Part 3
Chandra akhirnya benar-benar pergi. Ia pun menikah dengan gadis pilihan orangtua nya. Dan aku hanya bisa menangisi kepergiannya. Aku sudah terlanjur dalam mencintai Chandra. Hingga aku merasa sulit untuk bisa melupakannya begitu saja.
Tapi Chandra tidak mungkin kembali lagi. Ia sudah punya dunianya sendiri sekarang. Dan aku tak berhak untuk sekedar mengharapkannya lagi.
Karena itu aku pun belajar untuk bisa melupakannya. Aku belajar untuk terbiasa hidup tanpa dirinya lagi.
Mungkin segala kenangan indah ku bersama Chandra tidak akan bisa hilang dari ingantan ku. Tapi setidaknya aku tidak akan lagi memupuk harapan ku tentangnya. Karena semua kisah ku bersama Chandra kini telah berakhir.
Saat ini, aku sedang berusaha untuk mengumpulkan puing-puing semangat ku yang sempat berantakan karena terlalu berharap pada Chandra. Aku sedang berusaha menata hatiku, agar aku tetap bisa melanjutkan hidup ini meski tanpa Chandra lagi.
Memang tidak mudah bagi ku, tapi aku harus bisa.
****
Waktu pun terus berlalu. Tanpa bisa di cegah atau pun di pacu.
Sudah hampir tiga bulan aku menjalani hidup ku tanpa Chandra. Pelan aku mulai bisa memupus rasaku padanya. Meski tidak bisa aku pungkiri, kalau sampai saat ini bayangan kenangan indah ku bersamanya masih terus menghantui ku.
Hingga akhirnya aku pun memutuskan untuk menerima kehadirang seorang Vina dalam hidupku. Bukan karena aku jatuh cinta padanya. Tapi aku hanya berharap, dengan menjalin hubungan bersama seorang perempuan, bisa membuat aku lebih cepat untuk melupakan Chandra.
Vina adalah salah seorang rekan kerja ku. Sebenarnya sudah lama aku tahu, kalau Vina punya rasa padaku. Namun selama ini aku selalu mengabaikannya, karena aku memang tidak tertarik padanya.
Vina merupakan sosok perempuan cantik, baik dan juga soleha. Harus aku akui, kalau sosok Vina adalah sosok yang sempurna untuk dijadikan seorang pendamping hidup. Tapi aku memang tidak punya rasa padanya.
Aku pun mencoba menjalani hubungan ku bersama Vina. Aku ingin belajar untuk bisa mencintainya. Jika aku tidak bisa hidup bersama orang yang aku cintai, aku memilih untuk hidup bersama orang yang mencintai ku.
****
Enam bulan berpacaran dengan Vina. Aku pun memutuskan untuk melamarnya. Vina tentu saja menerima lamaran ku dengan senang hati. Dan kami pun akhirnya bertunangan.
Aku tidak tahu apa yang aku rasakan saat ini. Entah aku merasa bahagia, entah sedih dan entah perasaan apa yang merasuki ku saat ini. Aku hanya mencoba menerima kenyataan yang ada.
Dalam masa pertunangan ku itu lah, tiba-tiba Chandra muncul kembali. Ia tiba-tiba mengajak aku ketemuan di tempat biasa kami bertemu dulu.
"ada apa, Chandra? Setelah setahun lebih kamu tanpa kabar, sekarang tiba-tiba kamu mengajak aku bertemu?" tanya ku memulai pembicaraan, ketika akhirnya kami bertemu di sebuah kafe.
"aku kangen sama bang Damar..." balas Chandra cukup lugas.
"tapi ... kamu sendiri kan yang memutuskan untuk pergi?" ucapku dengan nada sedikit bertanya.
"iya, bang. Dan kini aku menyesali semuanya. Aku hanya mencoba mengikuti keinginan orangtua ku. Tapi sepertinya hal itu mampu membuat aku bahagia. Aku gak bisa hidup tanpa bang Damar.." balas Chandra lagi.
"maksud kamu apa sih sebenarnya, Chand? Aku benar-benar gak ngerti." ucapku bertanya.
"dulu aku memutuskan untuk menikah dan pergi dari kehidupan bang Damar, hanya untuk memenuhi keinginan orangtua ku. Dan aku sudah memenuhi keinginan mereka. Aku sudah menikah dan juga sudah punya anak."
"tapi jujur... aku tidak bahagia dengan semua itu, bang. Karena itu, aku pun memutuskan untuk menceraikan istri ku dan meninggalkan anak ku. Aku ingin kembali lagi bersama bang Damar. Aku ingin kita seperti dulu lagi, bang. Apa bang Damar mau memaafkan ku?" cerita Chandra akhirnya.
"sejak kamu memutuskan untuk pergi, aku sudah memaafkan kamu, Chand. Tapi bukan berarti kamu dengan sebegitu mudahnya, untuk datang dan pergi dari hidup ku. Andai kamu tahu, betapa hancurnya hidupku setelah kamu pergi. Dan sekarang kamu datang begitu saja? Ini gak mudah bagi ku, Chand." ucapku terdengar pilu.
"lagi pula, saat ini, aku bukan lagi seperti yang dulu, Chand." lanjutku singkat.
"apa bang Damar sudah tidak mencintai ku lagi?" tanya Chandra ringan.
"ini bukan hanya soal apa aku masih mencintai kamu atau tidak, Chand. Tapi ... seperti yang aku katakan, ini gak mudah bagi ku.." balasku berat.
"apa bang Damar sudah bersama cowok lain?" Chandra bertanya lagi seakan mengabaikan kalimat ku barusan.
Untuk sesaat aku terdiam. Aku sedang berpikir, mungkin lebih baik aku jujur dari awal tentang hubungan ku bersama Vina kepada Chandra.
"bukan cowok lain, Chand. Tapi cewek..." ucapku akhirnya dengan sangat pelan.
Kali ini Chandra terdiam. Ia meneguk minumannya beberapa kali.
"abang udah normal sekarang?" tanya Chandra tiba-tiba.
"laki-laki seperti kita gak akan pernah berada pada posisi normal, Chand. Tapi kalau kamu bisa menikah dengan perempuan, kenapa aku gak?" balas ku spontan.
"apa abang mencintai perempuan itu?" Chandra bertanya lagi.
"sejujurnya.. aku gak pernah bisa mencintai siapa pun selain kamu, Chand. Tapi aku gak mungkin selamanya harus meratapi kepergian kamu. Aku harus tetap melanjutkan hidupku, meski tanpa kamu lagi.." balasku apa adanya.
"tapi sekarang.. aku sudah kembali lagi, bang. Beri aku kesempatan sekali lagi, ya. Dan aku janji, aku tidak akan pernah meninggalkan bang Damar lagi..." ucap Chandra terdengar yakin.
"tapi aku gak mungkin begitu saja memutuskan hubungan ku dengan gadis itu sekarang, Chand. Aku butuh waktu.." balasku pelan.
"aku akan beri abang waktu. Tapi seandainya abang bahagia dengan hubungan abang yang sekarang, aku ikhlas kok, melepaskan bang Damar.." ucap Chandra lagi.
Dan untuk selanjutnya kami hanya saling terdiam. Tenggelam dalam pikiran kami masing-masing. Hingga akhirnya tak lama kemudian, Chandra pun pamit dan meninggalkan yang tiba-tiba saja menjadi dilema.
****
Jujur, kehadiran Chandra kembali telah menumbuhkan sebuah dilema dalam hatiku. Aku memang merasa bahagia saat Chandra memutuskan untuk kembali lagi pada ku dan meninggalkan istri dan anaknya demi aku. Sejujurnya aku juga ingin kembali lagi pada Chandra.
Namun di sisi lain, aku juga gak mungkin meninggalkan Vina begitu saja. Apa lagi saat ini kami juga sudah bertunangan.
Tapi.. aku memang harus memilih.
"maafkan aku, Chand. Aku gak bisa. Jadi lebih baik kamu kembali lagi bersama istri dan anak mu. Dan aku akan tetap menikah dengan Vina.." ucapku akhirnya, setelah seminggu kemudian kami bertemu lagi.
"iya, bang. Abang gak perlu minta maaf. Abang gak salah kok. Aku yang salah. Seharusnya dulu, aku gak meninggalkan bang Damar. Tapi... ya sudahlah... aku hanya berdo'a semoga bang Damar bahagia.." balas Chandra dengan nada lirih.
Terus terang hati ku perih mendengarkan kalimat tersebut. Tapi .. aku memang sudah memutuskannya seperti ini.
Aku tidak tahu pasti, apa alasan ku yang sebenarnya untuk memilih tetap menikah dengan Vina dan tidak mau kembali lagi bersama Chandra. Namun yang pasti, aku merasa, ini adalah yang terbaik untuk kami berdua.
Semoga saja. keputusan ku ini tidak akan menimbulkan penyesalan di kemudian hari.
Ya... semoga saja!
Dan begitulah akhir dari kisah cinta ku bersama mantan murid ku yang ganteng itu. Sebuah kisah cinta yang panjang dan indah. Namun pada akhirnya semua memang harus berakhir. Dan aku harus menelan semua kepahitan tersebut.
Terima kasih sudah menyimak kisah ini dari awal sampai akhir, semoga terhibur.
Sampai jumpa lagi pada kisah-kisah menarik lainnya, dan salam sayang untuk kalian semua..
*****
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih