Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Cerpen gay

Adsense

Bersama Kang Udin

Namanya kang Udin, setidaknya begitulah aku mengenalnya. Kang Udin adalah pemilik sebuah warung kecil yang ada tepat di persimpangan jalan masuk menuju ke perumahan tempat aku tinggal. Hampir setiap pagi, aku selalu mampir di warung kang Udin, untuk sekedar membeli minyak motor ku, sebelum aku berangkat kerja. Bahkan kadang, saat pulang kerja pun aku selalu mampir disana, untuk membeli rokok dan juga sedikit jajanan, buat aku makan pada malam hari, sebelum aku tertidur. Aku bekerja sebagai seorang guru di sebuah sekolah swasta, tak jauh dari perumahan tempat aku tinggal. Aku memang tinggal sendiri di rumah yang sengaja aku sewa, untuk tempat aku tinggal semenjak aku mulai bekerja di sekolah swasta tersebut. Setidaknya sudah hampir dua tahun aku tinggal disana. Kang Udin, sudah cukup lama membuka warung di sana. Bahkan jauh sebelum aku tinggal diperumahan tersebut. Dan yang aku tahu, kang Udin belum menikah, meski pun menurut pengakuannya, ia sudah berusia 40 tahun lebih. Karena sudah s

My Sugar Daddy (part 4)

Sebagai laki-laki normal, dan juga masih cukup muda. Aku memang selalu berusaha untuk tampil menarik. Terutama saat aku berada di kampus. Aku ingin menjalani kehidupan ini sebagaimana layaknya seorang pemuda yang baru tumbuh dewasa. Punya teman-teman yang asyik, punya tempat nongkrong yang gaul, dan tentunya aku juga ingin punya seorang kekasih. Dan karena itulah, aku akhirnya bertemu dan berkenalan dengan seorang cewek cantik. Namanya Andita. Dia seorang gadis yang juga kuliah di kampus yang sama dengan ku, hanya saja kami berada di jurusan yang berbeda. Aku yang mulanya mencoba mendekati Andita dan mengajaknya berkenalan. Karena sejak pertama kali melihatnya, aku sudah tertarik dengan wajahnya yang cantik. Semakin mengenal Andita, aku semakin menyukainya. Dia ternyata gadis yang baik, ramah dan juga pintar. Aku merasa Andita adalah gadis yang tepat untuk aku jadikan seorang kekasih. Aku jatuh cinta pada Andita. Meski pun aku baru mengenalnya. Karena itu, aku pun berusaha untuk mendek

Satu malam bersama kernet Bus

Ramadhan telah tiba. Saatnya pulang ke kampung halaman. Aku seorang perantau. Aku bekerja di sebuah restoran yang cukup terkenal di kota. Aku memang selalu pulang kampung setiap bulan Ramadhan datang. Restoran tempat aku bekerja, memang selalu tutup selama bulan Ramadhan. Jadi istilahnya, bagi kami para pekerja, kami mengumpulkan uang selama sebelas bulan, untuk kami gunakan selama satu bulan yakni di bulan Ramadhan. Aku berasal dari kampung yang sangat jauh dari kota tempat aku bekerja. Aku harus menempuh perjalanan selama lebih kurang dua hari dua malam, untuk sampai ke kampung halamanku, dengan menaiki sebuah bus antar provinsi. Setiap tahun aku selalu pulang kampung, untuk menikmati masa libur kerjaku dan juga untuk menikmati suasana bulan puasa di kampung halamanku. Kedua orangtuaku dan semua saudara-saudaraku tinggal di kampung. Aku anak kedua dari empat bersaudara. Kakak pertamaku seorang laki-laki, dia sudah menikah dan sudah mempunyai dua orang anak. Kedua adikku peremp

Bersama pak Sekcam

Jadi ceritanya begini... Setahun yang lalu, aku mencoba mendaftarkan diri menjadi seorang PPS di desa tempat aku tinggal. Dan kebetulan aku lulus dengan hasil yang lumayan baik. Dan sejak itu pula, aku resmi dilantik menjadi ketua PPS di desa kami. Sebagai seorang ketua PPS, aku memang jadi sering datang ke kantor camat, untuk beberapa urusan yang berkaitan dengan pelaksanaan pemilu di kecamatan kami. Karena sering datang ke kantor camat, tanpa sengaja aku pun akhirnya jadi tahu, kalau sekcam di kantor camat tersebut adalah seorang laki-laki yang berwajah cukup tampan. Sejak pertama kali melihatnya, aku mulai menyukainya. Namun selama ini, aku hanya bisa memendam rasa kagum ku tersebut. Karena sebagai seseorang yang berasal dari desa, aku cukup sadar diri. Adalah hal yang sangat mustahil, untuk bisa dekat dengan pak Sekcam yang tampan tersebut, apa lagi sampai bisa memilikinya. Jarak desa kami dengan kecamatan memang cukup jauh, butuh waktu hampir setengah jam naik motor untuk sampai k

Nasib seorang pedagang sayur keliling (part 4)

Sebenarnya aku enggan untuk melanjutkan kisah ini. Bukan apa-apa. Akhirnya dari kisah ini, sungguh membuat aku merasa tidak nyaman. Tapi karena banyaknya, permintaan untuk terus melanjutkan kisah ini, aku dengan sangat terpaksa harus menceritakannya sampai tuntas. Dan beginilah kisah ku ini berlanjut.... **** Beberapa tahun berlalu, aku dan Bima masih terus menjalin hubungan, meski hanya dalam diam. Kini, anak ku pun sudah mulai tumbuh besar. Sudah sebelas tahun usianya sekarang. Ia juga tumbuh menjadi anak yang cerdas. Hubungan ku dan Bima selama ini juga berjalan dengan baik. Kami selalu berusaha untuk saling menjaga cinta kami, dan tetap berhati-hati saat kami menghabiskan waktu berdua. Aku sudah kembali berjualan sayuran seperti biasa. Bima juga terus bekerja di tempatnya bekerja selama ini. Kami juga sama-sama merawat anak ku, dengan baik. Ia tak pernah kekurangan kasih sayang dari kami berdua. Aku merasa bahagia menjalani itu semua. Aku merasa utuh. Aku tidak butuh apa-apa lagi,

Cinta untuk Shapta (part 2)

Waktu terus berlalu, Shapta sudah mulai kuliah sekarang. Dia tetap bisa bekerja paroh waktu di kantor. Terutama karena hal tersebut aku yang memintanya. Aku ingin yang terbaik buat Shapta. Aku ingin ia mendapatkan hidup yang layak. Aku ingin ia merasa terkesan dengan ku. Aku ingin ia dapat merasakan betapa aku sangat menyayanginya. Hingga pada suatu kesempatan, aku sengaja mengajak Shapta berliburan ke sebuah pantai nan indah. Kami menginap di sebuah hotel, tak jauh dari pantai tersebut. Aku sengaja hanya menyewa satu kamar untuk kami berdua, agar aku bisa selalu dekat dengan Shapta. Aku pun mencoba memberanikan diri, untuk mengungkapkan perasaan ku padanya. Aku sudah tidak sanggup lagi menahan semua itu. Aku terlalu mencintai Shapta. Dan keinginan untuk bisa memilikinya tumbuh semakin besar di dalam hati ku. "aku ingin mengatakan sesuatu sama kamu, Shapta." ucapku memulai pembicaraan, saat itu kami sedang berada di dalam kamar hotel. "ada apa, pak?" tanya Shapta, &

Cinta untuk Shapta (part 1)

Nama ku Dody. Aku merupakan seorang manager di sebuah perusahaan kecil di kota tempat aku tinggal. Sebuah perusahaan perangkat lunak, yang aku kelola bersama beberapa orang teman. Dulu, aku pernah menikah, saat itu usia ku masih 27 tahun. Aku menikah dengan seorang gadis yang diperkenalkan oleh orangtua ku. Aku menikah bukan karena dasar cinta. Aku menikah hanya untuk mendapatkan sebuah status, dan juga untuk menutupi jati diri ku yang sebenarnya. Sejak SMA, aku sudah menyadari kalau aku ini berbeda. Aku lebih punya ketertarikan pada sosok laki-laki dari pada kepada perempuan. Aku menyadari kalau aku bukanlah seperti kebanyakan laki-laki pada umumnya. Awalnya aku coba menepis hal tersebut. Aku berusaha keras, untuk bisa punya rasa ketertarikan pada perempuan. Aku bahkan beberapa kali mencoba berpacaran dengan perempuan, meski pun aku tidak mencintai mereka. Namun tetap saja, aku lebih suka mengkhayalkan sosok laki-laki dalam hidup ku. Hingga pada akhirnya, aku pun menyerah. Aku tidak l

Iklan google