Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label cerita gay

Adsense

Duda vs Duda (Part 2)

Keringat ku bercucuran di sekujur tubuhku. Hampir seluruh tubuhku dibasahi oleh keringat. Tubuh ku merasa sedikit lelah. Tapi aku senang melakukannya. Karena Sudir sudah sangat baik padaku. Ia yang telah mampu mengubah ku. Dan bahkan ia juga sudi menampungku untuk tinggal di rumahnya. Sejak tinggal di rumah Sudir, aku memang harus melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah yang sebelumnya belum pernah aku lakukan, apa lagi ketika aku masih hidup bersama istri ku dulu. Pekerjaan rumah yang semestinya hanya sering dilakukan oleh perempuan. Mulai dari memasak, mencuci piring, mencuci pakaian dan juga membersihkan rumah. Meskipun sebenarnya Sudir selalu melarang aku melakukan semua itu. Dia melarang aku melakukannya, karena menurutnya itu adalah tugasnya sebagai tuan rumah. Tapi sebagai orang yang sudah diberi tumpangan tempat tinggal, aku bersikeras untuk tetap melakukannya. Aku tidak ingin hanya menjadi beban bagi Sudir. Setiap hari aku melakukan hal tersebut dengan perasaan senang, demi untuk ...

Cowok tampan tetangga ku (part 2)

Aku merasa dilema. Di satu sisi, aku merasa kehadiran David benar-benar telah membuat aku merasa nyaman dengan segala kebaikan serta perhatianya padaku selama ini. Namun di sisi lain, aku merasa kalau cinta David padaku adalah sebuah kesalahan. Bukan saja karena aku seorang laki-laki, tapi juga karena aku sudah punya istri dan anak. Kehadiran David mampu mengubah hari-hari ku menjadi lebih baik dan penuh warna. Namun itu semua hanyalah sebatas teman dekat dan juga sebagai seorang tetangga. Tidak lebih. Tapi... Kebaikan David selama ini, dan juga segala perhatiannya padaku, mampu membuat aku merasa penting di hidupnya. Ia dengan rela dan tulus, membantu aku mengerjakan tugas-tugas yang aku sendiri tidak mampu melakukannya. Ia dengan rela, dan tanpa meminta imbalan apa pun, memasak untuk ku setiap harinya, mencuci pakaian ku setiap minggunya, dan bahkan, kadang-kadang, ia juga sering membersihkan rumahku yang sering berantakan. Dan itu semua ia lakukan, tanpa mengharapkan imbalan apa pun...

Di modusin rekan kerja ku

Nama ku Kamal. Dan saat ini aku sudah berusia 28 tahun. Aku sudah menikah dan sudah punya seorang putri. Aku juga sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta sebagai karyawan tetap. Aku berasal dari sebuah keluarga yang cukup berantakan. Ayah dan ibu ku bercerai pada saat usia ku baru 15 tahun. Ayah ku memilih untuk menikah lagi dengan seorang perempuan yang jauh lebih muda darinya. Dan meninggalkan ibu ku yang bersusah payah membesarkan ku sendirian. Aku tumbuh tanpa sosok seorang ayah. Sedangkan ibu ku hanya lah seorang buruh cuci keliling, dengan penghasilan yang pas-pasan. Namun beliau tetap mampu menyekolahkan ku hingga aku lulus kuliah. Sebelum bekerja di perusahaan yang sekarang, dulu aku pernah bekerja menjadi buruh bangunan, pernah juga bekerja menjadi karyawan di sebuah minimarket, dan berbagai pekerjaan kasar lainnya. Setelah mendapatkan pekerjaan tetap di perusahaan tempat aku bekerja sekarang, aku pun akhirnya memutuskan untuk segera menikah, dengan seorang gadis yang berasa...

Sakitnya mencintai lelaki normal

Namanya Kamal. Seakan tak mau hilang nama itu di hatiku. Nama seorang lelaki yang telah membuat aku jatuh hati. Nama seorang lelaki yang selalu menghiasi fantasi ku, setiap malamnya. Kamal memang memiliki wajah yang tampan, meski ia berkulit sedikit gelap. Tapi postur tubuhnya sangat kekar dan gagah. Aku benar-benar di buatnya tergila-gila dengan segala pesonanya itu. Kamal adalah rekan kerja ku, usianya sudah 28 tahun saat ini, satu tahun lebih tua dari ku. Kamal sudah menikah, dan sudah punya seorang anak. Aku tak begitu dekat dengannya. Meski pun sebenarnya kami satu divisi di kantor. Hampir setiap hari kami bertemu. Kami juga sering ngobrol sebenarnya, tapi belum pernah ngobrol berdua. Selama ini, obrolan kami hanya seputar masalah pekerjaan. Itu pun bersama rekan-rekan kerja ku yang lainnya. Aku memang sudah mengagumi Kamal, sejak pertama kali kami bertemu di kantor tempat kami sama-sama bekerja. Kamal lebih dulu beberapa bulan bekerja di sana. Dan saat hari pertama aku bekerja, a...

Penjual gorengan (part 1)

Bau keringat menyengat hidungku. Aku tidak begitu mempedulikan hal tersebut saat ini. Aku terus saja melangkahkan kakiku menuju terminal. Sudah lebih dari sekilo aku berjalan. Rutinitas biasa yang aku lakukan hampir setiap hari. Dengan mendorong gerobak daganganku, aku terus saja berjalan, meski kakiku kian lelah. Di dalam gerobak yang aku dorong, terdapat beberapa peralatan masak dan juga bahan-bahan gorengan yang sudah siap Ibuku olah dirumah. "rok biruku sudah sobek,mas. Kayaknya harus ganti baru deh..." terngiang kembali ucapan lembut adik perempuanku yang sudah duduk di kelas 3 SMP itu. "kan masih bisa dijahit, Tini." timpal Ibuku yang sedang mengupas pisang, untuk aku bawa berjualan. "udah gak bisa dijahit lagi, Bu. Sobekannya udah bekas jahitan yang kemarin.." ucap Tini lagi dengan mulut sedikit manyun. "ya udah, nanti kalau udah dapat uangnya, mas beli yang baru..." aku akhirnya membuka suara. "saya juga mas Diko, celana ola...

Iklan google