Langsung ke konten utama

Adsense

Cinta untuk sang Personal Trainer

Kisah ini berawal sejak aku bertemu Boby, seorang cowok tampan yang punya tubuh atletis. Dia adalah mentor ku di sebuah tempat fitness langganan ku.

Boby adalah karyawan baru di tempat gym tersebut. Ia bekerja di sana baru sekitar tiga bulan waktu itu.

Boby masih cukup muda, masih sekira 23 tahun usia nya.

Dari yang aku tahu, Boby masih lajang. Dan ia tinggal sendirian di kota ini.

"saya kost dekat-dekat sini kok, bang.." terang Boby waktu itu, ketika ia ku tanya dimana ia tinggal.

Dari perkenalan ku dengan Boby, aku jadi sering punya fantasi tentangnya. Selain karena wajahnya yang tampan, dan postur tubuhnya yang gagah. Boby juga sangat ramah, dan sedikit humoris.

Aku dan Boby jadi cepat akrab dan dekat. Karena selain kami punya hoby yang sama, kami juga punya selera humor yang sama.

Aku sendiri adalah seorang laki-laki lajang, yang sudah berusia 30 tahun saat ini. Aku bekerja sebagai seorang manager di sebuah restoran di kota ini. Sudah lebih dari lima tahun aku bekerja di restoran tersebut.

Aku juga sudah punya rumah sendiri. Aku juga seorang perantau. Jadi di kota ini, aku juga tinggal sendirian. Sementara semua keluarga ku, termasuk ke dua orangtua ku, mereka semua tinggal di kampung.

Aku memang belum menikah. Bukan karena aku tidak laku. Tapi karena aku memang belum ingin menikah. Terlebih sebenarnya aku memang tidak punya ketertarikan pada perempuan.

Selama ini, aku belum pernah pacaran dengan perempuan mana pun, meski tidak sedikit perempuan yang ingin dekat dengan ku. Namun, karena aku tidak punya selera terhadap mereka, aku pun selalu mengabaikan mereka.

Aku pernah pacaran beberapa kali dengan laki-laki. Namun hubungan ku selalu kandas di tengah jalan. Karena memang, hubungan seperti itu, tidak akan pernah bertahan lama. Dan aku menyadari sekali hal tersebut. Karena itulah, aku tidak pernah berharap, akan memiliki seorang pacar laki-laki yang bisa aku pertahankan untuk selamanya.

Namun sejak bertemu Boby, entah mengapa, aku punya harapan lebih padanya. Rasanya Boby adalah pasangan yang cocok untuk aku miliki selamanya.

Tapi, masalahnya sekarang, mungkinkah Boby juga punya harapan yang sama dengan ku?

Mungkinkah ia juga menyukai ku?

****


Hari-hari terus berlalu, aku dan Boby semakin dekat dan akrab. Kami jadi semakin sering bercanda. Aku yang biasanya hanya pergi ke tempat fitness, dua kali dalam seminggu. Sekarang jadi semakin datang ke sana, bahkan hampir setiap hari, hanya agar aku bisa bertemu dan mengobrol bersama Boby.

"wah.. jadi rajin nge-gym sekarang, bang.." sapa Boby ramah, ketika untuk kesekian kalinya aku bertemu dia di tempat fitnes.

"iya lah... kan ada yang mau di lihat.." balas ku, sedikit menekan suara.

"siapa tuh? gebetannya ya, bang?" tanya Boby terdengar hanya sekedar basa-basi.

"ada lah.. seseorang..." balasku berlagak misterius.

"tapi ... bukan saya kan, bang.. ha..ha.. " ucap Boby, dengan di akhiri sebuah tawa ringan.

"emangnya kalau Boby kenapa? Gak boleh ya?" tanya sengaja memancing.

"yah... boleh-boleh aja sih, bang. Tapi.. yakin, gak bakal ada yang cemburu?" balas Boby.

"siapa yang bakal cemburu sih. Bob? Saya single, kok.." ucapku, seakan berusaha meyakinkan Boby akan status ku saat ini.

"baguslah... he..he.." balas Boby lagi, dengan kembali di akhiri sebuah tawa kecil.

"atau.. jangan-jangan, justru kamu yang bakal ada yang cemburu?" ucapku lagi, sedikit memancing.

"abang tenang aja... gak bakal ada yang cemburu, kok. Aku kan belum laku.." balas Boby kemudian.

"baguslah.. ha..ha..." ucapku membalas, sambil sedikit tertawa, sengaja membalas dengan ucapan Boby yang tadi.

Dan begitulah, obrolan-obrolan kami semakin terdengar kental dan menjurus ke arah pribadi. Boby seperti sengaja membuka peluang, untuk aku bisa masuk lebih dalam dalam kehidupannya.

****

"eh.. ngomong-ngomong nanti malam kamu ada acara gak? Kebetulan kan malam minggu juga.." ucapku pada Boby, saat sesi latihan ku berakhir sore itu.

"kalau jomblo gini, mana punya acara malam minggu, bang.." balas Boby.

"kalau aku ajak kamu makan malam, mau gak?" tanya ku sedikit memberi tawaran.

"wah.. dalam rangka apa, nih?" tanya Boby membalas.

"bukan dalam rangka apa-apa, sih.. Cuma pengen kenal kamu lebih dekat aja.. Sekalian itung-itung mau ngucapin terima kasih sama kamu, karena sudah jadi mentor yang buat aku, selama ini.." balas ku berusaha sesantai mungkin.

"oke.. makan malam dimana? Di restoran tempat abang kerja?" ucap Boby bertanya.

"jangan lah... gak enak aku, kalau di lihat karyawan-karyawan di sana, makan malam berdua sama cowok.. he..he.." balasku sambil sedikit tertawa.

"ya udah.. abang atur aja tempatnya, aku stnd by kok. Nanti lokasinya share loc aja ya.." ucap Boby akhirnya.

"oke deh.. nanti aku kabari lagi... see you, Bob.." timpal ku kemudian, sambil mulai melangkah menuju pintu keluar tempat fitnes tersebut.

Sepanjang perjalanan pulang, aku masih terus memikirkan Boby. Aku selalu membayangkan wajah tampannya. terutama tubuhnya yang memang kekar dan gagah tersebut.

Aku mulai menyusun rencana, untuk aku bisa mengungkapkan perasaan ku pada Boby. Meski sebenarnya aku masih ragu akan hal tersebut. Aku takut, Boby justru akan menjauhi ku, jika ia tahu bagaimana perasaan ku padanya.

Aku sudah cukup merasa bahagia, karena sudah berteman dekat dengan Boby. Setidaknya aku selalu bisa melihatnya setiap hari saat ini. Tapi jika nanti, aku menyatakan perasaan ku padanya, apa mungkin Boby bisa menerima hal tersebut?

Atau justru, ia akan menjauh dari ku. Dan hal itu tentu saja, akan membuat hubungan pertemanan kami selama akan renggang, bahkan terputus. Dan itu yang aku takutkan. Karena dengan begitu, aku tidak akan bisa dekat-dekat dengan Boby, apa lagi ngobrol dengan nya.

Namun jika aku, tidak mngungkapkan perasaan ku padanya. Aku sudah tidak sanggup lagi memendam perasaan ini. Aku juga ingin tahu, bagaimana perasaan Boby pada ku sebenarnya.

****

"sebenarnya ada yang ingin aku omongkan sama kamu, Bob. Tapi kamu jangan marah ya.." ucapku memulai pembicaraan, saat akhirnya kami pun duduk satu meja di dalam sebuah restoran mewah.

"abang mau ngomong apa? Ngomong aja.. saya pasti gak bakal marah, kok.." balas Boby, sambil ia mulai menyantap hidangan yang baru saja diantarkan oleh seorang parmusaji restoran tersebut.

"sebenarnya.. aku suka sama kamu, Bob. Aku sudah jatuh cinta sama kamu, bahkan sejak pertama kali kita bertemu. Kamu orang yang keren, ganteng, gagah, baik dan juga ramah. Aku sangat menginginkan kamu, Bob. Apa kamu mau menjadi pacar ku?" ungkap ku akhirnya, dengan perasaan yang tak karuan.

Untuk sesaat suasana pun hening. Boby terlihat sibuk menikmati makanannya. Sementara aku hanya bisa menatapnya dengan perasaan penuh harap, dan penuh tanda tanya.

"jawab dong, Bob. Jangan diam aja.. aku jadi merasa gak enak hati ni.." ucapku akhirnya, setelah melihat Boby hanya terdiam saja dari tadi.

"iya, bang. Aku mau..." ucap Boby tiba-tiba.

"kamu serius, Bob?" tanya ku masih tak percaya.

"iya, bang. Aku serius..." balas Boby pelan.

"kenapa?" tanya ku tanpa sadar.

"kenapa apanya?" balas Boby terlihat sedikit bingung.

"ya... kenapa kamu mau?" tanya ku menjelaskan.

"karena aku juga suka sama abang. Sebenarnya aku juga sudah jatuh cinta sama abang. Seandainya abang tidak mengungkapkannya terlebih dahulu, mungkin aku yang akan memulainya terlebih dahulu. Tapi karena abang sudah menyatakannya, yah.. aku terima.. karena aku memang juga mencintai abang.." balas Boby menjelaskan.

"oh.. terima kasih, Bob. Aku senang mendengarnya. Aku merasa sangat bahagia malam ini.." ucapku apa adanya.

"jadi mulai malam ini, kita pacaran?" tanya ku kemudian, sekedar meyakinkan diri ku sendiri, kalau Boby tidak sedang mengerjai ku.

"iya, bang.. abang perlu bukti apa lagi? Untuk meyakinkan kalau aku serius?" balas Boby, terdengar sedikit kesal, karena aku masih meragukan ucapannya barusan.

"kalau begitu, bagaimana jika malam ini, kamu menginap di rumah ku saja? Kita habiskan malam minggu ini berdua saja di rumah ku?" ucapku dengan nada tanya dan penuh harap.

"oke, bang.. aku setuju.. sebenarnya sudah sangat lama aku menunggu moment ini, bang. Hampir setiap malam aku selalu berkhayal tentang abang. Dan malam ini, semua khayalan ku tersebut akan menjadi nyata. Aku merasa bahagia sekali, bang.. Semoga ini bukan hanya cinta sesaat ya, bang. Karena aku ingin selamanya bersama abang..." balas Boby terdengar cukup serius.

"pasti, Bob. Kita pasti akan bersama selamanya. Karena aku juga tidak mau hubungan kita hanya untuk sesaat. Aku mau selamanya hidup bersama kamu, Bob. Sampai maut memisahkan kita.." ucapku berusaha membuat Boby percaya, kalau aku benar-benar mencintainya.

Dan setelah menyelasaikan makan malam, kami pun segera berangkat menuju ke rumah ku. Sesampai di rumah, aku pun tanpa sungkan mengajak Boby langsung masuk ke kamar ku.

"terus terang.. abang bukan yang pertama bagi ku, bang.. Tapi percayalah... Aku benar-benar mencintai abang. Dan jika abang belum siap, untuk hal ini, kita perlu melakukannya sekarang.." ucap Boby tiba-tiba, saat kami baru saja akan memulai petualangan kami malam itu.

"aku sudah sangat siap untuk hal ini, Bob. Sudah lama aku mengharapkan hal ini bersama kamu. Aku juga gak peduli, sekali pun aku bukan yang pertama bagi kamu. Karena kamu juga bukan yang pertama bagi ku.. Jadi.. lebih baik kita mulai saja sekarang, ya..." balas ku terdengar sedikit meminta.

"baiklah, bang. Jika itu yang abang inginkan. Karena aku juga sudah lama ingin melakukan hal ini bersama abang.." ucap Boby kemudian.

Lalu, dengan berbekal pengalaman kami masing-masing, dan dengan posisi kami masing-masing. kami pun memulai pertarungan kami malam itu. Rasanya sudah sangat lama aku tidak melakukan hal tersebut, dan hal itu membuat aku jadi sedikit brutal.

Aku dan Boby sama-sama seperti orang yang sedang menemukan setetes air di tengah gurun gersang. Kami saling mengisi, saling melengkapi, dan berusaha untuk saling memberi yang terbaik. Sampai akhirnya, kami pun sama-sama kelelahan, karena pertarungan kami yang cukup sengit, malam itu.

****

Sejak malam itu, aku dan Boby pun resmi berpacaran. Meski pun Boby bukan cinta pertama ku, dan juga bukan pacar pertama ku. Tapi, kali ini rasanya benar-benar beda. Cinta ku pada Boby terlalu dalam. Belum pernah sebelumnya aku merasakan perasaan sedalam ini. Boby terlalu istimewa bagi ku.

Hari-hari ku jadi penuh warna. Hidupku jadi penuh semangat. Aku selalu meluangkan waktu untuk bisa bertemu dan menghabiskan waktu berdua bersama Boby. Cinta kami pun terjalin dengan begitu indah.

Aku berjanji pada diriku sendiri, bagaimana pun caranya, aku akan berusaha untuk mempertahankan cinta kami. Aku akan berusaha memberikan yang terbaik untuk Boby, agar ia tidak pergi dari ku. Aku akan membuat ia selalu merasa terkesan, dengan apa yang aku lakukan padanya.

Namun meski pun demikian, aku menyadari, bahwa tidak ada bisa menebak apa yang akan terjadi ke depannya. Hidup selalu penuh misteri dan teka-teki. Kadang apa yang kita rencakanya, tidak selalu berjalan dengan baik. Kadang apa yang terjadi, tidak selalu berjalan seperti yang kita rencanakan.

Aku juga menyadari, akan banyak batu sandungan dan berbagai rintangan yang akan kami hadapi ke depannya. Mengingat hubungan kami ini, bukanlah sebuah hubungan yang wajar. Tentu saja, akan sangat beresiko bagi kami berdua.

Terutama dari diri ku sendiri. Biar bagaimana pun, aku saat ini sudah berusia kepala tiga. Kedua orantua ku, sudah teramat sering bertanya pada ku, tentang kapan aku akan menikah?

Mungkin selama ini, aku masih bisa mengatasi hal tersebut. Namun beriring dengan bertambahnya usia ku, tentu saja orangtua akan terus mendesak, agar aku segera menikah. Apa lagi, aku ini anak tertua dalam keluarga kami. Apa lagi, kehidupan ku secara ekonomi juga sudah sangat mapan.

Tapi.. aku terlalu mencintai Boby, dan apa pun akan aku lakukan, untuk bisa mempertahankannya. Sekali pun, mungkin, aku akan jadi anak yang durhaka karenanya.

Lalu seperti apa kah, akhir dari kisah cinta ku bersama Boby?

Simak kelanjutan kisah ini, di part berikutnya ya..

Terima kasih...

****

Kisah menarik lainnya :

Indahnya mendua 

Bersama mahasiswa KKN

Cinta untuk sang kurir tampan (part 3) 

Cinta untuk sang Kurir tampan (part 3)

Cinta untuk sang kurir tampan (part 1) 

Cinta satu malam

Pacarku toxic 

Oh... My boyfriend

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita gay : Sang duda tetangga baruku yang kekar

 Namanya mas Dodi, ia tetangga baruku. Baru beberapa bulan yang lalu ia pindah kesini. Saya sering bertemu mas Dodi, terutama saat belanja sayur-sayuran di pagi hari. Mas Dodi cukup menyita perhatianku. Wajahnya tidak terlalu tampan, namun tubuhnya padat berisi. Bukan gendut tapi lebih berotot. Kami sering belanja sayuran bersama, tentu saja dengan beberapa orang ibu-ibu di kompleks tersebut. Para ibu-ibu tersebut serring kepo terhadap mas Dodi. Mas Dodi selalu menjawab setiap pertanyaan dari ibu-ibu tersebut, dengan sekedarnya. Saya dan mas Dodi sudah sering ngobrol. Dari mas Dodi akhirnya saya tahu, kalau ia seorang duda. Punya dua anak. Anak pertamanya seorang perempuan, sudah berusia 10 tahun lebih. Anak keduanya seorang laki-laki, baru berumur sekitar 6 tahun. Istri mas Dodi meninggal sekitar setahun yang lalu. Mas Dodi sebenarnya pindah kesini, hanya untuk mencoba melupakan segala kenangannya dengan sang istri. "jika saya terus tinggal di rumah kami yang lama, rasanya terla

Adik Iparku ternyata seorang gay (Part 1)

Aku sudah menikah. Sudah punya anak perempuan, berumur 3 tahun. Usia ku sendiri sudah hampir 31 tahun. Pernikahan ku baik-baik saja, bahkan cukup bahagia. Meski kami masih tinggal satu atap dengan mertua. Karena aku sendiri belum memiliki rumah. Lagi pula, rumah mertua ku cukup besar. Aku tinggal dengan istri, anak dan kedua mertua ku, serta adik ipar laki-laki yang baru berusia 21 tahun.   Aku bekerja di sebuah perusahaan kecil di kota ini, sebagai seorang karyawan swasta. Gaji ku lumayanlah, cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecil kami. Mertua ku sendiri seorang pedagang yang cukup sukses. Dan istri ku tidak ku perbolehkan bekerja. Cukuplah ia menjaga anak dan mengurus segala keperluan keluarga. Aku seorang laki-laki normal. Aku pernah dengar tentang gay, melalui media-media sosial. Tapi tak pernah terpikir oleh ku, kalau aku akan mengalaminya sendiri. Bagaimana mungkin seorang laki-laki bisa merasakan kenikmatan dengan laki-laki juga? Aku bertanya-tanya sendiri mendengar ka

Cerita gay : Nasib cinta seorang kuli bangunan

Namaku Ken (sebut saja begitu). Sekarang usiaku sudah hampir 30 tahun. Aku akan bercerita tentang pengalamanku, menjalin hubungan dengan sesama jenis. Kisah ini terjadi beberapa tahun silam. Saat itu aku masih berusia 24 tahun. Aku bekerja sebagai kuli bangunan, bahkan hingga sekarang. Aku kerja ikut mang Rohim, sudah bertahun-tahun. Sudah bertahun-tahun juga, aku meninggalkan kampung halamanku. Orangtuaku hanyalah petani biasa di kampung. Kehidupan kami memang terbilang cukup miskin. Karena itu, aku hanya bisa sekolah hingga SMP. Setelah lulus dari SMP, aku mulai bekerja serabutan di kampung. Hingga akhirnya aku bertemu dengan mang Rohim, seorang laki-laki paroh baya, yang sudah sangat berpengalaman di bidang pertukangan. Aku ikut mang Rohim merantua ke kota dan ikut bekerja dengannya sebagai kuli bangunan. Sebagai seseorang yang memiliki kehidupan ekonomi yang pas-pasan, aku memang belumm pernah pacaran, sampai saat itu. Apa lagi sejak aku ikut mang Rohim bekerja. Tempat kerja kami y

Iklan google