Lelaki itu menatap ku sekali lagi. Kali ini lebih lama. Cukup lama untuk membuatku merasa jengah, saat mata kami akhirnya bertemu pandang. Aku berpura-pura memalingkan muka.
Mungkin lelaki itu hanya merasa mengenal ku, pikir ku. Sekedar menenangkan pikirin ku sendiri.
"hei.. boleh kenalan?" sapa laki-laki itu, ketika akhirnya ia sudah berdiri di samping ku.
Aku kembali menatapnya dengan sedikit gugup.
Ku lihat laki-laki itu tersenyum, sambil ia mengulurkan tangannya padaku.
Dengan sedikit ragu, aku jabat tangan lelaki itu.
"Yopi.." ucapnya tegas.
"Bagas.." balasku pelan.
"sendirian?" lelaki itu bertanya lagi.
Aku hanya mengangguk ringan.
Saat itu kami sedang berada di sebuah pesta seorang teman, namanya Rio, yang sedang merayakan hari ulang tahunnya. Sebuah pesta yang di gelar cukup mewah, di rumahnya yang juga terhitung sangat mewah.
Sebenarnya aku tidak terlalu suka menghadiri pesta seperti itu. Aku lebih suka menghabiskan waktu di kost ku sambil membaca buku. Tapi karena kali ini, yang mengadakan pesta adalah teman kampus ku, jadi aku tidak bisa menolak.
"teman kampus Rio?" lelaki yang mengaku bernama Yopi tersebut bertanya kembali.
"iya.." balasku terdengar lugu.
Aku memang tidak terbiasa menghadapi orang baru. Aku selalu gugup. Aku memang terkenal cukup pendiam dan pemalu. Aku juga tidak punya banyak teman.
"saya teman SMA Rio dulu.." ucap Yopi menjelaskan, tanpa menunggu aku bertanya.
"oh.." aku hanya sedikit membulatkan bibir.
"sepertinya kamu tidak nyaman berada di sini." Yopi berucap lagi.
"lebih tepatnya, aku kurang suka menghadiri pesta seperti ini.." jelasku, kali ini cukup panjang.
"kalau begitu, bagaimana kalau kita ngobrol di rumah ku aja.." ajak Yopi tiba-tiba.
"selain teman SMA nya, aku juga tetanggaan sama Rio. Rumah ku hanya berjarak beberapa rumah dari sini.." jelasnya kemudian.
"lagi pula, aku juga kurang suka berada di sini. Aku datang hanya sekedar untuk menghargai undangan Rio.." Yopi melanjutkan ucapanya. Sepertinya ia berusaha keras untuk meyakinkan ku.
Sejenak aku terdiam. Berpikir. Aku memang ingin segera pergi dari pesta tersebut. Tapi ... aku baru saja mengenal Yopi. Apa dia bisa aku percaya? Kenapa ia tiba-tiba saja mengajak aku ke rumahnya?
"ayolah... kamu gak usah takut. Saya gak mungkin macam-macam, kok." suara Yopi lagi, masih berusaha membujuk ku.
Akhirnya tanpa berpikir panjang lagi, aku pun mengikuti langkah kaki Yopi untuk keluar dari rumah tersebut, dan terus melangkah menuju rumah Yopi, yang berada tidak terlalu jauh dari situ.
****
Rumah Yopi juga semewah rumah Rio. Hanya saja rumah itu cukup sunyi.
"kamu sendirian di rumah sebesar ini?" tanyaku penasaran.
"papa mama ku lagi di luar kota, kakak ku sekarang kuliah di luar negeri. Ada beberap orang pembantu sih, di belakang. Tapi sepertinya mereka sudah tertidur. Jadi ... kita langsung ke kamar ku aja, ya.." jelas Yopi, sambil ia mengamit tangan ku dan membawa aku ke dalam kamarnya.
Kamar itu sangat luas. Mewah. Di lengkapi perabotan yang mewah pula.
Kami pun duduk di sisi ranjang kamar tersebut. Berdampingan.
Perasaan ku mulai tak karuan. Dada ku pun berdebar hebat.
Jujur, Yopi termasuk laki-laki yang berparas cukup tampan. Dengan postur tubuh yang juga atletis. Pasti banyak wanita di luar sana yang menginginkannya.
"kita ngapain disini?" tanya ku polos.
"disini kita bebas berekspresi. Di sini kita bebas jadi diri sendiri. Di sini kita bebas mau melakukan apa saja.." balas Yopi sedikit puitis.
"maksud kamu?" tanya ku sedikit heran.
"udahlah.. kamu gak usah pura-pura lagi, Bagas... kamu sama seperti aku, kan?" balas Yopi.
"aku benar-benar gak ngerti maksud kamu.." ucapku kemudian.
"kamu gay.. iya, kan?" balas Yopi sedikit bertanya.
"kenapa kamu berani menyimpulkan begitu?" tanya ku sekedar ingin tahu.
"pertama... kamu datang ke pesta sendirian, sementara yang lain bersama pasangannya. Kedua, kamu mudah di ajak kenalan sama seorang laki-laki, dan yang ketiga, kamu juga tidak keberatan ketika aku ajak kesini.. itu cukup menjelaskan semuanya.." terang Yopi kemudian.
"lalu... kalau aku gay, kamu mau apa?" tanya ku akhirnya.
"yah.. kita bersenang-senang aja malam ini.. itu pun jika kamu mau..." balas Yopi.
"kamu memang suka seperti ini ya?" tanya ku pelan.
"seperti ini, maksdunya?" balas Yopi balik bertanya.
"ngajak orang kenalan, lalu kemudian kamu ajak ke rumah seperti ini?" ucapku membalas.
"yah... kadang-kadang sih.. kalau aku sedang tertarik sama seseorang.." balas Yopi.
"oh... berarti dari tadi kamu memperhatikan saya di pesta, itu karena kamu tertarik sama saya?" ucapku sedikit menyimpulkan.
"sejujurnya... iya.. meski awalnya aku cukup ragu untuk mendekati kamu. Aku harus memastikan dulu, kalau kamu datang sendirian.." jelas Yopi.
"kenapa kamu tertarik sama saya?" tanyaku lagi.
"karena kamu tampan, cukup atletis, dan yang pasti kamu terlihat bersih dan rapi.." balas Yopi, terdengar apa adanya.
"oke.. saya suka keterusterangan kamu... dan sejujurnya, aku juga tertarik sama kamu. Tapi... ngomong-ngomong... posisi kamu apa sih?" ucapku kemudian.
"aku T. Kamu?" balas Yopi ikut bertanya.
"cocoklah.. aku B..." jawabku jujur.
"lalu bagaimana selanjutnya?" lanjutku bertanya.
"yah... terserah kamu.. saya ikut aja.. Tapi yang pasti, karena kita sudah di sini, bukankah lebih baik kita nikmati saja malam ini.." balas Yopi.
"jadi hanya untuk malam ini?" tanyaku penasaran.
"hmmm... gimana ya... saya bukan orang yang suka berkomitmen. Tapi... kita lihat nanti aja ya... itu semua tergantung, apa kamu bisa membuat aku terkesan.." balas Yopi.
"sebenarnya .. aku belum pernah melakukan ini, dengan orang yang baru aku kenal. Biasanya aku melakukannya hanya dengan pacar ku. Tapi karena saat ini, aku sudah tidak punya pacar, sepertinya gak ada salahnya untuk di coba.." ucapku membalas.
"ya udah... kita mulai aja.. ya..." ucap Yopi akhirnya, sambil ia mulai mendekatkan wajahnya.
Debaran di dada ku semakin tak karuan. Rasanya sudah cukup lama aku tidak sedekat ini dengan seorang laki-laki, terutama sejak aku putus dengan pacarku, setahun yang lalu.
"oh, Bagas.. kamu sangat tampan sekali..." bisik Yopi sambil memulai aksinya.
****
Sudah hampir tiga bulan berlalu, sejak kejadian indah malam itu. Aku tidak pernah lagi bertemu Yopi. Aku juga tidak punya kontak nya. Malam itu, tak sedikit pun aku terpikir untuk meminta kontaknya.
Karena penasaran, aku pun mencoba bertanya pada Rio, tentang Yopi.
Ternyata Yopi tidak tinggal di rumah tersebut. Rumah yang kami datangi malam itu, adalah rumah paman Yopi. Kebetulan pamannya sekeluarga, sedang liburan ke luar negeri. Jadi pamannya meminta Yopi untuk menjaga rumah tersebut selama beberapa hari.
Yopi juga bukan teman SMA Rio. Mereka juga baru kenal, karena kebetulan rumah Rio berdekatan dengan rumah paman Yopi tersebut. Dan Rio sama sekali tidak mengundang Yopi ke pesta nya.
Ah, aku merasa di tipu. Tapi.. ya sudahlah... itu sudah gak penting lagi sekarang. Bukankah dalam kejadian tersebut, aku juga tidak di rugikan apa-apa. Justru aku merasa beruntung malam itu, bisa menghabiskan malam bersama Yopi.
Hanya saja aku tak terbiasa dengan hal seperti itu. Aku tak biasa dengan yang namanya cinta satu malam. Aku sebenarnya ingin mengenal Yopi lebih jauh lagi, dan melanjutkan hubungan yang serius dengannya.
Tapi sekali lagi, aku tidak bisa berbuat apa-apa saat ini. Aku kehilangan Yopi. Aku tidak akan pernah lai bertemu dengannya. Satu-satunya hal yang aku sesali dengan kejadian malam itu, hanyalah karena aku lupa meminta kontaknya. Hanya itu.
Semoga saja, suatu saat aku bisa bertemu Yopi kembali, dan memulai semuanya lagi dari awal.
Ya, semoga saja.
*****
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih