Aku tidak tahu harus memulainya dari mana. Kisah ini sebenarnya terjadi begitu saja. Tanpa di rencanakan.
Berawal dari perkenalan ku dengan seorang cowok tampan bernama Haykal. Bang Haykal, begitu biasa aku memanggilnya. Karena usianya memang empat tahun lebih tua dariku.
Bang Haykal adalah seorang mekanik di sebuah bengkel sepeda motor.
Aku mengenalnya karena aku memang sering singgah di bengkel tersebut, untuk memperbaiki sepeda motor ku. Biasanya aku memang rutin servis motor ku di sana.
Meski pun ada beberapa orang mekanik yang bekerja di bengkel tersebut, tapi aku lebih mempercayai bang Haykal untuk menangani motor ku. Selain pekerjaannya sangat rapi, bang Haykal juga sangat teliti dan selalu bertanya padaku, jika ada onderdil motor ku yang harus di ganti.
Saat bang Haykal mengerjakan motorku, aku sering mengajaknya ngobrol. Dari situlah aku mulai mengenal bang Haykal.
Sejak pertama kali melihatnya, aku memang sudah menaruh rasa kagum padanya. Bang Haykal memang berwajah cukup tampan, dengan postur tubuh yang sangat kekar.
Tonjolan-tonjolan ototnya akan terlihat saat ia sedang bekerja. Dan hal itulah yang membuat aku selalu ingin bang Haykal yang mengerjakan motorku.
Dari percakapan-percakapan singkat kami, kami pun akhirnya saling bertukar nomor handphone. Dan sejak mendapatkan nomor handphone nya, aku jadi sering menghubungi bang Haykal.
Awalnya aku hanya bertanya seputar sepeda motor padanya. Namun lama kelamaan, aku mulai berani bertanya tentang hal-hal yang bersifat pribadi.
Bang Haykal juga cukup terbuka padaku. Ia juga jadi sering bercerita tentang hidupnya padaku. Dan aku senang mendengarkannya.
Ternyata bang Haykal adalah seorang perantau di kota ini. Dia tinggal sendiri di sebuah kamar kost, tak jauh dari bengkel tempat ia bekerja.
Pernah pada suatu kesempatan, bang Haykal mengundang aku untuk datang ke kost nya. Karena sudah merasa dekat, aku pun mencoba memenuhi undangan bang Haykal tersebut.
Saat itu malam minggu. Aku datang kesana sekitar jam 7 malam, dengan menggunakan motor ku.
Sesampai di sana, bang Haykal menyambutku dengan senyum manisnnya. Entah mengapa aku merasa bahagia saat itu.
Aku memang belum pernah pacaran sama sekali. Bukan karena aku tak laku. Tapi karena memang aku lebih punya ketertarikan pada sesama jenis ku. Jadi aku tak pernah mencoba mendekati apa lagi sampai berpacaran dengan perempuan.
Namun sebagai seorang gay, aku memang pernah jatuh cinta pada sosok laki-laki. Cinta pertama ku adalah kakak senior ku ketika SMA. Namun itu hanyalah sebuah cinta terpendam.
Hingga aku lulus SMA dan mulai memasuki dunia perkuliahan. Saat awal kuliah dulu, aku juga pernah jatuh cinta pada teman kampus ku. Namun sekali lagi itu hanya sebuah cinta terpendam. Karena aku tidak pernah berani untuk mendekati cowok yang aku suka.
Sampai akhirnya aku bertemu bang Haykal. Karena keramahannya, aku jadi sedikit lebih berani untuk bisa mengenalnya lebih dekat. Dan ternyata aku berhasil menjadi lebih dekat dengannya.
"kok melamun?" suara bang Haykal mengagetkan ku. Saat itu aku sudah duduk di tepian ranjang dalam kamar kost bang Haykal.
"gak kok, bang. Cuma lagi mikir aja. Kenapa tiba-tiba bang Haykal mengundang aku ke sini? Padahal ini kan malam minggu, seharusnya bang Haykal kan pergi jalan-jalan sama pacarnya." balasku akhirnya.
"aku kan gak punya pacar, Jeff." ucap bang Haykal ringan.
"tapi kalau kamu gak suka aku undang ke sini ..." ucapan bang Haykal tergantung.
"aku suka kok." sela ku cepat, takut bang Haykal salah paham.
"tapi ngapain kita di sini?" lanjutku bertanya.
"bukankah lebih baik, kalau kita jalan-jalan aja di luar, makan-makan atau nonton?" aku melanjutkan lagi, sedikit menawarkan.
"di luar gak enak, Jeff. Lebih enak di ruangan tertutup seperti ini. Kita jadi bebas melakukan apa saja." balas bang Haykal.
"emangnya kita mau melakukan apa sih, bang?" tanya ku memancing. Pikiran ku memang sudah mulai berkelana entah kemana. Memikirkan seandainya bang Haykal juga punya keinginan yang sama dengan ku saat ini.
"kamu maunya kita melakukan apa?" tanya bang Haykal membalas.
Aku mau kita saling berpelukan, bang. Ucapku dalam hati sih. Tak beranilah aku ngomong seperti itu sama bang Haykal. Takut malah bang Haykal justru mengusir ku nanti.
"kok diam lagi?" tanya bang Haykal sedikit mengagetkan ku.
"yah, aku juga tahu, bang. Mau melakukan apa sama bang Haykal." ucapku membalas.
"kamu lakukan saja, apa yang ingin kamu lakukan padaku, Jeff. Aku mau, kok." ucap bang Haykal kemudian.
"maksud bang Haykal?" tanya ku penuh keraguan.
Apa mungkin bang Haykal bisa menebak jalan pikiran ku?
Apa mungkin ia sudah tahu, tentang perasaan ku padanya?
*****
"aku sudah tahu, kalau kamu menginginkan ku, Jeff." suara bang Haykal berat.
"dari mana bang Haykal tahu?" tanyaku spontan.
"dari sikapmu padaku, Jeff. Mana ada seorang cowok yang begitu peduli sama cowok lain, kalau tidak ada apa-apanya." jawab bang Haykal lugas.
Aku terdiam kembali. Aku hanya tidak menyangka sama sekali, kalau bang Haykal akan bisa menebak itu semua. Namun sejujurnya, aku memang sangat perhatian pada bang Haykal sejak awal aku mengenalnya. Mulai dari hal yang sederhana contohnya, mulai dari menanyakan ia sudah makan atau belum, ia sudah tidur atau belum.
Bahkan aku juga pernah mengirimkan makanan ke kost nya dengan menggunakan layanan ojek online. Aku juga pernah membelikan ia hadiah, saat ulang tahunnya. Aku juga sangat sering memujinya.
Dan hal itu ternyata cukup membuat bang Haykal mengerti dengan perasaan ku padanya.
"aku memang menyukai bang Haykal." ucapku akhirnya mencoba untuk jujur.
"tapi bang Haykal gak marah kan? Kalau aku katakan, sebenarnya aku sudah jatuh cinta pada bang Haykal?" tanyaku melanjutkan.
"ngapain aku marah sih, Jeff. Aku malah merasa senang kalau kamu juga menyukai ku." balas bang Haykal.
Juga? Bathin ku meronta. Apa itu berarti bang Haykal sebenarnya juga menyukai ku? tanyaku terus membathin.
"kamu orangnya sangat baik dan penuh perhatian, Jeff. Aku belum pernah bertemu seseorang yang begitu peduli padaku, seperti yang kamu lakukan." bang Haykal berucap lagi.
"awalnya aku mencoba menganggap hal itu biasa saja. Namun semakin lama, aku semakin merasa kalau ada yang salah dengan perlakuan mu padaku. Tapi entah mengapa, aku justru merasa senang dengan semua perlakuan istimewa mu itu, Jeff."
"sampai akhirnya aku sadar, kalau sebenarnya aku juga tertarik padamu, Jeff. Bukan saja karena kamu seorang cowok yang tampan dan putih, tapi juga karena kamu selalu baik padaku." lanjut bang Haykal panjang lebar.
Perlahan senyum ku pun mengembang mendengar semua itu. Aku merasa bahagia, menyadari kalau bang Haykal juga menyukai ku. Sungguh aku tak pernah menyangkanya.
"jadi apa bang Haykal menjalin hubungan istimewa denganku?" tanyaku akhirnya.
"aku mau, Jeff. Aku mau jadi pacar kamu. Asal kamu bisa menerima aku apa adanya." balas bang Haykal.
"maksud bang Haykal apa?" tanyaku sedikit heran.
"aku hanya seorang mekanik, Jeff. Aku tak punya apa-apa untuk di bangga kan sama kamu. Aku juga hanya seorang anak kampung, yang mencoba berjuang di kota yang begitu kerasa ini." balas bang Haykal sedikit lirih.
"bang Haykal jangan berkata seperti itu. Justru aku menyukai bang Haykal, karena bang Haykal adalah seseorang yang berani hidup mandiridi usia bang Haykal yang masih cukup muda. Selain karena bang Haykal memang sangat tampan dan gagah sih." ucapku apa adanya.
"tapi tetap saja, aku hanya lelaki miskin, Jeff." suara bang Haykal semakin lirih.
"tak ada bedanya bagi ku, bang. Aku sudah terlanjut jatuh cinta pada bang Haykal. Aku tak peduli tentang semua itu. Karena aku sangat mencintai bang Haykal." balasku yakin.
"aku juga cinta sama kamu, Jeff." ucap bang Haykal penuh perasaan.
"lalu apa aku boleh memeluk bang Haykal?" tanya ku ragu.
"jangan kan hanya memeluk, Jeff. Kamu ingin lebih dari itu aku juga pasti mau." balas bang Haykal lugas.
Mendengar kalimat itu, aku pun mulai mendekati bang Haykal. Bang Haykal pun sangat mengerti, ia juga turut mendekat.
Dan malam itu, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku bisa mendekap tubuh kekar seorang cowok yang aku cintai.
Tubuh itu terasa hangat. Begitu nyaman. Aku rebahkan kepala ku di bahu kokoh bang Haykal. Aku benar-benar merasa bahagia malam itu.
"aku sangat menyayangi bang Haykal." bisik ku lembut.
"aku juga sayang kamu, Jeff." balas bang Haykal ikut berbisik.
"apa aku boleh meminta lebih dari ini?" tanya ku pelan.
"apa hal itu masih harus kamu pertanyakan, Jeff. Kamu kan sudah tahu jawbannya." balas bang Haykal.
"tapi aku belum pernah loh, bang. Seperti ini sama siapa pun. Bang Haykal adalah pacar pertama ku." ucapku jujur.
"iya, aku tahu. Kamu gak perlu khawatir. Aku pasti akan memperlakukan kamu dengan lembut kok." balas bang Haykal.
"tapi apa kamu yakin, mau melakukannya dengan ku?" tanya bang Haykal melanjutkan.
"iya, aku yakin, bang." jawab ku mantap.
Lalu kemudian, semua itu pun terjadi. Aku serahkan seluruh jiwa raga ku hanya untuk bang Haykal malam itu. Meski pun aku belum pernah melakukan hal tersebut, namun aku berusaha memberikan yang terbaik buat bang Haykal.
"kamu adalah laki-laki pertma dalam hidupku, bang." ucapku lirih, penuh perasaan.
"dan aku bhagia bisa menjadi yang pertma buat kamu, Jeff. Aku bahagia bisa mendpatkan kamu." balas bang Haykal lembut.
Aku kemudian hanya bisa psrah, saat bang Haykal mulai melakukan aksi nya padaku. Aku relakan semuanya, hanya untuk bang Haykal.
Aku tak mau malam ini sia-sia. Aku ingin menghabiskan malam ini dengan kesan yang sangat indah. Aku hanya menginginkan bang Haykal, sepenuhnya. Utuh.
Aku merasa sangat bahagia. Ternyata semuanya jauh lebih indah dari semua khayal ku selama ini. Kesan pertama yang aku dapat dari bang Haykal benar-benar sangat sempurna. Begitu indah.
******
Sejak saat itulah, aku dan bang Haykal menjalin hubungan asmara. Sebuah hubungan yang terasa sangat indah bagiku. Sejak saat itu, bukan hanya malam minggu aku datang ke kost bang Haykal, tapi juga hampir setiap malam.
Aku juga masih sering singgah di bengkel tempat bang Haykal bekerja menjadi mekanik. Walau kadang hanya sekedar, mengganti oli motorku.
"oli nya kental ya.." ucap bang Haykal dengan nada canda, suatu saat aku mengganti oli motor ku di bengkel tempat ia bekerja.
"ah, lebih kntalan oli bang Haykal kayaknya." ucapku membalas, dengan sedikit memelankan suara. Takut kalau orang-orang mendengarnya.
"tapi kamu mmang suka yang lebih kental kan?" ucap bang Haykal sedikit berbisik.
"selagi bang Haykal yang memsukan oli nya, aku gak terlalu peduli tentang kekntalannya bang. Yang penting oli nya penuh." jawabku semakin berbisik.
"tadi mlam penuh gak?" tanya bang Haykal.
"penuh banget, bang. Sampai melimpah malah." jawabku.
"bukannya kamu yang minta di limpahkan?" tanya bang Haykal lagi.
"aku mintanya oli nya msuk ke dlam semua, bang. Biar lebih brasa aja." balasku.
"oke, kalau gitu nanti mlam oli nya aku msukin semuanya, gak bakal ada yang tersisa." ucap bang Haykal.
"emang masih banyak oli nya?" tanya ku.
"kalau buat kamu, stok oli ku selalu ada, kapan pun kamu membutuhkannya." jawab bang Haykal terdengar yakin.
Dan pembicaraan-pembicaraan seperti itu, jadi semakin sering terjadi di antara kami. Terutama kalau kami lagi saling video call malam-malam, saat kami tidak punya kesempatan untuk bertemu.
Hubungan cinta kami memang semakin hari semakin terasa indah. Kehadiran bang Haykal dalam hidupku, mampu memberi warna indah dalam hatiku.
Aku semakin mencintai sang mekanik tampan itu. Rasanya hidupku terasa lengkap. Aku merasa utuh. Begitu sempurna. Kebahagiaan ku saat ini, tidak dapat aku ukirkan dengan kata-kata.
Tak pernah terpikir olehku sebelumnya, kalau aku akan bisa memiliki cowok yang aku cintai dan juga mencintai ku.
Setelah bertahun-tahun, aku hanya bisa jatuh cinta dalam diam, tanpa pernah bisa aku ungkapkan, apa lagi aku miliki. Namun sekarang, cintaku benar-benar terungkap, dan benar-benar bisa aku miliki.
Aku tak akan pernah melepaskan bang Haykal dalam hidupku. Aku akan selalu mencintainya, selamanya.
Bagiku, bang Haykal adalah segalanya. Aku ingin selamanya bersamanya. Aku ingin cinta kami tetap utuh, selamanya.
Semoga saja tidak ada apa pun yang bisa memisahkan cinta kami.
Namun perjalanan hidup adalah misteri. Kita tidak pernah bisa menebak apa yang akan terjadi ke depannya. Kita tidak pernah tahu, apa yang akan terjadi di kemudian hari.
Seperti apa pun kita merencanakan hidup ini, selalu saja yang terjadi di laur dugaan kita.
Lalu mungkinkah cinta ku dan sang mekanik tampan itu, bisa bertahan selamanya?
Apa yang terjadi selanjutnya dengan hubungan cinta kami?
*****
Part 2
Hampir dua tahun hubungan indah ku bersama bang Haykal, si mekanik tampan itu terjalin dengan indah. Aku benar-benar merasa bahagia dengan semua itu.
Hampir setiap malam kami selalu bersama. Menikmati keindahan cinta kami. Jatuh cinta memang indah. Dan lebih indah lagi, saat kita bisa memiliki orang yang kita cintai. Dan hal itulah yang aku rasakan bersama bang Haykal.
Namun hubungan indah yang sudah terjalin hampir dua tahun itu, pada akhirnya harus mendapatkan batu sandungan.
Berawal dari bang Haykal yang tiba-tiba saja harus pulang kampung, karena ibunya sakit parah.
Aku dengan sangat berat harus melepaskan kepergian bang Haykal.
Aku hanya tidak bisa membayangkan bagaimana hari-hari ku tanpa bang Haykal. Meski pun bang Haykal berjanji kalau ia pasti kembali. Namun tetap saja aku merasa sangat kehilangan dirinya.
Kampung halaman bang Haykal memang cukup jauh, butuh perjalanan dua hari dua malam naik bis, untuk bisa sampai kesana. Hal itulah yang membuat aku jadi sedikit merasa khawatir.
Meski pun kami masih tetap bisa saling berhubungan melalui ponsel, tapi tetap saja hal itu tidak cukup bagi ku. Aku butuh bang Haykal ada di dekat ku, bukan sekedar mendengar suaranya, atau hanya melihatnya melalui video call.
Seminggu, dua minggu bahkan sudah lebih dari sebulan bang Haykal pergi. Aku semakin merindukan dirinya. Hidupku terasa hampa tanpa kehadirannya di sisi ku.
"kapan abang kembali ke sini lagi?" tanyaku di ponsel.
"kamu yang sabar ya, Jeff. Ibu ku masih sakit. Aku belum bisa kembali sekarang." balas bang Haykal.
"aku rindu bang Haykal." ucapku lirih.
"aku juga rindu kamu, Jeff." balas bang Haykal syahdu.
"aku pengen servis motor ku lagi sama bang Haykal." ucapku lagi.
"mau sekalian ganti oli nya gak?" balas bang Haykal dengan nada candanya.
"ya mau lah, bang. Udah lama oli nya gak di ganti loh." ucapku ikut bercanda.
"aku juga pengen ganti oli motor kamu, Jeff. Tapi mau gimana lagi, sekarang kita berjauhan." balas bang Haykal lemah.
"makanya abang cepat kembali kesini. Biar aku bisa ganti oli, dan oli abang gak kebuang sia-sia." ucapku masih dengan nada canda.
"ah, kamu, Jeff. Bikin aku semakin kangen aja." balas bang Haykal.
Dan pembicaraan kami pun terus berlanjut hingga berjam-jam. Kami memang kalau sudah video call, pasti sangat lama. Berjam-berjam. Namun hal itu tidaklah cukup untuk melepaskan segala kerinduan ku pada bang Haykal.
****
Tiga bulan kemudian, bang Haykal pun mengabarkan padaku, kalau ibunya sudah meninggal. Aku turut merasa sedih mendengar kabar tersebut.
Namun tidak cukup hanya sampai di situ, seminggu kemudian bang Haykal pun mengabarkan padaku, kalau ia tidak bisa kembali lagi ke sini.
"aku pengen buka usaha bengkel sendiri di kampung, Jeff. Biar bagaimana pun adik-adik ku sangat membutuhkan aku di sini. Mereka masih sangat kecil-kecil. Sejak ibu ku meninggal, hanya aku lah satu-satunya harapan mereka. Apa lagi ayah ku juga sudah sering sakit-sakitan sekarang." begitu jelas bang Haykal padaku melalui ponselnya.
"tapi aku juga membutuhkan bang Haykal di sini." ucapku pilu.
"maafkan aku, Jeff. Aku gak mungkin kembali lagi kesana. Mungkin lebih baik kalau kita saling melupakan." balas bang Haykal terdengar serak.
"tapi aku tidak bisa melupakan bang Haykal begitu saja. Aku sangat mencintai bang Haykal." ucapku semakin pilu.
"aku juga sangat mencintai kamu, Jeff. Tapi kita gak mungkin bersama lagi. Jarak di antara kita terlalu jauh. Lebih baik kita saling melupakan." balas bang Haykal lagi.
"aku gak bisa, bang." suara ku mulai parau. Mataku terasa perih menahan tangis.
"kamu pasti bisa, Jeff. Ini juga gak mudah bagiku. Tapi kita harus bisa." balas bang Haykal, aku bisa mendengar suara itu terdengar mulai serak.
Aku pun tak bisa lagi membendung air mataku. Aku menangis terisak.
"aku mohon, Jeff. Kamu jangan menangis seperti ini." ucap bang Haykal masih dengan suara seraknya.
"aku akan menyusul bang Haykal kesana." ucapku dalam isak tangis.
"kamu jangan melakukan hal bodoh, Jeff. Kamu harus menyelesaikan kuliah mu. Kamu harus kuat." balas bang Haykal.
Untuk selanjutnya aku pun tak berkata apa-apa lagi. Hatiku terasa perih. Berat sekali rasanya harus berpisah dari bang Haykal. Aku merasa tak sanggup.
Aku memang berniat untuk menyusul bang Haykal ke kampungnya. Tapi seperti yang ia katakan, aku harus menyelesaikan kuliah ku dulu. Lagi pula kampung bang Haykal sangat jauh. Aku pasti tidak akan mendapat izin dari orangtua ku, jika aku pergi sejauh itu.
Karena itu aku akhirnya hanya bisa pasrah. Aku mencoba menerima semua kenyataan yang terjadi. Kenyataan kalau aku tidak bisa lagi bersama bang Haykal. Kenyataan kalau hubungan kami harus berakhir, karena terpisah jarak yang sangat jauh.
Aku pun hanya bisa menangisi semua itu. Rasanya begitu sakit. Aku harus kehilangan orang yang aku cintai, di saat aku masih sangat membutuhkannya.
*****
Setahun kemudian pun berlalu. Sudah setahun pula aku tak pernah bertemu bang Haykal. Sudah setahun juga kami tak lagi saling kontak. Kami memang sudah sepakat untuk saling melupakan. Dan tidak lagi saling menghubungi.
Pernah beberapa kali, aku coba menghubungi bang Haykal, tapi ia tak pernah mau mengangkatnya. Bahkan pesan ku pun tak pernah ia balas. Aku pun akhirnya memutuskan untuk tidak lagi menghubunginya. Aku pun mencoba belajar untuk melupakannya. Mungkin itu lebih baik. Mungkin begitulah perjalanan cinta kami.
Kami di pertemukan, saling tertarik dan saling jatuh cinta. Lalu kami pun menjalin hubungan cinta yang indah selama hampir dua tahu. Namun kemudian kami harus terpisah oleh jarak yang begitu jauh, yang membuat kami harus sama-sama belajar saling melupakan.
Namun cinta ku kepada bang Haykal tak pernah pudar. Aku masih selalu mengingat segala kenangan indah yang pernah terjadi di antara kami. Memang tidak mudah bagiku melupakan bang Haykal. Karena dia adalah laki-laki pacar pertama ku.
Bang Haykal adalah laki-laki pertama yang mampu memberikan kesan yang teramat indah. Dia adalah laki-laki pertama yang membuat aku terbuai dengan cintanya yang indah.
Namun kini semua telah berlalu. Kisah cinta ku bersama bang Haykal kini hanya tinggal kenangan. Dan aku harus belajar untuk menjalani hari-hari ku tanpa kehadirannya. Meski berat, tapi aku harus bisa.
Sampai akhirnya aku bertemu Daffa. Bang Daffa. Dia juga seorang mekanik motor. Hanya bedanya dia punya usaha bengkel sendiri. Dia bekerja sendiri tanpa karyawan.
Sejak bang Haykal pergi, aku memang tidak pernah lagi datang ke bengkel tempat bang Haykal bekerja dulu. Aku merasa, setiap kali aku kesana, aku justru semakin merindukan bang Haykal. Karena itu, aku mencoba mencari bengkel langganan lain. Dan dari situlah aku mengenal bang Daffa.
Bang Daffa sebenarnya sudah punya istri dan anak. Namun istri dan anaknya tidak tinggal bersamanya. Istri dan anak bang Daffa tinggal bersama orangtuanya di kampung, yang berjarak tidak terlalu jauh dari bengkel bang Daffa. Biasanya sekali seminggu bang Daffa pulang ke rumah istri dan anaknya.
Bang Daffa memang sudah cukup berumur, setidaknya ia sudah berusia 36 tahun. Anaknya yang pertama sudah berusia 7 tahun, sedangkan anak keduanya masih berusia 3 tahun.
Begitulah kira-kira cerita bang Daffa padaku, tentang kehidupannya. Aku memang selalu bertanya banyak hal pada bang Daffa, setiap kali aku berada di bengkelnya. Aku memang ingin tahu lebih banyak bang Daffa.
Bang Daffa memiliki wajah yang cukup tampan. Hidungnya sedikit mancung, matanya selalu terlihat berbinar. Ada belahan tipis di dagunya, yang membuat ia terlihat sangat manis. Rahangnya kokoh. Tubuhnya kekar dan berotot. Sebagai laki-laki bang Daffa memang cukup sempurna. Karena itu juga aku jadi tertarik padanya.
Dalam usaha ku untuk melupakan bang Haykal, aku pun terus mencoba untuk mengakrabkan diri dengan bang Haykal. Aku pun memberanikan diri untuk meminta nomor handphone nya.
Kadang jika aku lagi gabut sendirian di rumah, aku pun memacu motor ku ke bengkel bang Daffa. Sekedar menemaninya bekerja dan juga sekedar ngobrol dengannya.
Semakin lama, kami pun semakin akrab dan dekat. Aku tidak lagi merasa sedih, karena telah kehilangan bang Haykal. Meski pun hubungan ku dengan bang Daffa, masih hanya sebatas teman ngobrol, namun kehadiran bang Daffa cukup menghiburku.
Hari-hari ku kembali berwarna. Aku jadi merasa punya tujuan kembali.
Aku pun jadi sering membawakan makanan untuk bang Daffa, terutama saat jam makan siang. Karena aku tahu, bang Daffa hanya masak sendiri. Dan paling sering ia memesan makanan secara online.
Bang Daffa memang selalu pulang sekali seminggu ke tempat istri dan anaknya, namun hal itu tidak mengurangi kesempatan ku untuk bisa bersamanya.
****
"kamu kenapa begitu baik padaku, Jeff?" tanya bang Daffa suatu siang.
"aku hanya ingin belajar banyak sama bang Daffa, terutama soal motor." balas ku beralasan.
"emangnya juga mau jadi mekanik seperti saya?" tanya bang Daffa.
"ya gak sih, bang. Cuma pengen sekedar tahu aja, sih." balasku apa adanya.
"tapi setahu ku, selama kamu di sini, kamu belum pernah tuh otak atik motor." ucap bang Daffa lagi.
"ya, aku kan masih mau belajar, bang. Jadi cuma liat-liat abang kerja aja dulu." balasku ringan.
"liat-liat abang kerja, atau liat abang yang kerjanya?" ucap bang Daffa kemudian, sambil sedikit menekan suaranya. Entah apa maksudnya. Aku juga tidak terlalu paham.
"kalau sekalian liat abang yang kerjanya, kan gak apa-apa juga, bang. Anggap aja itu bonus untuk saya." balasku ikut menekan suara, dengan tujuan tertentu.
"yakin cuma mau diliatin aja abang yang kerjanya?" ucap bang Daffa lagi, seakan terus memancing.
"mau nya sih, lebih dari sekedar di liatin. Tapi takutnya abang yang kerjanya gak mau lebih dari itu." balasku lagi.
"coba aja dulu, siapa tahu abangnya mau." ucap bang Haykal santai.
"emangnya bang Daffa mau, kalau saya pengen lebih dari sekedar melihat abang?" tanya ku akhirnya.
"hmm... gimana ya... sulit juga sih menolak cowok secakep kamu. Tapi...." bang Daffa sengaja menggantung kalimatnya.
"tapi apa, bang?" tanya ku mulai penasaran.
Saat bang Daffa hendak berucap lagi, tiba-tiba sebuah motor datang.
"bang bisa ganti oli?" tanya si pengendara motor tersebut, setelah ia turun dari motornya.
"bisa.." jawab bang Daffa singkat, sambil mulai berdiri.
Pembicaraan kami pun terhenti sampai di situ. Bang Daffa mulai sibuk mengerjakan tugasnya. Sementara aku hanya terpaku dalam rasa penasaran ku.
*****
Part 3
Aku dan bang Daffa pun semakin dekat. Meski pun aku belum tahu pasti seperti apa sebenarnya perasaan bang Daffa pada ku. Namun dari sikapnya aku percaya, kalau bang Daffa juga punya perasaan khusus padaku.
Hanya saja, mungkin karena ia sudah punya istri dan anak, bang Daffa tidak berani untuk terlalu jujur padaku tentang perasaannya padaku.
Namun apapun itu, yang pasti saat ini aku merasa bahagia bisa dekat dengan bang Daffa. Hal itu cukup mampi membuat ku untuk bisa melupakan bang Haykal.
Hingga pada suatu malam, aku sengaja datang ke bengkel bang Daffa. Meski pun kalau malam bengkel itu sudah tutup, tapi biasanya bang Daffa sering nongkrong sendirian di depan bengkelnya tersebut.
"aku masih penasaran dengan ucapan bang Daffa tempo hari." ucapku memulai pembicaraan.
"ucapan ku yang mana?" tanya bang Daffa. Entah ia benar-benar lupa, atau hanya sekedar untuk meyakinkan dirinya sendiri, kalau apa yang aku maksud memang seperti yang ia pikirkan.
"ucapan bang Daffa tentang, kalau aku boleh lebih dari sekedar melihat bang Daffa." jelasku.
"oh, soal itu. Kamu masih ingat aja, Jeff." balas bang Daffa.
"tapi kamu serius, kalau kamu memang ingin lebih dari sekedar melihatku?" lanjutnya bertanya.
"iya, bang. Aku memang dari awal sudah suka sama bang Daffa. Sebenarnya itulah alasanku, mengapa aku jadi sering mampir di bengkel bang Daffa." ucapku mencoba untuk jujur.
"tapi aku sudah punya istri dan anak loh, Jeff. Apa kamu gak keberatan akan hal itu?" balas bang Daffa sedikit bertanya.
"kalau bang Daffa juga mau, aku gak bakal keberatan, bang. Yang penting bang Daffa masih punya waktu untukku." ucapku pelan.
"kalau soal waktu, aku pasti selalu ada buat kamu, Jeff. Kan aku hanya pulang sekali seminggu ke tempat istri dan anak ku, selebihnya waktu ya bisa buat kamu." balas bang Daffa.
"jadi, apa bang Daffa juga punya perasan padaku?" tanyaku sekedar meyakinkan diriku sendiri.
"aku tidak begitu yakin dengan perasaan ku padamu saat ini, Jeff. Namun yang pasti, aku merasa cukup nyaman saat bersama kamu. Apa lagi selama ini, kamu juga sangat baik pada ku. Tapi jika kamu memang menginginkan ku, aku bersedia kok." balas bang Daffa panjang lebar.
"aku memang menginginkan bang Daffa. Karena aku benar-benar telah jatuh cinta pada bang Daffa." ucapku apa adanya.
"kalau begitu, kita lanjut ngobrolnya di dalam aja ya.." ucap bang Daffa kemudian.
"ayok, bang." balasku mantap.
Kami pun segera berdiri, dan segera melangkah masuk ke dalam bengkel bang Daffa, yang merupakan sebuah ruko kecil. Di bagian depan ruko itu adalah tempat peralatan bengkel bang Daffa, bagian tengahnya sebuah kamar kecil, sedangkan di bagian belakangnya terdapat dapur dan kamar mandi.
Bang Daffa sengaja mengajak aku masuk ke dalam kamarnya. Kami pun memulai obrolan kami kembali, sambil kami rebahan di atas ranjang kecil milik bang Daffa di dalam kamar tersebut.
Tentu saja pembicaraan kami semakin bersifat pribadi. Aku juga semakin dengan terang-terangan mengungkapkan segala kekagumanku pada bang Daffa. Aku juga bercerita sedikit banyak tentang masa lalu ku, tentu saja bagian dimana aku dan bang Haykal pernah menjalin hubungan, sengaja tidak aku ceritakan.
Semakin malam pembicaraan kami pun semakin seru. Bang Daffa juga semakin terbuka padaku. Ia juga sedikit banyak bercerita tentang masa lalunya.
"kamu jadi nginap sini kan?" tanya bang Daffa di sela-sela pembicaraan kami.
"jadi lah, bang." jawabku yakin. Karena aku memang sudah mengabari orangtua ku, kalau aku tidak pulang malam ini.
Dan malam itu pun berlalu dengan penuh keindahan. Untuk pertama kalinya aku dan bang Daffa melakukan sebuah pergelaran. Yang membuat aku semakin terkesan dengannya.
Aku yang sudah lama tidak merasakan hal tersebut, jadi semakin terlena dengan perlakuan bang Daffa padaku malam itu.
Tidak ku sangka bang Daffa cukup mahir melakukan hal tersebut. Terlihat sekali, kalau ini bukanlah pertama kalinya ia melakukan hal itu. Tapi aku justru menyukainya. Setidaknya aku jadi tidak terlalu sibuk untuk mengajarinya, karena ia sudah mengerti dengan posisinya sebagai laki-laki malam itu.
****
"dulu aku juga pernah punya pacar seorang laki-laki. Itu terjadi jauh sebelum aku mengenal istri ku yang sekarang dan menikahinya." cerita bang Daffa, sebelum kami benar-benar tertidur malam itu. Dan sepertinya kami gak bakalan bisa tidur, karena pergelaran kami baru berlangsung satu ronde.
"hubungan ku dan pacarku itu kandas, karena aku memergokinya bersama laki-laki lain. Meski pun aku sangat kecewa saat itu, tapi aku coba melepaskannya dengan ikhlas." lanjut bang Daffa bercerita.
"dalam masa kesendirian ku itulah, aku bertemu dengan istri ku yang sekarang. Awalnya perasaan ku biasa saja, namun karena perhatian dan kasih sayang yang selalu ia curahkan padaku, hatiku akhirnya luluh. Aku tidak tahu, apa itu cinta atau bukan, namun yang pasti, tiba-tiba saja ada keinginan untuk menjadikannya istri ku."
"aku pun akhirnya menikah dan mencoba menjalani kehidupan ku sebagaimana layaknya seorang laki-laki. Menjadi kepala rumah tangga, menjadi seorang suami dan juga menjadi seorang ayah."
"bertahun-tahun aku menjalani kehidupan normal seperti itu. Meski pun kadang timbul keinginan dalam diriku, untuk punya pacar seorang laki-laki lagi. Namun selama ini, aku belum pernah bertemu laki-laki yang benar-benar menarik perhatianku."
"sampai akhirnya aku bertemu kamu, Jeff. Dan entah mengapa aku merasa tertarik sama kamu. Apa lagi selama ini, kamu juga sangat baik padaku. Awalnya aku takut untuk jujur sama kamu, mengingat kalau aku sudah berstatus suami orang. Namun melihat sikapmu padaku, aku mulai yakin, kalau kamu pasti tidak akan keberatan, jika aku sudah punya istri dan anak."
"sampai akhirnya kamu jujur dengan perasaanku padaku, dan aku pun mencoba untuk berani jujur padamu. Hingga semua ini pun terjadi malam ini." begitu kira-kira cerita bang Daffa padaku malam itu.
"lalu apa kamu masih mau denganku, setelah kamu tahu tentang kisah masa laluku itu?" tanya bang Daffa tiba-tiba, setelah untuk beberapa saat kami saling terdiam.
"aku gak peduli dengan masa lalu bang Daffa. Aku juga gak peduli, meski pun saat ini bang Daffa sudah punya anak dan istri. Aku tetap mencintai bang Daffa apa adanya." balasku jujur.
Dan begitulah hubunganku dengan bang Daffa terjalin. Sejak malam itu, kami pun resmi berpacaran. Aku juga hampir setiap malam berkunjung ke tempat bang Daffa, meski pun tidak selalu menginap di sana.
Kehadiran bang Daffa, benar-benar mampu mengisi kekosongan hatiku, semenjak kepergian bang Haykal dari hidupku. Aku bahkan sudah tidak mengingat tentang bang Haykal lagi. Aku mencoba menjalani hari-hari indah ku bersama bang Daffa. Meski pun bang Daffa sudah berstatus suami orang.
****
Berbulan-bulan hubungan indahku bersama bang Daffa terjalin. Aku sungguh merasa bahagia dengan semua itu.
Sampai suatu saat..
"aku harus pergi melaksanakan KKN, bang." ucapku pada bang Daffa.
"berapa lama?" tanya bang Daffa.
"mungkin sekitar dua bulan." jawabku.
"cukup lama juga, ya. Tapi gak apa-apa, kok. Aku akan sabar menunggu kamu disini." ucap bang Daffa lagi.
Dan meski dengan perasaan yang sangat berat. Aku dan bang Daffa harus berpisah sementara waktu, karena aku harus melaksanakan KKN, di daerah yang cukup jauh dari kota tempat aku tinggal.
Dan di tempat KKN ku itulah, aku bertemu dengan bang Haykal kembali. Aku tidak menyangka, kalau desa tempat aku KKN adalah desa tempat bang Haykal tinggal.
Aku memang tidak pernah tahu di mana desa bang Haykal sebenarnya selama ini. Meski pun bang Haykan pernah mengatakannya padaku, namun aku tidak begitu mengingatnya.
"jadi bang Haykal tinggal di sini?" tanya ku, ketika kami punya kesempatan untuk mengobrol berdua.
"iya, Jeff. Ini lah desa ku. Dimana aku di lahirkan dan di besarkan." balas bang Haykal.
"aku senang bisa bertemu kamu kembali, Jeff." ucap bang Haykal melanjutkan.
"aku juga." balasku singkat, karena aku hampir tidak tahu, apa aku benar-benar senang bertemu bang Haykal kembali.
Lebih dari dua tahun, kami tidak bertemu. Bahkan bang Haykal dengan sengaja memutuskan hubungan di antara kami. Dia tidak pernah mengangkat telpon ku dan juga tidak pernah membalas pesanku.
"jadi berapa lama kamu akan berada disini, Jeff?" tanya bang Haykal kemudian.
"sekitar dua bulan, bang." balasku.
"berarti kita masih punya banyak waktu untuk ngobrol." ucap bang Haykal lagi. "semoga kamu betah berada disini ya, Jeff." lanjutnya.
"ya betah gak betah lah, bang. Namanya juga tugas." balasku lemah.
Untuk selanjutnya bang Haykal pun bercerita banyak hal tentang desa nya tersebut. Pembicaraan kami sampai saat itu, masih bersifat umum. Sepertinya kami tanpa sengaja telah sepakat untuk tidak membahas tentang masalah hubungan kami dulu, untuk sementara.
*****
Aku dan bang Haykal pun semakin sering mengobrol. Meski kami lebih ngobrol bersama teman-teman KKN ku yang lain. Kebetulan rumah tempat kami tinggal selama KKN tersebut, bersebelahan dengan tempat usaha bengkel bang Haykal. Jadi mau tidak mau, kami para mahasiswa KKN, terutama yang cowok, jadi sering nongkrong di bengkel tersebut.
Hingga pada suatu kesempatan, aku dan bang Haykal pun punya waktu untuk ngobrol berdua lagi. Sebenarnya bang Haykal sengaja mengajak aku jalan-jalan keluar desa, dengan menggunakan motornya.
"aku mau ngomong." begitu alasan bang Haykal mengajak ku pergi, sambil sedikit berbisik, takut kalau rekan ku yang lain mendengarnya.
Aku pun tak bisa menolak ajakan tersebut. Karena biar bagaimana pun, aku memang membutuhkan bang Haykal selama aku berada di desa ini. Setidaknya dengan adanya orang yang aku kenal di desa tersebut, bisa mengurangi rasa kerinduan ku untuk pulang.
Kami pun berangkat menuju jalan keluar desa tersebut. Desa bang Haykal memang berjarak kurang lebih tiga belas kilo dari jalan utama. Sepanjang perjalanan menuju desa tersebut, terdapat banyak kebun-kebun sawit masyarakat.
Pada sebuah kebun sawit, bang Haykal membawa motornya masuk ke dalam kebun tersebut. Di dalam kebun itu terdapat sebuah pondok kecil. Bang Haykal memarkir motornya dan meminta aku untuk turun. Kami pun duduk di dalam pondok kecil tersebut.
"kita ngapain di sini, bang?" tanya ku.
"aku kangen kamu, Jeff." ucap bang Haykal lembut.
"tapi kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi, bang." balasku.
"tapi aku masih mencintai kamu, Jeff. Jadi aku harap selama kamu di sini, kita bisa bersama-sama lagi seperti dulu. Aku benar-benar sangat merindukan saat-saat romantis bersama kamu, Jeff." ucap bang Haykal lagi.
Aku terdiam. Berpikir.
Sejujurnya aku memang belum benar-benar bisa melupakan bang Haykal. Meski pun di hatiku saat ini sudah ada bang Daffa. Namun pertemuan ku kembali dengan bang Haykal, telah mampu membangkitkan segala kenangan indah yang pernah kami lalui bersama dulu.
Dalam keterdiamanku itu, tiba-tiba bang Haykal menarik tubuhku ke dalam dekapannya. Entah mengapa aku hanya membiarkan hal tersebut. Biar bagaimana pun, aku dan bang Haykal dulu pernah menjalin hubungan asmara. Dan hal itulah yang membuat aku tidak ingin menolaknya.
Lagi pula menurutku, tak ada salahnya selama aku di sini, aku mamfaatkan juga untuk bisa menikmati waktu berdua bersama bang Haykal. Walau itu berarti aku telah mengkhianati bang Daffa. Tapi bukankah bang Daffa sendiri juga sudah punya istri? Itu artinya aku hanya yang kedua baginya.
Lagi pula bang Daffa gak mungkin tahu
kan, apa yang aku lakukan selama KKN? Karena itu aku memilih untuk
membiarkan bang Haykal melakukan apa pun yang ingin dia lakukan padaku.
Melihat kepasrahanku, bang Haykal pun semakin berani. Dia mulai melakukan hal yang sudah lebih dua tahun ini tidak kami lakukan. Dan aku pun mulai bereaksi. Kenangan indahku bersama bang Haykal dulu, kembali melintas di pikiranku.
Kini semua kenangan kembali menjelma menjadi sebuah kenyataan. Bang Haykal masih seindah dulu. Permainannya masih sama seperti dulu. Lembut namun penuh kesan.
Dan siang itu, kebun sawit itu pun menjadi saksi, pergelaran kami. Setelah leih dua tahun kami tidak melakukannya.
****
Sejak kejadian indah siang itu, bang Haykal semakin sering mengajak aku jalan-jalan berdua, terutama malam hari. Dia selalu punya tempat yang strategis untuk kami bisa menghabiskan waktu berdua.
"jadi bang Haykal udah tunangan?" tanya ku, ketika suatu malam kami bersama kembali.
"kamu tahu dari mana?" tanya bang Haykal.
"dari adik bang Haykal." jawabku jujur.
"iya. Aku memang sudah bertunangan. Tapi sebenarnya itu adalah keinginan keluarga ku. Dan lagi pula, usia ku juga sudah cukup untuk segera berumah tangga. Kalau di kampung, jika kita telat nikah itu akan menjadi bahan gunjingan yang empuk bagi para warga. Jadi aku tak berusaha menolak pertunangan tersebut, meski pun sebenarnya aku tak menginginkannya." jelas bang Haykal.
"apa kamu marah akan hal tersebut?" tanya bang Haykal tiba-tiba, ketika ia melihat aku hanya terdiam.
"marah sih gak, bang. Hanya kecewa aja, kenapa bang Haykal gak jujur dari awal." ucapku lemah.
"aku pikir itu tidak penting untuk di bahas. Dan lagi pula, jika aku jujur dari awal, aku takut kamu gak mau menerima aku lagi." balas bang Haykal.
"ya, gak apa-apa, bang. Toh, hubungan kita juga hanya untuk sementara kan? Hanya selama aku berada di sini." ucapku pelan.
"iya. Yang penting selama kamu berada di sini. Kita memanfaatkan setiap kesempatan yang ada, Jeff. Anggaplah ini sebagai moment untuk perpisahan kita. Karena mungkin setelah ini, kita tidak akan pernah bertemu lagi kan?" balas bang Haykal.
Aku hanya diam, sambil mulai merebahkan kepala ku, di atas bahu kokoh milik bang Haykal. Aku selalu merasa nyaman melakukan hal tersebut.
Untuk selanjutnya, seperti biasa, kami pun melakukan pergelaran kami dengan penuh semangat.
****
Waktu terus bergulir, sudah dua bulan aku melaksanakan KKN. Sudah dua bulan juga, aku menikmati indahnya cinta ku dan bang Haykal. Dan setelah dua bulan, kami pun akhirnya harus berpisah.
"apa kita akan bertemu lagi, bang?" tanyaku, ketika malam terakhir kami bertemu.
"kita tidak pernah bisa tahu apa yang akan terjadi ke depannya, Jeff. Seperti saat ini, kita tidak pernah menyangka sama sekali, kalau kita akan bertemu lagi, setelah lebih dari dua tahun kita berpisah." balas bang Haykal diplomatis.
"iya, sih, bang. Hanya saja, entah mengapa, tiba-tiba saja aku merasa berat harus berpisah dengan bang Haykal lagi." ucapku lirih.
"aku juga merasa berat, harus berpisah lagi dengan mu, Jeff. Tapi bukankah kita tidak bisa menghindari hal ini? Bukankah sejak awal, kita sudah menyadari kalau perpisahan ini akan terjadi?" balas bang Haykal.
Aku pun hanya terdiam. Aku memang merasa berat harus berpisah dengan bang Haykal lagi. Biar bagaimana pun, kebersamaan kami selama hampir dua bulan ini, telah mampu membangkitkan cinta yang dulu pernah ada di antara kami.
Tapi aku memang harus kembali ke kota, aku harus kembali ke rumahku, ke tempat yang semestinya. Dan lagi pula di sana sudah ada bang Daffa yang sedang menunggu ku.
Karena itu, keesokan harinya aku pun berusaha bersikap biasa saja, saat aku akhirnya benar-benar harus pergi dari desa bang Haykal.
Bang Haykal pun melepaskan ku dengan senyum yang terlihat mengembang. Sepertinya ia juga berusaha untuk bersikap sewajarnya.
****
"betah ya kamu disana?" suara bang Daffa, ketika aku sudah kembali ke kota ,dan aku sempatkan untuk berkunjung ke bengkelnya malam itu.
"ya betah gak betah lah, bang. Namanya juga tugas kuliah." balasku pelan.
"tapi masa' iya, selama dua bulan di sana, kamu gak pernah pulang sama sekali." ucap bang Daffa lagi.
"kan jauh, bang. Lagi pula kita kan selalu video call, bang." balasku lagi.
"iya.. iya.. abang becanda, kok. Gak usah di tanggapi serius gitu. Abang hanya takut, kalau kamu di ambil orang selama di sana." bang Daffa membalas.
"ah, bang Daffa bisa aja. Siapa juga yang mau sama aku nih, bang. Lagi pula cinta ku ini hanya untuk bang Daffa seorang. Aku gak mungkin ke lain hati, bang." ucapku selembut mungkin. Aku gak mau bang Daffa curiga, kalau aku selama disana justru bersama laki-laki lain.
"iya, deh. Abang percaya." balas bang Daffa.
Lalu kemudian, kami pun saling melepaskan rindu. Setelah dua bulan kami tidak bertemu.
Dan begitulah, kisah cinta ku bersama bang Daffa, si mekanik tampan itu, terus berlanjut. Sementara ingatan ku tentang bang Haykal, perlahan mulai memudar.
Dan kisah ini pun berakhir sampai di sini.
Terima kasih sudah menyimak kisah ini dari awal sampai akhir, semoga terhibur.
Sampai jumpa lagi di kisah-kisah selanjutnya, salam sayang untuk kalian semua.
****
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih