Sebagai laki-laki normal, dan juga masih cukup muda. Aku memang selalu berusaha untuk tampil menarik. Terutama saat aku berada di kampus.
Aku ingin menjalani kehidupan ini sebagaimana layaknya seorang pemuda yang baru tumbuh dewasa. Punya teman-teman yang asyik, punya tempat nongkrong yang gaul, dan tentunya aku juga ingin punya seorang kekasih.
Dan karena itulah, aku akhirnya bertemu dan berkenalan dengan seorang cewek cantik. Namanya Andita. Dia seorang gadis yang juga kuliah di kampus yang sama dengan ku, hanya saja kami berada di jurusan yang berbeda.
Aku yang mulanya mencoba mendekati Andita dan mengajaknya berkenalan. Karena sejak pertama kali melihatnya, aku sudah tertarik dengan wajahnya yang cantik.
Semakin mengenal Andita, aku semakin menyukainya. Dia ternyata gadis yang baik, ramah dan juga pintar. Aku merasa Andita adalah gadis yang tepat untuk aku jadikan seorang kekasih.
Aku jatuh cinta pada Andita. Meski pun aku baru mengenalnya. Karena itu, aku pun berusaha untuk mendekatinya, dengan sedikit menebar pesona.
Seperti kata om Prass, aku memang memiliki wajah yang tampan. Dan hal itu cukup untuk aku jadikan modal, sebagai senjata ku agar bisa menarik perhatian Andita.
Aku juga dapat merasakan, kalau dari awal Andita juga punya rasa ketertarikan padaku. Karena itu juga, aku semakin percaya diri, untuk mulai menunjukan perasaan ku padanya.
Usaha ku mendekati Andita, adalah sisi lain dari diri yang sebenarnya. Karena pada kenyataannya, saat ini, aku masih merupakan kekasih simpanan om Prass, orang yang selama ini membiayai hidup ku.
Hubungan ku dengan om Prass juga masih baik-baik saja. Ia masih sering datang ke apartemen ku, terutama di malam-malam tertentu. Aku juga selalu berusaha untuk memberi servis terbaik untuknya. Seperti kesepakatan kami dari awal.
Om Prass tak pernah tahu, bagaimana kehidupan ku di luar. Ia juga sepertinya tak ingin terlalu tahu, apa yang aku lakukan ketika tidak bersamanya. Yang penting baginya, aku selalu ada kapan pun ia membutuhkan ku. Dan ia juga selalu berusaha untuk memberi aku uang, sebanyak apa pun aku membutuhkannya.
Begitulah kehidupan yang aku jalani saat ini. Di Apartemen, aku adalah kekasihnya om Prass. Namun di luar itu, terutama di kampus, aku adalah seorang pemuda lajang, yang punya kehidupan yang mapan.
Aku tidak terlalu terbuka kepada teman-teman ku, tentang kehidupan pribadi ku. Yang mereka tahu, aku adalah seorang pemuda yang berasal dari kampung, dan memiliki orangtua yang kaya. Karena di mata teman-teman ku, hidup ku terlihat sangat berkecukupan. Meski mereka tak pernah tahu, dari mana semua uang itu aku dapatkan sebenarnya.
Meski pun demikian, aku tidak terlalu mengumbar-umbar kehidupan mewah yang aku miliki saat ini. Karena aku tidak ingin, teman-teman ku malah curiga padaku nantinya.
Aku harus bisa menjaga rahasia hubungan ku dengan om Prass. Aku harus bisa membatasi diri, untuk tidak terlalu dekat dengan siapa pun. Agar mereka tidak terlalu ingin tahu, tentang kehidupan ku yang sebenarnya.
Namun berbeda dengan Andita. Meski aku tetap berusaha menjaga rahasia ku padanya. Namun terkadang, tanpa sadar, aku sedikit membuka diri pada Andita. Hal itu aku lakukan, karena aku ingin Andita percaya padaku. Aku ingin terlihat jujur, saat di hadapannya.
****
Hari-hari pun terus berlalu. Aku dan Andita semakin dekat dan akrab. Kami jadi semakin sering jalan bareng. Dan juga melakukan banyak hal berdua. Dan aku merasa bahagia dengan semua itu.
Aku semakin sayang pada Andita. Aku justru jatuh cinta padanya. Bukan kepada om Prass yang telah menyelamatkan hidup ku, dan juga sudah sangat banyak membantu ku selama ini. Meski pun dengan sangat terpaksa aku harus menjadi kekasih gelapnya.
Antara Andita dan om Prass adalah dua hal yang berbeda. Mereka berdua sama-sama punya peran penting dalam hidup ku saat ini. Dan aku membutuhkan mereka berdua, dengan cara yang berbeda. Aku membutuhkan mereka berdua, untuk membuat hidup ku jadi lebih baik.
Hingga pada suatu kesempatan, Andita memaksa ku untuk mampir ke rumahnya. Setelah sekian lama kami menjadi dekat. Dan selama ini, aku memang sering mengantar Andita pulang. Tapi tak pernah sekali pun aku berusaha untuk mampir ke rumahnya yang mewah.
Selain karena merasa minder, melihat kehidupan Andita yang mewah, aku juga merasa hubungan kami masih sebatas teman dekat. Kami belum resmi pacaran.
Namun kali ini, Andita bersikeras untuk mengajak aku mampir ke rumahnya. Kebetulan juga saat itu, cuaca kelihatan mendung. Jadi aku hampir tidak punya alasan untuk menolak ajakan Andita.
Saat itulah, Andita pun memperkenalkan aku sebagai temannya, kepada kedua orangtua nya, yang kebetulan saat itu juga sedang berada di rumah.
Dan betapa kagetnya aku saat akhirnya aku tahu, kalau Andita adalah anak dari om Prass.
Aku dan om Prass, tanpa sengaja, kompak berpura-pura kalau kami belum saling kenal. Meski pun aku dapat melihat tatapan amarah dari pandangan om Prass padaku. Aku juga hampir tidak bisa menyembunyikan kekagetan ku.
Aku jadi sangat grogi dan salah tingkah. Aku jadi banyak diam dan sering melamun. Dan pada akhirnya, aku memutuskan untuk segera pergi dari rumah tersebut, meski pun Andita masih berusaha untuk menahan ku di sana.
Tapi aku sudah terlanjur malu pada om Prass. Aku tidak sanggup lagi berlama-lama berada di sana. Aku harus segera pergi, sebelum semuanya menjadi semakin kacau.
Dan sepanjang perjalanan pulang, pikiran ku pun jadi kacau. Om Prass pasti sangat marah padaku, setelah ia tahu, kalau aku berusaha mendekati anak gadisnya. Ia pasti ingin memaki ku segera.
Dan aku tidak habis sama sekali. Kenapa aku harus jatuh cinta pada anak om Prass? Kenapa Andita itu justru anaknya om Prass? Ah, dunia memang terlalu sempit. Dan aku terjebak di dalamnya. Tanpa tahu harus berbuat apa saat ini.
****
"dari sekian banyak gadis di kampus, kenapa harus Andita?" om Prass melontarkan pertanyaannya padaku, saat akhirnya, malam itu ia datang ke apartemen ku.
"aku gak masalah, kalau kamu mau dekat dengan perempuan mana pun, Alan. Tapi kenapa harus Andita? Kenapa harus anak ku?" om Prass melanjutkan pertanyaannya, seolah meluahkan kekesalannya padaku.
"ma.. maaf, om.. aku benar-benar tidak tahu, kalau Andita itu anak om.." balasku cukup terbata.
"bukankah dari awal, om sudah katakan, kalau anak om juga kuliah di sana? Kenapa kamu tidak berusaha mencari tahu dulu, siapa gadis yang coba kamu dekati?" om Prass terus bertanya, tanpa pedulikan penjelasan ku barusan.
"tapi, om.. kami.. kami belum pacaran kok, om. Kami hanya berteman..." balasku lagi, masih terbata.
"aku gak peduli, apa pun hubungan kamu dan Andita saat ini. Yang aku ingin, mulai saat ini, kamu jauhi Andita. Jangan pernah lagi berusaha untuk bertemu dengannya, apa pun alasannya. Tinggalkan Andita, atau kamu akan kehilangan semua kehidupan kamu saat ini.." ucap om Prass lagi, dengan suara tegas.
"aku tidak ingin kamu dekat dengan Andita, dengan alasan apa pun. Atau sebagai apa pun. Kamu harus tinggalkan dia untuk selamanya.." om Prass melanjutkan masih dengan suara tegas.
Dan aku hanya bisa terdiam. Aku juga tidak tahu harus berkata apa. Om Prass pantas untuk marah. Bukan saja, karena ia tahu, kalau aku coba mengkhianatinya. Tapi juga karena aku justru mendekati anak gadisnya.
"maafkan aku, om. Aku benar-benar minta maaf, untuk semua ini. Kalau saja aku tahu dari awal, kalau Andita adalah anak om, aku juga pasti tidak akan berani untuk mendekatinya.." ucapku akhirnya, dengan suara parau.
"oke.. untuk kali ini, saya bisa memaklumi.. Tapi kalau sampai aku melihat kamu sekali lagi bersama Andita, apa pun alasannya, maka kamu akan tahu sendiri akibatnya. Dan mulai sekarang, aku akan kirim orang untuk memata-matai kamu. Aku tidak ingin kecolongan lagi..." balas om Prass sedikit kasar.
"iya, om. Saya janji, saya akan menjauhi Andita, dan saya tidak akan pernah lagi bertemu dengannya.." ucapku berusaha untuk terdengar tegas.
Om Prass menatap ku sejenak. Ku lihat masih ada keraguan dalam tatapan itu. Lalu kemudian, om Prass pun tersenyum sinis.
****
Sejak saat itu, aku pun memutuskan untuk melupakan Andita. Tidak lagi berusaha untuk menemuinya. Meski pun beberapa kali, Andita mencoba menghubungi ku, tapi aku berusaha mengabaikannya, bahkan tidak membalas pesannya sama sekali.
Di kampus pun, aku selalu berusaha menghindar. Aku berusaha untuk menjauh. Beruntunglah, kami belum terlalu saling mengenal. Andita belum tahu dimana aku tinggal. Bahkan ia juga belum tahu dimana kelas ku. Ia juga tidak tahu dimana biasa tempat aku nongkrong. Andita juga belum begitu mengenal teman-teman ku.
Meski pun aku merasa terluka, karena harus melupakan orang yang telah mampu membuat aku jatuh cinta. Meski pun aku dihantui rasa bersalah, karena harus menjauh dari Andita tanpa penjelasan apa pun padanya.
Karena saat ini, hanya itu yang bisa aku lakukan. Aku harus melupakan Andita. Aku harus memupus harapan ku padanya. Aku harus membunuh rasa cinta ku padanya. Karena ia tidak akan pernah bisa aku miliki, meski dengan alasan apa pun.
Kini hari-hari ku jadi berbeda. Apa lagi semenjak om Prass mengirimkan orang untuk memata-matai ku. Meski aku tidak tahu, siapa orang yang berada di sekeliling ku yang merupakan mata-mata om Prass. Tapi jujur saja, aku merasa diawasi.
Setiap gerak-gerik ku jadi sangat terbatas. Aku jadi lebih sering menghindari teman-teman ku. Aku jadi lebih sering berada di apartemen. Aku keluar hanya untuk kuliah, kemudian langsung pulang, tanpa aku berani untuk melakukan hal yang lebih dari itu.
Jujur, aku mulai merasa tersiksa dengan semua itu. Aku mulai merasa tidak nyaman. Tapi aku juga tidak punya pilihan lain saat ini. Aku juga tidak keinginan kehilangan kehidupan yang sedang aku jalani sekarang.
Menjadi simpanan om Prass bukanlah pilihan hidup yang aku impikan selama ini. Tapi hidup yang berkecukupan dan bisa kuliah, merupakan impian ku sejak lama. Dan aku tidak ingin kehilangan itu semua.
Selalu ada resiko yang harus aku ambil dalam hidup ini. Dan aku tidak bisa menghindarinya. Aku memang harus berkorban untuk mendapatkan apa yang aku impikan. Dan salah satu pengorbanan ku ialah kalau aku sudah tidak tidak memiliki kebebasan lagi.
****
Kehidupan ku bersama om Prass terus berjalan. Om Prass mulai menaruh kepercayaan lagi padaku. Ia tidak lagi mengawasi ku. Karena aku yakin, ia percaya, kalau aku tidak akan berani untuk melakukan hal-hal yang tidak ia inginkan.
Dan mungkin karena, hari-hari ku, aku habiskan dengan kesendirian, tanpa berteman dengan siapa pun. Aku hanya bertemu dan hampir selalu hanya bersama om Prass. Hal itu membuat aku jadi semakin merasa sangat membutuhkan om Prass dalam hidup ku.
Aku jadi tidak berani memikirkan siapa pun selain om Prass. Aku berusaha menjadi pasangan yang baik untuknya. Selalu berusaha untuk menjaga perasaannya. Aku mencoba untuk tetap setia padanya. Aku tak berani untuk mendekati siapa pun lagi.
Seluruh hidupku seakan aku persembahkan hanya untuk om Prass. Apa lagi, om Prass selama ini, sudah sangat baik padaku. Aku tidak ingin menyakitinya lagi.
Hingga akhirnya, aku menyadari, kalau aku mulai menyukai om Prass. Aku mulai sayang padanya. Aku mulai merasa takut kehilangan dirinya. Aku sangat membutuhkannya dalam hidupku. Dan aku tidak ingin kehilangan dirinya.
Mungkin hal ini, akan terdengar sangat tidak masuk akal. Tapi cinta, memang akan selalu tumbuh di hati yang selalu di pupuk dengan kasih sayang. Dan kasih sayang om Prass padaku, mampu membuka hati ku untuk mulai jatuh cinta padanya.
Mungkin hal ini, akan terdengar sangat tidak masuk akal. Tapi aku dapat merasakan, betapa om Prass begitu tulus menyayangi ku. Ia selalu berusaha untuk membuat aku merasa bahagia. Ia selalu berusaha untuk menjadikan aku satu-satunya hal yang ia inginkan di dunia ini.
Dan semua itu, telah mampu menyentuh hati ku yang paling dalam. Semua itu telah mampu membuat aku tidak ingin lagi melepaskannya. Aku ingin bersamanya, selamanya.
Semoga perasaan ini gak salah. Semoga pilihan hidup yang aku pilih, bukanlah sebuah kesalahan yang harus aku sesali kelak. Dan semoga aku mampu menjalani semua ini, dengan perasaan bahagia.
Yah... semoga saja....
*****
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih