sih, seperti apa rasanya hal tersebut, jika dilakukan dengan seorang laki-laki.
Karena itu akhirnya, aku mengirim pesan kepada Keken, dan memintanya untuk datang ke rumah ku malam itu. Seperti dugaan ku, Keken pun membalasnya.
'oke!' begitu jawabnya melalui pesan singkat.
*****
Sepuluh menit kemudian, kami pun sudah berada di dalam kamar ku. Berdua. Hanya berdua. Dan hal itu cukup membuat aku deg-degan tak karuan.
Belum pernah sebelumnya, aku mengajak orang lain ke kamarku, selain istri anak ku. Dan hal itu cukup membuat aku merasa risih. Serba salah.
Apa lagi sejak tadi, Keken tak pernah berhenti menatap ku. Dia tersenyum penuh makna. Merasa menang.
"aku hanya akan mencobanya satu kali. Setelah itu, aku harap, kita bisa melupakannya dan tidak akan mengulanginya lagi." ucapku memulai pembicaraan.
"terserah mas Danu aja. Satu kali aja udah membuat aku senang kok, mas." balas Keken pelan.
"tapi kalau nanti mas Danu pengen lagi, aku selalu siap kapan pun mas Danu mau. Tinggal kirim pesan aja.." lanjut Keken kemudian, sambil tersenyum manis.
"yah.." balasku singkat, "tapi sebelumnya aku bertanya, sekali lagi, apa sebenarnya yang membuat kamu tertarik padaku?" lanjut ku lagi.
"mas Danu sangat tampan, gagah dan berotot. Siapa yang gak bakal tertarik sama mas Danu?" balas Keken terdengar apa adanya.
"tapi kamu kan tahu, kalau aku sudah menikah dan sudah punya anak." ucapku.
"iya, aku tahu. Dan aku tidak peduli akan hal itu. Lagi pula saat ini, istri mas Danu juga tidak berada disini kan? Jadi apa salahnya, kalau aku menggantikannya, selama ia jadi TKW. Itu pun kalau mas Danu bersedia.." balas Keken lagi.
"tapi aku tidak bisa menjanjikan apa-apa sama kamu, Keken. Ini pun aku cuma sekedar ingin mencobanya. Aku tidak yakin, ini akan terus berlanjut." ucapku kemudian.
Kali ini Keken tidak menjawab. Ia hanya tersenyum kecil. Sepertinya ia tidak yakin dengan ucapanku barusan. Tapi.. ya sudahlah.. aku juga tidak peduli. Sekali lagi, aku tegaskan pada diriku sendiri, bahwa aku melakukan semua ini, hanya karena aku merasa kesepian.
"jadi gimana, mas? kita mulai sekarang?" suara Keken sedikit membuatku kaget. Tiba-tiba saja aku merasa kaku. Entah apa yang aku rasakan saat ini. Tapi yang pasti, aku hanya bisa mangangguk, menjawab pertanyaan Keken barusan.
Melihat aku yang hanya mengangguk, Keken pun mulai bereaksi. Pelan-pelan ia pun mulai mendekat. Jantungku pun berdebar hebat. Dan akhirnya aku hanya bisa memejamkan mata, saat wajah Keken benar-benar berada di depan mata ku. Tak berjarak.
Hembusan napasnya menyentuh pipi ku. Aroma napasnya yang harum, membuatku sedikit terhanyut. Dan aku hanya bisa terdiam. Pasrah.
Satu hal yang aku sadari malam itu, ternyata durasinya sangat lama dan caranya pun bervariasi. Jauh berbeda dari yang aku alami selama ini bersama istri ku. Menoton.
*****
Malam pun berlalu, hingga pagi menjelang. Keken sudah kembali ke rumahnya. Aku masih terbaring malas di tempat tidur ku. Menikmati sisa-sisa kenangan indah yang terjadi tadi malam, bersama Keken.
Pertanyaannya adalah, 'apa aku terkesan?' dan sialnya, jawabannya adalah 'iya. aku terkesan.'
Dan itu berarti, semua ini belum berakhir. Semua ini masih akan terus berlanjut. Karena Keken mampu meninggalkan kesan yang begitu dalam di hatiku, dengan kelembutan cinta dan kasih sayangnya.
Terjadi pertentangan bathin dalam diriku, antara melanjutkan semua ini bersama Keken, dan membiarkan diriku sendiri terhanyut dalam buaian cinta. Atau mengakhirinya, dan membiarkan diriku tetap menahan semua hasr4t ku lagi.
Entahlah, aku mulai bingung dengan semua ini. Bahkan aku bingung dengan diriku sendiri. Mengapa aku harus terjebak dengan semua ini? Dan mengapa Keken jadi begitu menarik di mata ku?
Namun di bagian hati ku yang lain, jujur saja, aku merasa bersalah. Aku merasa bersalah pada istri ku. Aku telah mengkhianatinya. Untuk pertama kalinya dalam hidup ku, aku mengkhianati istri ku. Dan brengseknya, aku mengkhianatinya dengan seorang laki-laki.
'terima kasih mas Danu. Tadi malam sangat indah sekali.' sebuah pesan masuk ke hp ku. Dari Keken.
Aku tak membalasnya. Aku tak berniat untuk membalasnya. Aku masih sibuk berperang dengan perasaanku sendiri. Sibuk menentukan pilihan.
Mungkin semua ini adalah sebuah kesalahan. Apa yang aku lakukan adalah sebuah kesalahan. Tapi... apa yang terjadi sungguh di luar kendali ku.
Sebagai seorang laki-laki, yang telah lama ditinggal istri, aku merasa berhak untuk mendapatkan kesenangan ku sendiri. Toh, istri ku juga tidak bakal tahu. Lagi pula, aku juga tidak tahu, apa yang istri ku lakukan di luar negeri sana.
Akhirnya aku memutuskan untuk mandi, dan segera berangkat kerja. Sementara anak ku, sudah berangkat ke sekolah sejak tadi. Sebelum pergi kerja, aku sempatkan melirik ke arah rumah Keken. Rumah itu sudah tertutup. Keken mungkin juga sudah berangkat ke sekolah.
Tiba-tiba saja aku merasa kangen dengan laki-laki itu. Padahal baru tadi malam kami bertemu. Tapi ... Keken benar-benar mampu membuatku terkesan. Variasi-variasi yang diberikannya, membuat ku merasa begitu di sanjung, di puja. Mungkin karena Keken melakukannya dengan sepenuh hati dan dengan perasaan cinta.
****
Keesokan malamnya, aku sengaja meminta Keken untuk datang lagi ke kamar ku. Tentu saja setelah anak ku tertidur. Dan malam pun sudah cukup larut.
Seharian aku terus berpikir, tentang Keken. Tentang semua yang telah ia lakukan padaku, selama ini. Tentang semua rencananya, untuk menemani ku sampai istri ku pulang dari luar negeri. Aku mulai mempertimbangkannya.
"ada apa mas Danu meminta ku datang lagi kesini?" tanya Keken, setelah ia duduk di samping ku, di atas ranjang.
"pertama... saya mau mencabut kata-kata ku tadi malam.." ucapku pelan.
"kata-kata yang mana?" tanya Keken, sedikit heran.
"kata-kata kalau aku hanya akan mencobanya satu kali, dan tak akan mengulanginya lagi.." balasku apa adanya.
"oh.." Keken membulatkan bibir, "kenapa?" tanyanya pelan.
"karena akhirnya aku sadar, kalau sebenarnya aku juga membutuhkan hal tersebut. Aku membutuhkan kamu, untuk melengkapi malam-malam ku, yang selama ini terasa begitu kosong. Dan jujur saja, kamu telah mampu memberi aku kesan yang indah.." jawabku mencoba untuk jujur.
"mas Danu yakin?" tanya Keken lagi, sepertinya ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri, akan kalimat ku barusan.
"iya.. aku yakin. Tapi, ini hanya akan berlaku, selama istri ku jadi TKW. Dan nanti jika istri ku sudah kembali, dan ia sudah menetap lagi disini, maka semuanya pun berakhir. Aku harap kamu bisa memahami hal itu." jelas ku kemudian.
"oke.. aku setuju. Aku juga tidak ingin selamanya seperti ini. Aku juga ingin berubah. Aku juga ingin menjalankan kodrat ku sebagai seorang laki-laki. Menikah, punya anak dan menjadi seorang kepala rumah tangga.." ucap Keken.
"tapi sebelum semua itu aku lakukan, aku ingin menikmati masa-masa lajang ku. Dan kebetulan aku bertemu mas Danu. Jadi kita akan menjalaninya, sampai batas waktu yang telah sama-sama kita sepakati.." lanjut Keken lagi.
Aku mengangguk beberapa kali, entah karena memahami ucapan Keken barusan, entah karena aku berusaha untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa semua ini hanya bersifat sementara.
Dan begitulah awalnya. Awal hubungan ku bersama Keken di mulai. Awal aku menjadi seseorang yang berbeda. Seseorang yang hampir tidak aku kenal. Aku sudah tidak mengenali diriku sendiri. Tapi aku juga sudah tidak peduli dengan semua itu.
Aku hanya ingin menikmati hidupku, meski dengan alasan dan cara yang salah.
Aku menyadari, kalau ini semua baru di mulai. Semua belum berakhir. Masih begitu panjang waktu yang harus aku lewati. Masih banyak hal yang mungkin saja bisa terjadi ke depannya. Tapi aku akan menjalaninya, meski ini tidak akan mudah.
****
Lima tahun pun berlalu. Hubungan ku dan Keken terjalin dengan indah. Banyak hal yang terjadi, banyak hal yang telah kami lewati bersama. Banyak hal yang telah kami lakukan berdua.
Kini istri ku telah kembali, istri ku pun memutuskan untuk menetap lagi disini. Di kampung kami. Dan itu berarti hubungan ku bersama Keken pun harus berakhir.
Keken sepertinya menyadari hal itu. Ia pun memutuskan untuk pindah. Pergi dari kampung ini, dan pergi dari hidup ku.
Terus terang aku merasa sangat kehilangan Keken, apa lagi mengingat begitu lamanya hubungan kami terjalin. Begitu lamanya kami bersama. Begitu indahnya setiap detik yang kami lewati berdua.
Tapi, seperti janji kami dari awal. Kami memang harus mengakhiri semua ini. Meski pun kami sama-sama harus terluka.
Mungkin aku memang telah jatuh cinta kepada Keken. Mungkin ia terlalu untuk bisa aku lupakan begitu saja. Tapi begitulah kehidupan. Orang-orang akan datang dan pergi, beriring berlalunya sang waktu.
Kisah ku bersama Keken, adalah sebuah kisah rahasia yang indah. Sebuah kisah yang hanya menjadi rahasia kami berdua. Kisah yang tidak akan pernah terungkap dan terulang lagi.
Teruntuk Keken, kekasih gelap ku, dimana pun kamu berada saat ini. Aku hanya ingin kamu tahu, bahwa aku akan selalu mencintai mu. Aku akan selalu mengingat mu, sebagai kenangan terindah dalam perjalanan hidupku.
Terima kasih untuk cinta mu yang begitu tulus. Terima kasih untuk semua waktu yang telah kita habiskan bersama. Terima kasih untuk segala kenangan indah yang tercipta di antara kita.
Aku hanya berharap, semoga kamu menemukan kebahagiaanmu, meski kita tidak lagi bersama.
****
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih