Langsung ke konten utama

Adsense

Cinta untuk sang kurir tampan (part 3)

Sejak saat itu, aku dan Krisna pun resmi menjalin hubungan asmara. Meski pun aku tahu, Krisna menerima cinta ku, hanya karena terpaksa. Hanya karena ia merasa berhutang budi padaku. Tapi aku tidak peduli, yang penting aku bisa memilikinya sebagai seorang kekasih.

Aku tahu, aku salah. Karena telah memanfaatkan kekurangan Krisna. Seharusnya aku membantunya tulus, tanpa mengharap apa pun darinya.

Namun sebagai manusia biasa, aku juga tidak bisa menahan keinginan ku untuk bisa memiliki Krisna. Aku bukan orang suci, yang bisa menahan segala godaan itu. Dan karena aku punya kesempatan untuk bisa memiliki Krisna, kenapa tidak?!

Aku juga tahu, kalau Krisna sebenarnya tidak punya perasaan apa-apa padaku. Ia hanya sekedar menghargai apa yang telah aku lakukan untuknya. Tapi aku tidak akan menyerah begitu saja. Aku akan tetap berjuang, agar aku benar-benar bisa menaklukan hati Krisna.

Sejak berpacaran dengan Krisna, aku pun semakin penuh perhatian padanya. Aku juga jadi sering memberi Krisna hadiah. Aku memberikan seluruh kasih sayang ku untuknya.

"aku sangat mencintai kamu, Krisna. Dan aku rela melakukan apa saja, untuk bisa membuatmu selalu merasa bahagia.." ucapku suatu malam, saat untuk kesekian kalinya, Krisna akhirnya menginap di rumah ku.

Seperti biasa Krisna tidak pernah membalas ucapan ku. Ia hanya diam. Ia hanya selalu berusaha untuk memenuhi semua keinginan ku padanya. Memberikan aku kepu*-s4n yang luar biasa.

Krisna memang laki-laki yang tangguh. Ia selalu mampu membuat ku terlena dengan segala permainan indahnya. Dan hal itu membuat aku semakin menyayanginya. Hidup ku pun menjadi terasa lengkap. Penuh warna. Sempurna.

Pernah pada suatu ketika, aku mengajak Krisna pergi liburan berdua dengan ku, ke suatu pulau nan eksotic dan dengan suasana yang romantis. Kami menghabiskan waktu berdua di pulau tersebut, dengan menyewa sebuah penginapan, selama hampir seminggu.

Aku pun menyadari, pelan namun pasti, Krisna mulai terkesan dengan ku. Segala yang aku lakukan untuknya, mungkin saja, telah menyentuh hatinya yang terdalam. Dan aku merasa bahagia dengan semua itu.

****

"saya mau ngomong sesuatu sama bang Abe, boleh?" tanya Krisna suatu saat, beberapa hari sepulang kami dari liburan.

"sejak kapan abang melarang Krisna untuk ngomong?" balasku sengaja balik bertanya.

"tapi kali ini, aku mau ngomong sesuatu yang penting, bang.." ucap Krisna lagi.

"ya udah... kamu ngomong aja..." balasku berusaha bersikap santai, meski sebenarnya aku cukup penasaran dengan apa yang ingin Krisna sampaikan.

Aku lihat Krisna beberapa kali menarik napas dalam, kemudian ia hembuskan dengan perlahan. Wajah tampan itu, terlihat sedikit murung. Entah apa yang ingin Krisna sampaikan, aku jadi semakin penasaran.

"jujur saja, sejak kita menjalin hubungan hampir setahun yang lalu, aku selalu berusaha untuk mengikuti semua keinginan abang padaku. Aku selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik buat bang Abe. Aku juga selalu berusaha untuk membuka hati ku, buat bang Abe.."

"semakin lama, aku pun semakin sadar, kalau sebenarnya, aku sangat membutuhkan bang Abe dalam hidup ku. Aku jadi sering memikirkan bang Abe. Aku juga selalu merasa rindu, jika lama kita tak berjumpa. Sampai akhirnya, aku menyadari, bahwa aku mungkin juga telah jatuh cinta pada bang Abe.."

"semua ketulusan dan kebaikan bang Abe selama ini padaku, benar-benar telah mengubah diri ku. Semua itu, telah mampu mengubah semua perasaan ku pada bang Abe. Pelan namun pasti, aku pun semakin sayang sama bang Abe.."

"kini aku melakukan semua ini, bukan lagi karena aku merasa berhutang budi pada bang Abe. Tapi karena aku juga menginginkannya. Dan aku ingin bang Abe tahu akan hal itu. Karena aku berharap, hubungan kita ini, bisa bertahan selamanya, bukan hanya bersifat sementara. Aku ingin kita tetap bersama selamanya, sampai maut memisahkan kita.."

Begitulah cerita Krisna panjang lebar padaku. Yang membuat aku merasa bahagia. Meski pun aku sudah menduga hal tersebut, tapi tetap saja, aku merasa senang mendengarnya.

"kamu tenang aja, Kris. Abang tidak akan pernah meninggalkan Krisna. Kecuali kalau Krisna sendiri yang ingin pergi dari abang. Abang akan ikhlas melepaskan Krisna, kalau Krisna tidak merasa bahagia bersama abang.." ucapku akhirnya, sekedar meyakinkan Krisna, jika perasaan ku padanya tidak akan pernah berubah.

"aku juga tidak akan pernah pergi dari bang Abe. Mulai sekarang, seluruh hati dan hidupku, aku serahkan pada bang Abe. Mulai sekarang, abang bukan hanya bisa memiliki t*-buhku tapi juga hati ku sepenuhnya.." Krisna berucap, sambil ia mulai memeluk ku.

Aku pun membalas pelukan Krisna dengan erat, seakan tidak ingin melepaskannya. Aku merasakan keindahan yang luar biasa saat itu. Keindahan yang berlipat-lipat lebih indah dari hari-hari sebelumnya. Karena seperti yang Krisna ucapkan, bahwa saat ini dan untuk selamanya, aku bukan hanya bisa memiliki tub*h Krisna, tetapi juga hatinya.

Aku merasa bahagia dengan semua itu. Akhirnya segala pengorbanan dan perjuangan ku, kini telah membuahkan hasil. Orang yang paling aku cintai, akhirnya bisa aku miliki seutuhnya. Dan hal inilah yang aku impikan selama ini.

****

"bang?" ucap Krisna suatu malam, saat ia kembali menginap di rumah ku.

"iya, ada apa?" tanya ku pelan.

"bagaimana kalau malam ini, kita coba ganti posisi?" ucap Krisna sedikit bertanya.

"kamu yakin?" tanya ku balik.

"iya, aku yakin, bang. Aku juga pengen ngerasain bagaimana rasanya berada di posisi abang selama ini.." balas Krisna terdengar yakin.

"oke.. terserah kamu aja.. Selama hal itu bisa membuat kamu bahagia.." ucapku akhirnya.

Lalu kemudian, malam itu, untuk pertama kalinya, aku dan Krisna mencoba berganti posisi. Meski pun awalnya aku merasa cukup ragu, tapi Krisna mampu meyakinkan ku akan hal tersebut. Dan ternyata hal itu juga terasa indah. Krisna pun mengakui hal tersebut pada ku.

Apa pun posisi nya, selama hal itu kita lakukan dengan orang yang kita inginkan, semua akan terasa indah. Selama hal itu kita lakukan dengan penuh cinta, maka posisi bukan lagi menjadi sesuatu yang penting dalam hal tersebut.

Setidaknya begitulah yang dapat aku simpulkan, dari kejadian malam itu bersama Krisna.

*****

"bang, kalau seandainya suatu saat, aku mati, apa abang akan mencari pengganti ku?" tanya Krisna ketika akhirnya ronde pertama kami sudah selesai.

"kamu ngomong apa sih, Kris?" balasku sedikit heran dengan pertanyaan Krisna barusan.

"gak apa-apa, bang. Cuma pengen tahu aja. Abang jawab aja, ya..." balas Krisna kemudian.

"aku gak bisa membayangkan bagaimana hidup ku tanpa kamu, Kris. Jadi kalau kamu tanya, apa aku akan cari pengganti kamu, itu jelas tidak mungkin, Kris. Aku gak akan pernah cari pengganti kamu lagi, Kris. Kamu adalah pelabuhan terakhir ku.." ucapku akhirnya.

"tapi bagaimana kalau aku yang mati duluan? Apa kamu akan mencari pengganti ku?" tanya ku melanjutkan.

"aku gak mungkin akan menemukan laki-laki lain seperti bang Abe, jadi aku juga tidak akan mencari pengganti abang, karena abang juga merupakan pelabuhan terakhir bagi ku.." balas Krisna terdengar yakin.

"ah, kamu benar-benar membuat aku merasa tersanjung, Kris. Aku semakin sayang sama kamu." ucapku penuh perasaan.

"aku juga semakin sayang sama bang Abe. Aku tidak akan pernah meninggalkan bang Abe, kecuali jika aku mati dalam waktu dekat ini.." ucap Krisna lagi.

"kenapa dari tadi kamu selalu ngomong soal kematian sih, Kris. Abang jadi takut loh..." balasku dengan nada sedikit heran.

"abang takut mati, atau takut saya mati?" tanya Krisna lagi.

"saya takut keduanya, Kris. Tapi saya lebih takut, jika kamu yang mati duluan.." balasku, kali ini dengan nada sedikit bercanda.

"abang tenang aja... umurku masih panjang, kok. Aku masih ingin menikmati kebahagiaan ini lebih lama lagi. Kebahagiaan ku bersama bang Abe..." ucap Krisna.

"aku juga masih ingin menikmati indahnya cinta kita ini, lebih lama lagi, Kris.." balasku lembut.

Dengan pelan, aku raih jemari Krisna. Ku kecup jemari itu dengan penuh kasih sayang. Krisna pun tersenyum penuh makna. Ia membalas genggaman tangan ku dengan penuh kehangatan.

Dan begitulah, kebahagiaan demi kebahagiaan terus menghiasi hari-hari kami. Hidupku benar-benar terasa sempurna. Kebahagiaan kami benar-benar terasa utuh. Rasanya tak ada lagi hal yang akan mampu memisahkan kami.

Cinta ku dan cinta Krisna menyatu padu dalam hati kami. Kami tidak ingin terpisahkan. Kami akan selalu bersama selamanya. Mereguk indahnya cinta kami. Menikmati setiap detik kebahagiaan yang kami rasakan, setiap harinya.

****

Waktu terasa begitu cepat berlalu. Semua kebahagiaan ku bersama Krisna, membuat aku menjadi sering lupa waktu. Hidup ku terlalu indah, bahkan sangat indah. Hidup bersama orang yang kita cintai dan yang mencintai kita, adalah impian semua orang.

Tak terasa kini sudah hampir lima tahun berlalu, semenjak aku dan Krisna resmi berpacaran. Hubungan kami terjalin dengan indah. Hampir tidak ada masalah berarti diantara kami berdua. Kami sangat menikmati kebahagiaan kami selama ini.

Namun sebagaimana hukum alam berlaku, bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Demikian juga dengan kebahagiaan kami. Semua pada akhirnya harus sampai pada titik akhir. Dan hal itu, benar-benar membuat aku sangat terluka.

Hubungan ku dan Krisna harus berakhir. Bukan karena kami tidak lagi saling cinta. Tapi karena takdir yang akhirnya memisahkan kami.

Pada suatu hari, seperti biasa, Krisna menjalankan tugasnya sebagai seorang kurir. Ia mengantarkan paket dari satu alamat ke alamat berikutnya. Dan saat itulah sebuah kejadian tragis terjadi.

Sebuah kecelakaan parah menimpa Krisna, saat ia sedang berada di jalan raya. Motor yang ia kendarai, tak sengaja menabrak sebuah truk yang sedang melaju. Kecelakaan itu sangat fatal, yang membuat Krisna harus kehilangan nyawa nya.

Krisna sempat di larikan ke rumah sakit terdekat, tapi hal itu tidak membuat ia selamat dari kecelakaan maut tersebut. Ia sudah tidak bernyawa sebelum mobil yang membawanya sampai ke rumah sakit. Dan aku baru mendapatkan kabar tersebut, setelah beberapa jam hal itu terjadi.

Mendengar kabar tersebut, aku merasa tak percaya. Benar-benar tak percaya. Sungguh tidak aku sangka sama sekali, jika Krisna akan pergi begitu cepat. Dan aku belum siap untuk kehilangannya.

Aku merasa terpukul. Aku jadi kehilangan arah. Aku tidak bisa membayangkan hidupku, tanpa Krisna lagi. Rasanya dunia ku benar-benar hancur. Hidup ku jadi berantakan. Tak karuan.

Mengapa Krisna harus pergi begitu cepat? Mengapa ia harus pergi di saat aku masih sangat membutuhkannya? Mengapa kebahagiaan ku harus di renggut dengan cara yang sangat menyakitkan?

Aku tidak bisa menerima kenyataan itu. Aku benci kenyataan itu. Dan akan butuh waktu yang sangat lama bagiku, untuk bisa pulih dari semua kekacauan ini.

Aku hanya berharap, semoga aku bisa lebih tabah dalam menjalani hari-hari ku, walau tanpa Krisna lagi. Aku hanya berharap, semoga Krisna bisa tenang di alam sana..

Ya, semoga saja..

****

Kisah lainnya :

Cinta untuk sang Kurir tampan (part 3)

Cinta untuk sang kurir tampan (part 1) 

Cinta satu malam

Pacarku toxic 

Oh... My boyfriend 

Si petugas pemadam kebakaran (part 2)

Si petugas pemadam kebakaran (part 1)

Anak pembantu ku yang gagah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita gay : Sang duda tetangga baruku yang kekar

 Namanya mas Dodi, ia tetangga baruku. Baru beberapa bulan yang lalu ia pindah kesini. Saya sering bertemu mas Dodi, terutama saat belanja sayur-sayuran di pagi hari. Mas Dodi cukup menyita perhatianku. Wajahnya tidak terlalu tampan, namun tubuhnya padat berisi. Bukan gendut tapi lebih berotot. Kami sering belanja sayuran bersama, tentu saja dengan beberapa orang ibu-ibu di kompleks tersebut. Para ibu-ibu tersebut serring kepo terhadap mas Dodi. Mas Dodi selalu menjawab setiap pertanyaan dari ibu-ibu tersebut, dengan sekedarnya. Saya dan mas Dodi sudah sering ngobrol. Dari mas Dodi akhirnya saya tahu, kalau ia seorang duda. Punya dua anak. Anak pertamanya seorang perempuan, sudah berusia 10 tahun lebih. Anak keduanya seorang laki-laki, baru berumur sekitar 6 tahun. Istri mas Dodi meninggal sekitar setahun yang lalu. Mas Dodi sebenarnya pindah kesini, hanya untuk mencoba melupakan segala kenangannya dengan sang istri. "jika saya terus tinggal di rumah kami yang lama, rasanya terla

Adik Iparku ternyata seorang gay (Part 1)

Aku sudah menikah. Sudah punya anak perempuan, berumur 3 tahun. Usia ku sendiri sudah hampir 31 tahun. Pernikahan ku baik-baik saja, bahkan cukup bahagia. Meski kami masih tinggal satu atap dengan mertua. Karena aku sendiri belum memiliki rumah. Lagi pula, rumah mertua ku cukup besar. Aku tinggal dengan istri, anak dan kedua mertua ku, serta adik ipar laki-laki yang baru berusia 21 tahun.   Aku bekerja di sebuah perusahaan kecil di kota ini, sebagai seorang karyawan swasta. Gaji ku lumayanlah, cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecil kami. Mertua ku sendiri seorang pedagang yang cukup sukses. Dan istri ku tidak ku perbolehkan bekerja. Cukuplah ia menjaga anak dan mengurus segala keperluan keluarga. Aku seorang laki-laki normal. Aku pernah dengar tentang gay, melalui media-media sosial. Tapi tak pernah terpikir oleh ku, kalau aku akan mengalaminya sendiri. Bagaimana mungkin seorang laki-laki bisa merasakan kenikmatan dengan laki-laki juga? Aku bertanya-tanya sendiri mendengar ka

Cerita gay : Nasib cinta seorang kuli bangunan

Namaku Ken (sebut saja begitu). Sekarang usiaku sudah hampir 30 tahun. Aku akan bercerita tentang pengalamanku, menjalin hubungan dengan sesama jenis. Kisah ini terjadi beberapa tahun silam. Saat itu aku masih berusia 24 tahun. Aku bekerja sebagai kuli bangunan, bahkan hingga sekarang. Aku kerja ikut mang Rohim, sudah bertahun-tahun. Sudah bertahun-tahun juga, aku meninggalkan kampung halamanku. Orangtuaku hanyalah petani biasa di kampung. Kehidupan kami memang terbilang cukup miskin. Karena itu, aku hanya bisa sekolah hingga SMP. Setelah lulus dari SMP, aku mulai bekerja serabutan di kampung. Hingga akhirnya aku bertemu dengan mang Rohim, seorang laki-laki paroh baya, yang sudah sangat berpengalaman di bidang pertukangan. Aku ikut mang Rohim merantua ke kota dan ikut bekerja dengannya sebagai kuli bangunan. Sebagai seseorang yang memiliki kehidupan ekonomi yang pas-pasan, aku memang belumm pernah pacaran, sampai saat itu. Apa lagi sejak aku ikut mang Rohim bekerja. Tempat kerja kami y

Iklan google