Langsung ke konten utama

Adsense

Bersama pak Sekcam

Jadi ceritanya begini...

Setahun yang lalu, aku mencoba mendaftarkan diri menjadi seorang PPS di desa tempat aku tinggal. Dan kebetulan aku lulus dengan hasil yang lumayan baik. Dan sejak itu pula, aku resmi dilantik menjadi ketua PPS di desa kami.

Sebagai seorang ketua PPS, aku memang jadi sering datang ke kantor camat, untuk beberapa urusan yang berkaitan dengan pelaksanaan pemilu di kecamatan kami.

Karena sering datang ke kantor camat, tanpa sengaja aku pun akhirnya jadi tahu, kalau sekcam di kantor camat tersebut adalah seorang laki-laki yang berwajah cukup tampan. Sejak pertama kali melihatnya, aku mulai menyukainya.

Namun selama ini, aku hanya bisa memendam rasa kagum ku tersebut. Karena sebagai seseorang yang berasal dari desa, aku cukup sadar diri. Adalah hal yang sangat mustahil, untuk bisa dekat dengan pak Sekcam yang tampan tersebut, apa lagi sampai bisa memilikinya.

Jarak desa kami dengan kecamatan memang cukup jauh, butuh waktu hampir setengah jam naik motor untuk sampai kesana. Itu pun harus melewati jalan yang cukup sepi, dan di kiri kanannya masih terdapat hutan belantara.

Meski pun sebenarnya aku jarang bertemu dengan pak sekcam tersebut, namun rasa kagum ku padanya, kian hari kian berkembang. Aku jadi sering mengkhayalkannya. Aku jadi sering memikirkannya, terutama saat malam menjelang tidur.

Hingga setahun pun berlalu, sejak aku menjadi ketua PPS, dan sejak aku mengenal pak Sekcam tersebut. Aku juga sudah tahu namanya. Meski pun kami belum berkenalan secara resmi. Tapi dari yang aku tahu, namanya adalah Shendy. Atau orang-orang sering memanggilnya pak Shendy.

Pak Shendy memang memiliki wajah di atas rata-rata, dengan bentuk tubuh yang cukup atletis. Dan dari cerita mulut ke mulut, aku pun juga jadi tahu, kalau pak Shendy adalah seorang duda. Ia sudah memiliki dua orang anak, namun ia sudah lama bercerai dari istrinya.

Semakin tahun tentang dirinya, semakin aku sering menjadikan bahan imajinasi ku. Aku selalu membayangkan bisa menjadi kekasih hatinya. Meski pun di sisi hati ku yang, aku juga meragukan hal tersebut.

***

Setelah setahun mengenal pak Shendy, dan secara kebetulan kami juga sudah saling kenal. Akhirnya, aku jadi berani untuk sekedar menegurnya, saat kadang tak sengaja kami bertemu di kantor camat.

Apa lagi semenjak Pemilu di mulai, kegiatan ku sebagai ketua PPS juga semakin padat, dan aku juga jadi semakin sering berada di kecamatan. Hal itu cukup membuat aku jadi semakin sering bertemu pak Shendy. Dan rasa kagum ku padany pun kian menjadi. Bahkan tanpa aku sadari, aku mulai jatuh cinta padanya.

Pernah pada suatu kesempatan, saat itu pleno di tingkat kecamatan, aku terpaksa harus tidur selama beberapa malam di kantor camat. Karena pleno memang berlangsung selama hampir tiga hari tiga malam. Dan karena jarak desa kami cukup jauh, aku pun terpaksa menginap di sana.

Pada malam pertama, pleno selesai hampir jam dua dini hari. Saat itu aku sempat ketiduran di ruang tunggu kantor camat tersebut. Dan tanpa aku duga, ternyata pak Shendy sengaja membangunkan ku, dan meminta aku untuk pindah tidur ke dalam ruangan kerjanya.

Saat itu, pikiran ku pun menjadi tak karuan. Dada ku jadi berdebar-debar hebat. Mata ku yang tadinya terasa sangat ngantuk, tiba-tiba hilang. Aku jadi membayangkan hal yang bukan-bukan tentang pak Shendy.

Kenapa ia meminta aku untuk pindah tidur ke dalam ruangan kerjanya?

Sementara di dalam ruangan kerjanya tersebut, cukup sepi dan tidak ada siapa-siapa.

Sementara juga banyak anggota PPS dari desa lain, yang juga ketiduran di ruang tunggu tersebut.

Tapi mengapa pak Shendy hanya meminta aku untuk pindah, sedangkan yang lain tidak?

Hal itu semakin membuat aku jadi merasa tak karuan.

Tapi aku mencoba menenangkan diriku. Aku mencoba untuk tidak berharap lebih akan hal tersebut.

Sampai akhirnya, setelah hampir setengah jam aku berada di dalam ruangan kerjanya tersebut, pak Shendy pun muncul. Aku melihat ia menutup pintu ruangan dengan hati-hati. Mungkin ia berpikir kalau aku memang sudah tertidur.

Namun karena mata ku yang enggan terpejam, aku pun mencoba menyambut kedatangan pak Shendy dengan sebuah senyuman.

"loh.. kok belum tidur?" tanya pak Shendy.

"sepertinya ngantuk saya udah hilang, pak.." balasku apa adanya.

"baru aja tidurnya beberapa menit, kok udah hilang aja ngantuknya?" ucap pak Shendy lagi.

"iya, pak. Lagi pula, kalau pekerjaan belum kelar seperti saat ini, pikiran juga gak mau diajak kompromi untuk bisa tidur, pak.." balasku.

"iya, sih... Saya juga sudah beberapa malam tidak bisa tidur dengan tenang, karena pekerjaan kita belum sepenuhnya selesai.." pak Shendy berucap lagi.

Lalu kemudian, secara spontan, pak Shendy pun duduk di samping ku. Karena merasa segan, aku pun terpaksa bangkit dari rebahan ku, dan ikut duduk di atas sofa tersebut.

"maaf ya, pak.  Kalau malam ini saya malah harus mengganggu waktu istirahat bapak, karena ikut tidur di ruangan ini.." ucapku kemudian.

"ah.. gak apa-apa, kok. Lagi pula, tadi saya kan yang meminta kamu untuk tidur di sini?" balas pak Shendy.

"iya, sih, pak. Saya malah jadi gak enak sama yang lain.." ucapku lagi.

"udah.. kamu santai aja... karena saya memang sengaja meminta kamu untuk pindah ke sini.. saya... sebenarnya ada yang ingin saya sampaikan sama kamu..." balas pak Shendy kemudian.

"apa, pak?" tanyaku jadi penasaran.

"sebenarnya sudah lama saya ingin mempertanyakan hal ini sama kamu. Tapi karena kita sama-sama sibuk, saya belum berani untuk bertanya sama kamu. Namun karena malam ini, kamu sudah berada di sini, mungkin inilah saat yang tepat untuk saya bertanya akan hal tersebut.." ucapan pak Shendy semakin membuat aku merasa penasaran.

"kalau boleh tahu, bapak mau tanya tentang apa?" tanya ku sedikit memotong ucapannya.

"apa kamu sudah menikah?" tanya pak shendy akhirnya.

"belum, pak.. saya masih lajang.." balasku apa adanya.

"oh.. baguslah.." sepertinya pak Shendy membalas ucapan ku tanpa sadar.

"kenapa begitu, pak?" tanya ku dengan nada ingin tahu.

"karena dengan begitu, artinya... saya tidak salah menilai kamu selama ini.." balasnya.

"menilai saya bagaimana, pak?" aku bertanya kembali.

"yah.. kalau saya perhatikan, sejak kita sering bertemu di sini, kamu itu sering memperhatikan saya diam-diam. Saya gak tahu, apa itu hanya perasaan saya saja, atau kamu memang suka memperhatikan saya?" kalimat pak Shendy membuat aku sedikit tercekat.

"emang kelihatan ya, pak?" tanya ku memberanikan diri.

"yah.. boleh di bilang begitu... tapi.. saya suka kok di perhatikan sama kamu.. itu artinya... kamu juga punya perasaan pada ku, kan?" pak Shendy mengakhiri kalimatnya dengan sebuah pertanyaan.

"hmm.. maksudnya, pak?" tanya ku takut salah paham.

"maksud saya... sebenarnya sejak pertama kali kita berkenalan, saya tuh sebenarnya sudah merasa kagum sama kamu. Kamu tuh tampan dan gagah. Tapi selama ini, aku berusaha memendam semua itu, karena saya takut kamu akan menjauh dari saya..." ucap pak Shendy terdengar hati-hati.

"jadi pak Shendy.. juga.. juga suka sama saya?" tanya ku sedikit bergetar.

"iya.. aku suka sama kamu... apa kamu mau menjadi kekasih ku?" ucapan dan pertanyaan pak Shendy benar-benar membuat aku semakin bergetar. Rasanya aku hampir tak percaya mendengar itu semua.

Bagaimana mungkin seorang Shendy yang begitu tampan dan gagah, dan juga seorang duda, bisa punya perasaan tertarik padaku?

Namun aku merasa sangat bahagia mendengar semua itu.

"pak Shendy serius?" tanya ku sekedar meyakinkan diri ku sendiri.

"iya.. saya serius suka kamu... Kenapa kamu gak percaya?" balas pak Shendy.

"aku.. aku bukan nya gak percaya, pak. Tapi bukankah pak Shendy ini seorang duda. Yang artinya pak Shendy kan bukan seorang gay.." ucapku sedikit berpendapat.

"kalau untuk itu, ceritanya panjang... nanti kita bahas soal itu. Yang pasti sekarang, kamu mau gak menjadi pacar aku?" balas pak Shendy kemudian.

"aku.. aku sudah pasti mau lah, pak. Siapa sih yang berani menolak lelaki setampan dan segagah pak Shendy. Saya juga sudah lama suka sama pak Shendy.." balas ku akhirnya.

"oke.. kalau begitu... mulai malam ini, kita pacaran, ya?" tanya pak Shendy terdengar setengah ragu.

"iya, pak.. kita pacaran... dan aku .. sangat bahagia dengan semua ini.." balasku.

"aku juga merasa sangat bahagia, sayang.." ucapan pak Shendy terdengar mesra di telinga ku.

Lalu dengan perlahan, pak Shendy pun semakin mendekat. Pelan namun pasti, tubuh kami pun saling berdekapan erat.

"emangnya di sini aman, pak?" tanya ku tiba-tiba, saat aku menyadari dimana kami berada saat itu.

"aman.. kamu tenang aja.." balas pak Shendy setengah berbisik.

"tapi, pak... bagaimana kalau ada orang yang masuk tiba-tiba ke sini?" tanya ku lagi.

"kamu tenang ya, sayang... pintu nya sudah aku kunci kok. Jadi gak bakal ada yang masuk kesini. Lagi pula di luar, semua orang sudah pada tidur, kok. Jadi... kamu tak perlu terlalu mencemaskan hal tersebut.." balas pak Shendy lagi.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya, aku pun akhirnya bisa merasakan keindahan tersebut. Sebuah keindahan, yang telah lama aku impikan. Sebuah keindahan, yang benar-benar penuh kesan bagi ku.

***

Sejak saat itu, aku dan pak Shendy pun resmi berpacaran. Kami juga semakin sering menghabiskan waktu berdua. Cinta yang selama ini hanya bisa aku pendam, kini telah menjelma menjadi nyata. Sebuah cinta yang terasa sempurna dan begitu indah bagi ku.

"sebenarnya... aku ini bukan laki-laki normal seperti yang orang-orang pikirkan selama ini. Aku sengaja menikah, hanya untuk menutupi jati diri ku yang sebenarnya. Karena itu lah, pernikahan ku pun tidak bertahan lama, meski pun kami sudah punya dua orang anak." cerita pak Shendy padaku.

"aku tidak pernah bisa mencintai istri ku. Meski aku telah berusaha untuk bisa jatuh cinta padanya. Namun pada akhirnya, aku justru semakin menderita oleh semua itu. Aku merasa tersiksa. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk bercerai saja dari istri ku..."

"sejak bercerai dari istri ku, aku pun kembali menjalani kehidupan ku sebagai seorang laki-laki gay. Meski sebenarnya, aku bukanlah tipe orang yang mudah jatuh cinta. Walau pun aku sudah banyak bertemu laki-laki, namun tidak ada yang berhasil menyentuh hati ku.."

"sampai akhirnya aku bertemu kamu... Aku begitu mengagumi mu. Perasaan itu, kian hari kian berkembang. Aku pun akhirnya jatuh cinta sama kamu. Karena itulah, aku pun memberanikan diri untuk mendekati mu. Hingga aku pun memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan ku padamu.."

"dan betapa beruntungnya aku, karena ternyata kamu juga punya perasaan yang sama. Aku merasa sangat bahagia bisa memiliki kamu. Aku bahagia karena cinta ku tidak bertepuk sebelah tangan.." pak Shendy melanjutkan ceritanya lagi, yang membuat aku semakin merasa melayang.

Kini hari-hari ku terasa begitu indah. Aku merasa sangat beruntung bisa memiliki pak Sekcam yang tampan dan gagah tersebut.

Aku hanya berharap, semoga hubungan kami bisa bertahan selamanya. Semoga kebahagiaan ini, tidak akan purna oleh waktu...

Yah... semoga saja..

****

Simak kisah lainnya :

Nasib seorang tukang sayur (part 4)

Nasib seorang pedagang sayur keliling (part 3) 

Nasib seorang pedagang sayur keliling (part 2) 

Nasib seorang pedagang sayur keliling (part 1)

Pak Dirman, sopir pribadi ku (part 3)

Pak Dirman, sopir pribadi ku (part 2) 

Pak Dirman, sopir pribadi ku (part 1)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita gay : Sang duda tetangga baruku yang kekar

 Namanya mas Dodi, ia tetangga baruku. Baru beberapa bulan yang lalu ia pindah kesini. Saya sering bertemu mas Dodi, terutama saat belanja sayur-sayuran di pagi hari. Mas Dodi cukup menyita perhatianku. Wajahnya tidak terlalu tampan, namun tubuhnya padat berisi. Bukan gendut tapi lebih berotot. Kami sering belanja sayuran bersama, tentu saja dengan beberapa orang ibu-ibu di kompleks tersebut. Para ibu-ibu tersebut serring kepo terhadap mas Dodi. Mas Dodi selalu menjawab setiap pertanyaan dari ibu-ibu tersebut, dengan sekedarnya. Saya dan mas Dodi sudah sering ngobrol. Dari mas Dodi akhirnya saya tahu, kalau ia seorang duda. Punya dua anak. Anak pertamanya seorang perempuan, sudah berusia 10 tahun lebih. Anak keduanya seorang laki-laki, baru berumur sekitar 6 tahun. Istri mas Dodi meninggal sekitar setahun yang lalu. Mas Dodi sebenarnya pindah kesini, hanya untuk mencoba melupakan segala kenangannya dengan sang istri. "jika saya terus tinggal di rumah kami yang lama, rasanya terla

Adik Iparku ternyata seorang gay (Part 1)

Aku sudah menikah. Sudah punya anak perempuan, berumur 3 tahun. Usia ku sendiri sudah hampir 31 tahun. Pernikahan ku baik-baik saja, bahkan cukup bahagia. Meski kami masih tinggal satu atap dengan mertua. Karena aku sendiri belum memiliki rumah. Lagi pula, rumah mertua ku cukup besar. Aku tinggal dengan istri, anak dan kedua mertua ku, serta adik ipar laki-laki yang baru berusia 21 tahun.   Aku bekerja di sebuah perusahaan kecil di kota ini, sebagai seorang karyawan swasta. Gaji ku lumayanlah, cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecil kami. Mertua ku sendiri seorang pedagang yang cukup sukses. Dan istri ku tidak ku perbolehkan bekerja. Cukuplah ia menjaga anak dan mengurus segala keperluan keluarga. Aku seorang laki-laki normal. Aku pernah dengar tentang gay, melalui media-media sosial. Tapi tak pernah terpikir oleh ku, kalau aku akan mengalaminya sendiri. Bagaimana mungkin seorang laki-laki bisa merasakan kenikmatan dengan laki-laki juga? Aku bertanya-tanya sendiri mendengar ka

Cerita gay : Nasib cinta seorang kuli bangunan

Namaku Ken (sebut saja begitu). Sekarang usiaku sudah hampir 30 tahun. Aku akan bercerita tentang pengalamanku, menjalin hubungan dengan sesama jenis. Kisah ini terjadi beberapa tahun silam. Saat itu aku masih berusia 24 tahun. Aku bekerja sebagai kuli bangunan, bahkan hingga sekarang. Aku kerja ikut mang Rohim, sudah bertahun-tahun. Sudah bertahun-tahun juga, aku meninggalkan kampung halamanku. Orangtuaku hanyalah petani biasa di kampung. Kehidupan kami memang terbilang cukup miskin. Karena itu, aku hanya bisa sekolah hingga SMP. Setelah lulus dari SMP, aku mulai bekerja serabutan di kampung. Hingga akhirnya aku bertemu dengan mang Rohim, seorang laki-laki paroh baya, yang sudah sangat berpengalaman di bidang pertukangan. Aku ikut mang Rohim merantua ke kota dan ikut bekerja dengannya sebagai kuli bangunan. Sebagai seseorang yang memiliki kehidupan ekonomi yang pas-pasan, aku memang belumm pernah pacaran, sampai saat itu. Apa lagi sejak aku ikut mang Rohim bekerja. Tempat kerja kami y

Iklan google