Langsung ke konten utama

Adsense

Pak Dirman, sopir pribadi ku part 1

Aku seorang mahasiswa, semester lima saat ini. Aku anak tunggal dari seorang pengusaha kaya. Hidupku memang bergelimang harta. Apa pun yang aku inginkan selalu di penuhi oleh orantua ku.

Namun satu hal yang tidak aku miliki sampai saat ini ialah, kebebasan. Kebebasan untuk melakukan apa pun yang aku suka. Kebebasan untuk menikmati masa anak-anak, masa remaja bahkan masa-masa kuliah ku. Aku tidak punya kebebasan tersebut. Hidup terikat pada satu peraturan. Peraturan yang di buat oleh orangtua ku sendiri.

Aku hanya boleh melakukan hal-hal yang sudah ditentukan untuk ku. Rutinitas ku setiap harinya, bahkan sejak kecil, sudah di atur sedemikian rupa oleh orangtua ku. Mulai dari dimana aku harus sekolah, les, kegiatan ekstrakurikuler dan jam belajar ku di rumah.

Aku tidak punya kesempatan untuk menikmati waktu bermain bersama teman-teman sebaya ku. Sepulang sekolah, aku harus segera kembali ke rumah. Di rumah aku juga harus melaksanakan les dengan guru private ku. Dan pada hari-hari tertentu, aku harus mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.

Begitu lah kehidupan yang aku lalui, sejak aku kecil, hingga aku tumbuh dewasa. Hidup ku benar-benar menoton. Orangtua ku selalu menuntut agar aku menjadi anak yang pintar, yang bisa membanggakan keluarga.

Aku memang di bentuk, menjadi seseorang yang akan mewarisi semua perusahaan papa ku. Mereka tak pernah peduli, dengan apa yang aku inginkan dalam hidup ini. Aku bagai sebuah wayang, yang dimainkan oleh seorang dalang. Hidup ku benar-benar tanpa warna.

Aku sering merasa kesepian, karena hampir tidak punya teman bermain. Satu-satunya orang yang selalu dekat dengan ku, hanyalah pak Dirman, yang sudah bertahun-tahun menjadi sopir pribadi ku. Yang selalu mengantar dan menjemput aku sekolah selama ini. Bahkan saat aku sudah mulai kuliah pun, aku harus tetap di antar jemput oleh pak Dirman.

Pak Dirman selalu jadi teman cerita ku, sepanjang perjalanan. Bahkan saat di rumah pun, aku selalu minta di temani pak Dirman. Papa dan Mama ku terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan mereka. Tapi, mereka tak pernah sekali pun lepas mengontrol setiap kegiatan ku.

Apa pun yang aku lakukan, harus melalui persetujuan mereka. Jika aku coba melanggar, maka aku akan mendapatkan hukuman yang sangat berat. Salah satu hukumannya, ialah aku di kurung di dalam kamar, seharian. Bahkan pernah aku sengaja tidak di beri makan, selama satu hari.

Aku tahu, orangtua ku melakukan itu semua, hanya karena mereka tidak ingin kehilangan diri ku. Mereka melakukan itu semua, karena mereka memang sangat menyayangi ku. Hanya saja, bagi ku, cara mereka itu salah.

Kini aku sudah dewasa. Dan sudah seharusnya aku mendapatkan kebebasan ku. Tapi, tetap saja, papa dan mama, tidak pernah membiarkan aku pergi kemana pun sendirian, tanpa di temani pak Dirman.

****

 

Saking dekatnya aku sama pak Dirman, aku bahkan sudah menganggapnya seperti ayah ku sendiri. Aku banya bercerita dan berkeluh kesah perihal kehidupan yang aku jalani, pada pak Dirman.

Pak Dirman sendiri adalah seorang laki-laki yang saat ini, sudah berusia 40 tahun lebih. Ia sudah menikah, dan juga sudah punya dua orang anak. Keluarga pak Dirman juga tinggal di rumah kami. Papa yang meminta hal tersebut, agar jika aku butuh pak Dirman sebagai sopir, akan lebih gampang.

Karena tidak pernah punya teman dekat, aku pun menjadi sosok yang sedikit pemalu. Hanya di depan pak Dirman lah, aku bisa menjadi diri ku sendiri. Aku bebas bercerita apa saja pada pak Dirman.

Kedekatan kami benar-benar membuat aku merasa nyaman. Dan semakin lama, aku justru semakin mengagumi sosok pak Dirman. Karena selain memiliki wajah yang lumayan tampan, ia juga mempunyai tubuh yang gagah dan kekar. Selain itu, pak Dirman juga orang yang baik dan humoris.

Aku benar-benar tidak menyangka, kalau pada akhirnya, aku justru malah jatuh cinta pada pak Dirman. Segala perhatiannya padaku, selama ini, telah menumbuhkan rasa yang luar biasa di hati ku. Rasa yang tidak bisa aku definisi kan.

Sebagai seseorang yang tidak punya teman dekat, kebersamaan ku dengan pak Dirman, membuat aku merasa selalu membutuhkannya. Aku ingin selalu dekat-dekat dengannya. Bahkan, aku sangat ingin bisa memilikinya.

"terima kasih pak Dirman, sudah menjadi teman dekat ku selama ini. Sudah mau menemani ku selama ini.." ucapku pada pak Dirman pada suatu hari, saat ia kembali mengantar ku ke kampus.

"itu memang sudah menjadi tugas ku, nak Bara. Aku juga senang, karena sudah menjadi orang yang bisa nak Bara percaya, untuk tempat bercerita.." balas pak Dirman.

"bolehkan aku mengatakan sesuatu pada pak Dirman?" tanyaku selanjutnya.

"nak Bara mau mengatakan apa?" pak Dirman balik bertanya.

"sebenarnya aku sangat menyayangi pak Dirman, aku mungkin telah jatuh cinta pada pak Dirman, apa pak Dirman mau, kalau aku minta pak Dirman untuk jadi pacar ku?" tanya ku blak-blakan.

Aku memang selalu terbuka pada pak Dirman. Aku suka ngomong apa saja, secara terang-terangan pada pak Dirman. Jadi, aku tidak merasa terlalu terbebani untuk menyatakan perasaan ku pada pak Dirman.

"nak Bara ngomong apa sih? Kita kan sama-sama cowok nak Bara, mana bisa pacaran?" balas pak Dirman terdengar heran.

"kalau pak Dirman mau, ya bisa aja, pak.. Kenapa tidak?" ucap ku masih terdengar santai.

"tapi aku kan juga sudah punya istri dan anak.. Masa' iya, nak Bara mau punya pacar, seorang laki-laki tua dan juga sudah menikah?" balas pak Dirman kemudian.

"pertama, di mata ku, pak Dirman belum tua. Kedua, aku juga tidak peduli, sekali pun pak Dirman sudah menikah dan punya anak. Aku hanya ingin menjadi pacar pak Dirman. Aku juga ingin merasakan kebahagiaan dengan orang yang aku cintai..." ucapku berusaha meyakinkan pak Dirman akan perasaan ku padanya.

"saya ini hanya seorang sopir, saya.. mana berani menolak keinginan, nak Bara. Kalau nak Bara memang ingin kita pacaran, ya udah kita pacaran.." balas pak Dirman akhirnya.

"pak Dirman serius? Mau jadi pacar saya?" tanya ku setengah tak percaya, kalau pak Dirman akan semudah itu untuk luluh.

"iya... saya serius, nak Bara. Tapi.. jangan sampai ada orang yang tahu, ya. Terutama orangtua nak Bara. Bisa di pecat saya nanti.." balas pak Dirman terdengar serius.

"kalau soal itu, pak Dirman tenang aja.. Ini hanya akan menjadi rahasia kita berdua..." ucapku dengan senyum sumringah.

"tapi.. gimana sih cara nya kalau laki-laki sama laki-laki pacaran?" tanya pak Dirman tiba-tiba.

"nanti saya perlihatkan video tutorial nya.." balasku.

"emang ada?" tanya pak Dirman.

"ya ada lah, di hp ku banyak, habis aku download kemarin..." balasku lagi.

"nak Bara, suka nonton video seperti itu?" pak Dirman bertanya lagi.

"yah.. kadang-kadang, kalau lagi mengkhayalkan pak Dirman.. he.. he..." balasku, dengan di akhiri sebuah tawa ringan.

"emang kamu sering ya, mengkhayalkan saya?" tanya pak Dirman lagi.

"hampir setiap malam, pak Dirman. Dan hal itu terasa indah bagi ku. Apa lagi kalau hal itu bisa aku wujudka dalam dunia nyata.." balasku kemudian.

"ah.. kamu bisa aja, nak Bara. Emang seindah itu ya?" ucap pak Dirman, sambil sedikit tersenyum.

"iya, seindah itu, pak Dirman. Dan karena sekarang kita sudah pacaran, bagaimana kalau nanti malam kita coba di kamar ku?" tanyaku sedikit memancing.

"aduh.. gimana ya? Apa aman kalau di kamar nak Bara. Saya takut ketahuan, nak Bara.." balas pak Dirman.

"pak Dirman tenang saja. Pasti aman, kok..." ucapku meyakinkan.

****

Malam itu, hujan turun sangat deras. Suara petir menyambar silih berganti. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Tapi pak Dirman tak kunjung datang ke kamar ku. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengirim pesan padanya, melalui pesan wa.

"kapan pak Dirman datang ke kamar ku?" pesan yang aku kirim padanya.

"sabar nak Bara, istri ku masih belum tidur.." balas pak Dirman.

"oke. Saya tunggu ya. Nanti langsung masuk aja. Pintu sengaja gak saya kunci.." pesan ku lagi.

Pak Dirman hanya membalas dengan emoticon jempol dua.

Dan tepat pukul sebelas tiga puluh menit, tiba-tiba aku melihat pintu kamar ku terbuka. Pak Dirman muncul di ambang pintu, dengan langkah sangat hati-hati. Dada ku pun mulai berdebar-debar tak karuan. Biar bagaimana pun, ini adalah pertama kalinya bagi ku berdua dengan pak Dirman di dalam kamar.

"mana video tutorialnya?" tanya pak Dirman, ketika ia sudah duduk di samping ku di sisi ranjang.

Aku langsung mengambil hp ku, dan segera memutar video yang sudah aku unduh kemarin. lalu kemudian, aku serahkan hp tersebut pada pak Dirman. Aku biarkan ia menonton video itu sendirian.

Awalnya pak Dirman terlihat bergidik menyaksikan video tersebut, namun lama kelamaan ia mulai terlihat santai. Dan saat itulah aku memulai aksi ku padanya.

Pelan namun pasti, aku pun berhasil membuat pak Dirman, mulai men!k-m*ti hal tersebut. Ia benar-benar mencoba melakukan semua adegan pada video yang baru saja ia tonton. Dan aku merasa sangat bahagia sekali malam itu. Akhirnya semua khayalan ku tentang pak Dirman pun menjadi nyata.

Dan hal itu, ternyata benar-benar indah. Bahkan jauh lebih indah, dari yang pernah aku bayangkan selama ini. Pak Dirman mampu membuat aku merasa melayang. Aku jadi semakin mencintai pak Dirman. Aku semakin tak ingin melepaskannya.

****

Sejak malam itu, kejadian tersebut pun semakin sering terjadi. Aku selalu meminta pak Dirman untuk datang menemui ku. Aku semakin larut dengan perasaan ku pada pak Dirman. Hati ku benar-benar bahagia dengan semua itu.

Kini, pak Dirman bukan hanya sebagai sopir pribadi ku, tapi ia juga sudah menjadi pacarku. Pacar pertama ku. Cinta terindah dalam perjalanan hidup ku.

Aku menyadari, bahwa hubungan kami adalah sebuah kesalahan. Tapi aku sudah tidak peduli lagi dengan hal tersebut. Bagi ku, ini lah saatnya aku menjadi diri ku sendiri. Ini lah saatnya aku bisa mengekspresikan semua keinginan ku selama ini.

Cinta memang tidak mengenal waktu. Cinta tidak memandang usia dan status. Meski pun usia ku dan pak Dirman terpaut sangat jauh, namun aku tetap mencintai nya. Meski pun pak Dirman sudah menikah dan punya anak, tapi hati ku tetap merasa bahagia bersama nya.

Aku tidak peduli, sekali pun, aku harus berbagi dirinya dengan istri nya. Yang penting bagi ku, aku bisa memilikinya. Aku bisa menghabiskan waktu berdua dengannya. Aku bisa menikmati indahnya cinta kami. Cinta yang tanpa batas.

Hari-hari ku jadi penuh warna. Kebahagiaan ku terasa sempurna. Aku seakan menemukan sosok yang aku cari selama ini. Aku serahkan seluruh cinta dan kasih ku, hanya untuk pak Dirman seorang. Hati ku telah di penuhi dengan namanya yang terlukis indah. Bagi ku, pak Dirman adalah segalanya.

Namun siapa yang bisa menebak apa yang akan terjadi di kemudian hari. Sekuat apa pun aku mencintai pak Dirman, tetap saja itu semua adalah sebuah kesalahan. Dan setiap kesalahan, pasti akan membuahkan balasan yang setimpal.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Semua di luar kendali ku. Tapi yang pasti, selama aku masih bisa bersama pak Dirman, maka aku akan tetap mempertahankannya. Aku akan menanggung, apa pun resiko dari hubungan kami tersebut.

Lalu seperti apa kah, akhirnya dari kisah cinta ku bersama pak Dirman, sopir pribadi ku tersebut?

Jangan lupa saksikan kelanjutannya di channel ini ya...

Terima kasih..

****

Kisah menarik lainnya :

Cinta untuk sang personal trainer part 2

Cinta untuk sang personal trainer part 1

Indahnya mendua 

Bersama mahasiswa KKN

Cinta untuk sang kurir tampan (part 3) 

Cinta untuk sang Kurir tampan (part 3)

Cinta untuk sang kurir tampan (part 1) 

Cinta satu malam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita gay : Sang duda tetangga baruku yang kekar

 Namanya mas Dodi, ia tetangga baruku. Baru beberapa bulan yang lalu ia pindah kesini. Saya sering bertemu mas Dodi, terutama saat belanja sayur-sayuran di pagi hari. Mas Dodi cukup menyita perhatianku. Wajahnya tidak terlalu tampan, namun tubuhnya padat berisi. Bukan gendut tapi lebih berotot. Kami sering belanja sayuran bersama, tentu saja dengan beberapa orang ibu-ibu di kompleks tersebut. Para ibu-ibu tersebut serring kepo terhadap mas Dodi. Mas Dodi selalu menjawab setiap pertanyaan dari ibu-ibu tersebut, dengan sekedarnya. Saya dan mas Dodi sudah sering ngobrol. Dari mas Dodi akhirnya saya tahu, kalau ia seorang duda. Punya dua anak. Anak pertamanya seorang perempuan, sudah berusia 10 tahun lebih. Anak keduanya seorang laki-laki, baru berumur sekitar 6 tahun. Istri mas Dodi meninggal sekitar setahun yang lalu. Mas Dodi sebenarnya pindah kesini, hanya untuk mencoba melupakan segala kenangannya dengan sang istri. "jika saya terus tinggal di rumah kami yang lama, rasanya terla

Adik Iparku ternyata seorang gay (Part 1)

Aku sudah menikah. Sudah punya anak perempuan, berumur 3 tahun. Usia ku sendiri sudah hampir 31 tahun. Pernikahan ku baik-baik saja, bahkan cukup bahagia. Meski kami masih tinggal satu atap dengan mertua. Karena aku sendiri belum memiliki rumah. Lagi pula, rumah mertua ku cukup besar. Aku tinggal dengan istri, anak dan kedua mertua ku, serta adik ipar laki-laki yang baru berusia 21 tahun.   Aku bekerja di sebuah perusahaan kecil di kota ini, sebagai seorang karyawan swasta. Gaji ku lumayanlah, cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecil kami. Mertua ku sendiri seorang pedagang yang cukup sukses. Dan istri ku tidak ku perbolehkan bekerja. Cukuplah ia menjaga anak dan mengurus segala keperluan keluarga. Aku seorang laki-laki normal. Aku pernah dengar tentang gay, melalui media-media sosial. Tapi tak pernah terpikir oleh ku, kalau aku akan mengalaminya sendiri. Bagaimana mungkin seorang laki-laki bisa merasakan kenikmatan dengan laki-laki juga? Aku bertanya-tanya sendiri mendengar ka

Cerita gay : Nasib cinta seorang kuli bangunan

Namaku Ken (sebut saja begitu). Sekarang usiaku sudah hampir 30 tahun. Aku akan bercerita tentang pengalamanku, menjalin hubungan dengan sesama jenis. Kisah ini terjadi beberapa tahun silam. Saat itu aku masih berusia 24 tahun. Aku bekerja sebagai kuli bangunan, bahkan hingga sekarang. Aku kerja ikut mang Rohim, sudah bertahun-tahun. Sudah bertahun-tahun juga, aku meninggalkan kampung halamanku. Orangtuaku hanyalah petani biasa di kampung. Kehidupan kami memang terbilang cukup miskin. Karena itu, aku hanya bisa sekolah hingga SMP. Setelah lulus dari SMP, aku mulai bekerja serabutan di kampung. Hingga akhirnya aku bertemu dengan mang Rohim, seorang laki-laki paroh baya, yang sudah sangat berpengalaman di bidang pertukangan. Aku ikut mang Rohim merantua ke kota dan ikut bekerja dengannya sebagai kuli bangunan. Sebagai seseorang yang memiliki kehidupan ekonomi yang pas-pasan, aku memang belumm pernah pacaran, sampai saat itu. Apa lagi sejak aku ikut mang Rohim bekerja. Tempat kerja kami y

Iklan google