Langsung ke konten utama

Adsense

Cinta untuk sang Kurir tampan

Zaman digitalisasi benar-benar telah merubah kebiasaan orang-orang, terutama diri ku.

Salah satu kebiasaan ku yang paling aku rasakan berubah adalah, cara aku berbelanja.

Sebagai seseorang yang punya hobi shoping, saya memang tidak bisa meninggalkan kebiasaan ku tersebut, meski pun zaman sudah berubah, dan aku tidak lagi muda.

Saat ini, aku sudah berusia 35 tahun lebih. Aku juga sudah bekerja di sebuah instansi pemerintah. Secara ekonomi kehidupan ku juga sudah cukup mapan.

Namun sampai saat ini, aku masih hidup sendiri. Aku belum punya istri, apa lagi punya anak.

Aku sudah punya rumah sendiri. Rumah yang aku beli atas hasil jerih payah ku sendiri. Rumah yang sudah aku tempati hampir lima tahun belakangan ini.

Sebuah rumah yang tidak terlalu besar. Namun cukup luas untuk aku tinggali sendiri.

Aku anak bungsu dari empat bersaudara. Semua kakak-kakak ku sudah menikah dan juga sudah punya anak. Mereka juga sudah punya kehidupan sendiri. Sementara kedua orangtua ku sudah lama meninggal, sudah puluhan tahun yang lalu.

Sejak selesai kuliah, dan sudah mendapatkan pekerjaan yang tetap, aku pun memutuskan untuk hidup mandiri, dan membeli rumah ini sendiri, dengan sistem kredit tentunya.

Aku memang belum menikah, meski pun sudah cukup berumur. Bukan karena aku tidak laku, tapi karena aku memilih untuk tidak menikah. Aku memilih untuk tetap hidup sendirian. Menikmati masa lajang ku yang aku rasa sangat indah.

Aku tidak ingin menikah, karena aku memang tidak punya rasa ketertarikan pada perempuan. Aku tidak ingin menikah hanya karena ingin merubah status ku, atau pun alasan lainnya. Aku tidak ingin menikah tanpa adanya rasa cinta.

Jadi, hingga saat ini, aku masih betah dengan status lajang ku. Dan aku sangat menikmati hal tersebut. Terlepas dari segala gunjingan dan cemoohan orang terhadap pilihan ku tersebut.

Aku gak peduli, yang penting aku merasa bahagia dengan hidup ku saat ini.

Aku seorang gay, dan aku tidak pernah memungkiri hal tersebut. Meski tiada siapa pun yang tahu. Kecuali para lelaki yang menjadi teman kencan ku, yang aku dapatkan dari aplikasi-aplikasi khusus gay.

Aku sudah sangat sering menjalin hubungan dengan para lelaki gay lainnnya. Namun tidak satu pun hubungan ku tersebut yang bisa bertahan lama. Semuanya selalu kandas di tengah jalan, dengan berbagai alasan.

Untuk sekedar melepaskan hasrat ku, terkadang aku sering membooking para lelaki bayaran. Untuk aku jadikan pelampiasan rasa kesepian ku.

Dan begitulah kehidupan yang aku jalani, hingga saat ini.

****


Sebagai seseorang yang punya hobi belanja, aku memang lebih sering menghabiskan uang gaji ku, hanya untuk membeli barang-barang yang bahkan kadang-kadang tidak aku butuhkan.

Kalau dulu, aku suka sekali berbelanja langsung ke toko, supermarket atau pun ke mall-mall yang ada di kota tempat aku tinggal. Tapi sekarang, karena zaman sudah berubah, aku memang lebih suka berbelanja secara online.

Sudah lebih dari dua tahun belakangan ini, aku menekuni hobi baru ku tersebut. Aku lebih suka membeli barang secara online. Selain karena lebih murah, aku juga tidak perlu capek-capek keluar rumah lagi.

Karena sudah terlalu sering berbelanja online, aku juga jadi kenal beberapa orang kurir yang rutin mengantar paket ke rumah ku. Tentu saja dari beberapa ekspedisi yang berbeda.

Dari beberapa orang kurir tersebut, ada satu orang kurir yang cukup menarik perhatian ku. Namanya Krisna. Wajahnya tampan, matanya teduh. Postur tubuhnya sedikit kurus, tapi lumayan berotot. Senyumnya manis.

Selain itu ia juga ramah dan terlihat sopan. Aku pun mulai merasa menyukai Krisna. Dia sosok laki-laki yang cukup sempurna di mata ku.

Krisna masih cukup muda, masih dua puluh tahun usianya. Aku dan Krisna juga sudah saling kenal. Karena sudah beberapa bulan terakhir ini, Krisna sudah menjadi kurir langganan ku. Ia yang selalu mengantarkan paket ke rumah ku.

Setiap kali Krisna mengantarkan paket ke rumah ku, aku selalu menawarkan ia minum dan beristirahat sejenak. Aku juga selalu memberi tip padanya, sebagai bentuk ucapan terima kasih ku.

Karena selalu merasa aku istimewa kan, Krisna pun jadi lebih membuka diri. Ia jadi sering bercerita tentang pekerjaannya mau pun tentang kehidupannya padaku. Kami pun jadi semakin dekat dan akrab.

Mengenal Krisna membuat aku menjadi lebih punya semangat. Aku jadi semakin sering berbelanja online, hanya agar aku bisa bertemu Krisna.

Dari ceritanya, Krisna mengaku, kalau ia adalah anak sulung dari tiga bersaudara. Dua adiknya perempuan, dan masih bersekolah. Sementara Krisna, harus rela untuk tidak kuliah, karena harus membantu orangtua nya mencari nafkah.

Ayah Krisna hanyalah seorang buruh bangunan, sedangkan ibunya seorang buruh cuci. Kehidupan keluarga Krisna memang jauh dari kata mapan. Karena itulah, Krisna harus ikut bekerja membantu ekonomi keluarganya.

Mendengar cerita Krisna tentang kehidupannya, aku turut merasa perihatin. Di usianya yang terbilang masih cukup muda, Krisna sudah harus merasakan kerasnya kehidupan ini.

Karena itu juga, aku jadi semakin sering memberi bonus untuk Krisna. Setidaknya untuk bisa membantu keuangannya, meski sebenarnya Krisna selalu menolak hal tersebut. Tapi aku selalu berhasil memaksanya untuk menerima bonus yang aku berikan padanya.

"kenapa bang Abe sangat baik padaku?" tanya Krisna pada suatu hari, saat untuk kesekian kalinya ia mengantar paket ke rumah ku, setelah ia dengan cukup berat terpaksa menerima lagi tip dari ku.

"karena kamu juga orang baik, Krisna. Abang salut sama perjuangan kamu, untuk tetap bekerja membantu perekonomian keluarga kamu.." balasku apa adanya.

"iya, bang.. tapi.. aku jadi merasa gak enak, bang. Kalau harus selalu menerima bonus dari abang.." ucap Krisna lagi.

"udah.. kamu santai aja.. selagi saya mampu, pasti saya akan coba bantu kamu.. lagi pula, bonus yang saya berikan juga gak seberapa, kok.." balasku lagi.

"iya, bang.. terima kasih banyak ya, bang Abe... semoga suatu saat saya bisa membalas jasa bang Abe.." Krisna berucap lagi, sebelum akhirnya ia pun pamit, untuk melanjutkan tugasnya sebagai seorang kurir.

****

Suatu malam, Krisna datang mengantar paket ke rumah ku. Dan itu tidak seperti biasanya. Karena biasanya Krisna tidak pernah bekerja sampai malam. Hal itu menjadi tanda tanya bagi ku.

"tumben kamu ngantar paketnya malam-malam, Kris?" tanyaku penasaran.

"iya, bang. Sekarang saya ambil double job. Saya sengaja lembur, mengantar paket dua kali lipat dari biasanya. Karena saya lagi butuh uang banyak.." jelas Krisna dengan nada lemah.

"untuk apa?" tanya ku ingin tahu.

"tiga hari yang lalu bapak masuk rumah sakit, bang. Kata dokter, bapak mengalami gagal ginjal, dan harus segera di operasi. Dan itu butuh biaya banyak." jelas Krisna lagi, masih dengan nada lemah.

"oh.." aku terpaku sesaat. Rasa iba kembali menjalar di hati ku.

Ku tatap wajah letih milik Krisna. Tersimpan sejuta kelelahan di balik wajah tampan itu. Rasa iba ku semakin menjadi.

"ya udah.. kalau kamu capek, kamu istirahat dulu aja disini.. Jangan terlalu memaksakan diri.." ucapku akhirnya.

"gak bisa, bang. Saya harus buru-buru mengantar paket yang masih tersisa. Saya harus bisa mengantarkan semuanya malam ini.... saya permisi ya, bang.." balas Krisna, sambil mulai menghidupkan motornya lagi.

****

"Krisna, kamu bisa pakai uang ini dulu, ya. Anggap aja ini pinjaman dari saya, untuk biaya operasi ayah kamu. Kamu bisa bayarnya kapan aja, setidaknya sampai kamu punya uang. Yang penting saat ini adalah kesehatan ayah kamu.." ucapku berusaha meyakinkan Krisna agar mau menerima bantuan dariku.

Aku memang sengaja mengambil sebagian dari uang tabungan ku, setelah aku mendengar cerita dari Krisna tadi malam. Aku hanya ingin membantunya.

Siang itu, aku sengaja menelpon Krisna agar datang ke rumah ku.

"dan kamu gak perlu kerja lembur lagi. Kamu gak harus kerja dari pagi sampai malam, Kris. Kamu juga harus menjaga kesehatan mu. Nanti kalau kamu sakit, malah tambah repot.." lanjutku lagi.

"tapi, bang.. aku.. aku..." ucap Krisna terbata.

"udah... kami ambil aja, ya... yang penting ayah kamu di operasi dulu, nanti kalau beliau udah pulih, baru kamu pikirkan soal pinjaman ini..." ujarku memotong ucapan Krisna barusan.

"nanti kalau kamu butuh apa-apa lagi, atau uangnya belum cukup, kamu telpon saya aja, ya.." aku melanjutkan ucapan ku.

"ini.. udah lebih dari cukup, bang. Tapi... saya gak yakin bakal bisa membayarnya dalam waktu dekat ini, bang. Uang ini terlalu banyak, dan saya butuh waktu yang cukup lama, untuk bisa mengumpulkan uang sebanyak ini.." balas Krisna akhirnya.

"kan udah saya katakan, kamu gak usah pikirkan hal itu dulu. Lebih baik kamu fokus aja sama operasi ayah kamu saat ini.." ucapku dengan nada lembut.

"terima kasih banyak, bang.. Kalau begitu, saya pamit, bang. Saya akan langsung ke rumah sakit, agar Bapak bisa langsung di operasi hari ini.." balas Krisna dengan nada sedikit serak.

"iya, Kris... Saya do'a kan semoga ayah kamu operasinya lancar dan beliau bisa pulih kembali.." ucapku pelan.

Lalu kemudian, Krisna pun segera keluar dari rumahku, dan dengan sedikit terburu, ia menghidupkan motornya, sebelumnya akhirnya ia menghilang dari pandangan ku.

Aku merasa lega, bisa melakukan hal tersebut untuk Krisna. Aku memang telah jatuh cinta pada Krisna, meski ia belum menyadari hal tersebut.

Tapi bagiku, saat ini, Krisna adalah orang terpenting dalam hidupku. Ia sangat berarti bagi ku. Kesedihannya adalah kesedihan ku. Dan kebahagiaannya adalah kebahagiaan ku juga. Aku akan tetap mencintainya sepenuh hati ku.

Aku hanya berharap, semoga suatu saat, Krisna menyadari hal tersebut. Aku hanya berharap, semoga suatu saat, Krisna mau membuka hatinya untuk menerima cinta ku.

Yah.. semoga saja..

****

Simak kisah lainnya :

Cinta satu malam

Pacarku toxic 

Oh... My boyfriend 

Si petugas pemadam kebakaran (part 2)

Si petugas pemadam kebakaran (part 1)

Anak pembantu ku yang gagah

Pak Tentara yang gagah

Cowok sahabat ku yang tampan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita gay : Sang duda tetangga baruku yang kekar

 Namanya mas Dodi, ia tetangga baruku. Baru beberapa bulan yang lalu ia pindah kesini. Saya sering bertemu mas Dodi, terutama saat belanja sayur-sayuran di pagi hari. Mas Dodi cukup menyita perhatianku. Wajahnya tidak terlalu tampan, namun tubuhnya padat berisi. Bukan gendut tapi lebih berotot. Kami sering belanja sayuran bersama, tentu saja dengan beberapa orang ibu-ibu di kompleks tersebut. Para ibu-ibu tersebut serring kepo terhadap mas Dodi. Mas Dodi selalu menjawab setiap pertanyaan dari ibu-ibu tersebut, dengan sekedarnya. Saya dan mas Dodi sudah sering ngobrol. Dari mas Dodi akhirnya saya tahu, kalau ia seorang duda. Punya dua anak. Anak pertamanya seorang perempuan, sudah berusia 10 tahun lebih. Anak keduanya seorang laki-laki, baru berumur sekitar 6 tahun. Istri mas Dodi meninggal sekitar setahun yang lalu. Mas Dodi sebenarnya pindah kesini, hanya untuk mencoba melupakan segala kenangannya dengan sang istri. "jika saya terus tinggal di rumah kami yang lama, rasanya terla

Adik Iparku ternyata seorang gay (Part 1)

Aku sudah menikah. Sudah punya anak perempuan, berumur 3 tahun. Usia ku sendiri sudah hampir 31 tahun. Pernikahan ku baik-baik saja, bahkan cukup bahagia. Meski kami masih tinggal satu atap dengan mertua. Karena aku sendiri belum memiliki rumah. Lagi pula, rumah mertua ku cukup besar. Aku tinggal dengan istri, anak dan kedua mertua ku, serta adik ipar laki-laki yang baru berusia 21 tahun.   Aku bekerja di sebuah perusahaan kecil di kota ini, sebagai seorang karyawan swasta. Gaji ku lumayanlah, cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecil kami. Mertua ku sendiri seorang pedagang yang cukup sukses. Dan istri ku tidak ku perbolehkan bekerja. Cukuplah ia menjaga anak dan mengurus segala keperluan keluarga. Aku seorang laki-laki normal. Aku pernah dengar tentang gay, melalui media-media sosial. Tapi tak pernah terpikir oleh ku, kalau aku akan mengalaminya sendiri. Bagaimana mungkin seorang laki-laki bisa merasakan kenikmatan dengan laki-laki juga? Aku bertanya-tanya sendiri mendengar ka

Cerita gay : Nasib cinta seorang kuli bangunan

Namaku Ken (sebut saja begitu). Sekarang usiaku sudah hampir 30 tahun. Aku akan bercerita tentang pengalamanku, menjalin hubungan dengan sesama jenis. Kisah ini terjadi beberapa tahun silam. Saat itu aku masih berusia 24 tahun. Aku bekerja sebagai kuli bangunan, bahkan hingga sekarang. Aku kerja ikut mang Rohim, sudah bertahun-tahun. Sudah bertahun-tahun juga, aku meninggalkan kampung halamanku. Orangtuaku hanyalah petani biasa di kampung. Kehidupan kami memang terbilang cukup miskin. Karena itu, aku hanya bisa sekolah hingga SMP. Setelah lulus dari SMP, aku mulai bekerja serabutan di kampung. Hingga akhirnya aku bertemu dengan mang Rohim, seorang laki-laki paroh baya, yang sudah sangat berpengalaman di bidang pertukangan. Aku ikut mang Rohim merantua ke kota dan ikut bekerja dengannya sebagai kuli bangunan. Sebagai seseorang yang memiliki kehidupan ekonomi yang pas-pasan, aku memang belumm pernah pacaran, sampai saat itu. Apa lagi sejak aku ikut mang Rohim bekerja. Tempat kerja kami y

Iklan google