Langsung ke konten utama

Postingan

Adsense

My Sugar Daddy (part 4)

Sebagai laki-laki normal, dan juga masih cukup muda. Aku memang selalu berusaha untuk tampil menarik. Terutama saat aku berada di kampus. Aku ingin menjalani kehidupan ini sebagaimana layaknya seorang pemuda yang baru tumbuh dewasa. Punya teman-teman yang asyik, punya tempat nongkrong yang gaul, dan tentunya aku juga ingin punya seorang kekasih. Dan karena itulah, aku akhirnya bertemu dan berkenalan dengan seorang cewek cantik. Namanya Andita. Dia seorang gadis yang juga kuliah di kampus yang sama dengan ku, hanya saja kami berada di jurusan yang berbeda. Aku yang mulanya mencoba mendekati Andita dan mengajaknya berkenalan. Karena sejak pertama kali melihatnya, aku sudah tertarik dengan wajahnya yang cantik. Semakin mengenal Andita, aku semakin menyukainya. Dia ternyata gadis yang baik, ramah dan juga pintar. Aku merasa Andita adalah gadis yang tepat untuk aku jadikan seorang kekasih. Aku jatuh cinta pada Andita. Meski pun aku baru mengenalnya. Karena itu, aku pun berusaha untuk mendek

My sugar daddy (part 3)

Om Prass pun melanjutkan ceritanya. Aku berusaha untuk mendengarkannya dengan serius, meski pun aku masih merasa sangat kaget akan pengakuan om Prass tersebut. "sebelum menikah, saya memang sempat pacaran dengan seorang laki-laki. Namanya Jaka. Ia adalah cinta pertama sekaligus pacar pertama saya. Jaka seorang laki-laki yang sangat tampan. Dia juga laki-laki yang baik. Meski ia hanya berasal dari keluarga yang sederhana..." "saya dan Jaka saling mencintai. Kamu pacaran juga cukup lama. Sudah bertahun-tahun. Kami pacaran sejak kami sama-sama mulai kuliah. Hingga kami kemudian sama-sama lulus kuliah, dan mulai bekerja di bidang kami masing-masing." "Jaka bekerja di sebuah perusahaan swasta, sementara saya harus melanjutkan usaha keluarga saya. Namun begitu, kami tetap menjalin hubungan, meski pun kami jadi jarang bertemu. Tapi cinta kami tetep utuh. Semua terasa begitu sempurna.." "aku sangat mencintai Jaka, begitu juga sebaliknya.  Kami berjanji, akan

My sugar daddy (part 2)

Sore itu, om Prass membawa aku ke sebuah toko pakaian yang cukup besar. Aku diminta untuk memilih beberapa pakaian yang cocok dengan ku. Meski dengan perasaan yang masih penuh tanda tanya, aku mencoba menuruti keinginan om Prass tersebut. Aku mengambil beberapa pakaian yang menurutku harganya tidak terlalu mahal. Aku tidak ingin om Prass mengira kalau aku memanfaatkan kesempatan tersebut, untuk aku bisa mendapatkan pakaian yang mewah dan berkelas. "yakin cuma ini?" tanya om Prass, ketika aku telah selesai mengambil beberapa pakaian yang aku suka. "iya, om.." balasku singkat. "ya udah.. mari kita ke kasir.." ajak om Prass kemudian. Aku pun mengikuti langkah om Prass menuju kasir, tanpa banyak tanya lagi. Setelah membayar semua belanjaan ku tersebut, om Prass segera mengajak aku keluar dari toko tersebut. "sekarang kita cari apartemen ya.." ucap om Prass, saat kami sudah berada di dalam mobil. "tapi, om.." ucap sedikit tersendat. "ap

My Sugar Daddy (part 1)

Nama ku Alan. Saat ini aku sudah berusia 20 tahun, dan aku masih kuliah. Ini adalah kisahku. Kisah yang terjadi dalam hidup ku. Sebuah kisah rahasia, yang hanya bisa aku simpan sendiri. Tanpa siapa pun yang tahu. Aku berasal dari kampung. Aku merantau ke kota, hanya untuk agar bisa kuliah. Karena orangtua ku tidak mampu membiayai aku kuliah. Bukan karena mereka tidak ingin, tapi keadaan ekonomi keluarga kami memang sangat kekurangan. Aku anak bungsu dari lima bersaudara. Semua kakak-kakak ku memang tidak ada seorang pun yang bisa melanjutkan sekolah sampai kuliah. Rata-rata mereka semua hanya lulusan SMA. Karena itulah, aku ingin sekali bisa kuliah, agar aku bisa menjadi orang yang sukses, dan meningkatkan perekonomian keluarga ku. Semua kakak-kakak ku sudah menikah. Mereka ada yang jadi satpam, jadi petani biasa dan ada yang jadi buruh. Semua itu karena mereka memang tidak punya pendidikan yang layak untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang layak pula. Dan aku tidak ingin seperti mereka.

Satu malam bersama kernet Bus

Ramadhan telah tiba. Saatnya pulang ke kampung halaman. Aku seorang perantau. Aku bekerja di sebuah restoran yang cukup terkenal di kota. Aku memang selalu pulang kampung setiap bulan Ramadhan datang. Restoran tempat aku bekerja, memang selalu tutup selama bulan Ramadhan. Jadi istilahnya, bagi kami para pekerja, kami mengumpulkan uang selama sebelas bulan, untuk kami gunakan selama satu bulan yakni di bulan Ramadhan. Aku berasal dari kampung yang sangat jauh dari kota tempat aku bekerja. Aku harus menempuh perjalanan selama lebih kurang dua hari dua malam, untuk sampai ke kampung halamanku, dengan menaiki sebuah bus antar provinsi. Setiap tahun aku selalu pulang kampung, untuk menikmati masa libur kerjaku dan juga untuk menikmati suasana bulan puasa di kampung halamanku. Kedua orangtuaku dan semua saudara-saudaraku tinggal di kampung. Aku anak kedua dari empat bersaudara. Kakak pertamaku seorang laki-laki, dia sudah menikah dan sudah mempunyai dua orang anak. Kedua adikku peremp

Bersama pak Sekcam

Jadi ceritanya begini... Setahun yang lalu, aku mencoba mendaftarkan diri menjadi seorang PPS di desa tempat aku tinggal. Dan kebetulan aku lulus dengan hasil yang lumayan baik. Dan sejak itu pula, aku resmi dilantik menjadi ketua PPS di desa kami. Sebagai seorang ketua PPS, aku memang jadi sering datang ke kantor camat, untuk beberapa urusan yang berkaitan dengan pelaksanaan pemilu di kecamatan kami. Karena sering datang ke kantor camat, tanpa sengaja aku pun akhirnya jadi tahu, kalau sekcam di kantor camat tersebut adalah seorang laki-laki yang berwajah cukup tampan. Sejak pertama kali melihatnya, aku mulai menyukainya. Namun selama ini, aku hanya bisa memendam rasa kagum ku tersebut. Karena sebagai seseorang yang berasal dari desa, aku cukup sadar diri. Adalah hal yang sangat mustahil, untuk bisa dekat dengan pak Sekcam yang tampan tersebut, apa lagi sampai bisa memilikinya. Jarak desa kami dengan kecamatan memang cukup jauh, butuh waktu hampir setengah jam naik motor untuk sampai k

Nasib seorang pedagang sayur keliling (part 4)

Sebenarnya aku enggan untuk melanjutkan kisah ini. Bukan apa-apa. Akhirnya dari kisah ini, sungguh membuat aku merasa tidak nyaman. Tapi karena banyaknya, permintaan untuk terus melanjutkan kisah ini, aku dengan sangat terpaksa harus menceritakannya sampai tuntas. Dan beginilah kisah ku ini berlanjut.... **** Beberapa tahun berlalu, aku dan Bima masih terus menjalin hubungan, meski hanya dalam diam. Kini, anak ku pun sudah mulai tumbuh besar. Sudah sebelas tahun usianya sekarang. Ia juga tumbuh menjadi anak yang cerdas. Hubungan ku dan Bima selama ini juga berjalan dengan baik. Kami selalu berusaha untuk saling menjaga cinta kami, dan tetap berhati-hati saat kami menghabiskan waktu berdua. Aku sudah kembali berjualan sayuran seperti biasa. Bima juga terus bekerja di tempatnya bekerja selama ini. Kami juga sama-sama merawat anak ku, dengan baik. Ia tak pernah kekurangan kasih sayang dari kami berdua. Aku merasa bahagia menjalani itu semua. Aku merasa utuh. Aku tidak butuh apa-apa lagi,

Iklan google