Langsung ke konten utama

Postingan

Adsense

Sosis pak Dodo (part 2)

Hujan semakin deras di luar. Malam juga sudah mulai menjelang. Suara petir masih terdengar sangat keras. Aku berusaha mendekap tubuku sendiri, menahan dingin dan ketakutan ku akan suara petir. Pak Dodo masih duduk dengan tenang di samping ku. Ia sudah menghabiskan beberapa batang rokoknya. Mungkin ia juga merasa kedinginan, meski sudah memakai jaket. Tapi sepertinya ia tidak takut petir. Ia terlihat tenang dan santai. Beberapa kali pak Dodo melirik ku. Sepertinya ia merasa sedikit kasihan melihat ketakutan ku. Tapi ia memang tidak tahu harus berbuat apa, untuk meredakan ketakutan ku. "kamu kenapa suka sosis? Bukankah sosis itu hanya jajanan untuk anak-anak?" tiba-tiba pak Dodo membuka suara. Sepertinya ia mulai bosan dengan keheningan kami. Atau sebenarnya ia hanya berusaha untuk membuatku merasa aman. "dulunya aku gak suka sosis, bahkan aku hampir tidak pernah makan sosis sebelumnya.." balas ku berusaha bersikap biasa saja. "tapi karena yang jualnya pak Dodo,

Sosis pak Dodo

Sebenarnya aku tidak terlalu suka makan sosis. Apa lagi menurutku itu termasuk jajanan untuk anak-anak. Tapi sejak mengenal pak Dodo, penjual sosis langganan ku tersebut, aku jadi suka makan sosis. Pak Dodo adalah penjual sosis, yang biasa berjualan di dekat lapangan voli, tempat aku biasa bermain voli setiap sorenya. Aku seorang mahasiswa semester awal. Baru beberapa bulan yang lalu aku mulai kuliah. Kebetulan di tempat aku tinggal, tepatnya di belakang rumah yang aku sewa, ada sebuah lapangan voli. Karena aku yang memang hobi bermain voli sejak SMA, jadi ikut main voli disana. Ada banyak pemain voli yang bermain di situ. Mulai dari pemain amatiran sampai yang profesional. Ada mahasiswa, karyawan, dan juga penduduk setempat. Setiap sore aku bermain voli di lapangan tersebut. Di sana juga banyak anak-anak yang bermain, dengan permainan mereka sendiri. Intinya, lapangan voli itu selalu ramai setiap sorenya. Ada banyak pedagang makanan juga disana. Salah satunya adalah pak Dodo, si penju

Gelandangan kekar (part 3)

Sore itu kami menikmati pemandangan indah pantai nan eksotik tersebut. Kami mandi air laut, berenang dan melakukan banyak hal di pantai tersebut. Aku sungguh menikmati liburan kami sore itu. Hingga malam pun menjelang. Aku merasa sangat bahagia bisa menghabiskan waktu berdua bersama Thomas di pantai nan indah tersebut. Semuanya terasa sangat indah. "terima kasih ya, Ed. Kamu sudah mengajak ku kesini.. Ini sungguh liburan yang luar biasa bagi ku.." ucap Thomas, ketika kami sudah berada di kamar hotel. Saat itu kami sudah selesai mandi dan makan malam. "aku yang makasih sama kamu, Thom. Karena kamu mau ikut dengan ku. Aku benar-benar merasa bahagia.." balasku tulus. Thomas tersenyum manis, kemudian ia berkata, "oh, ya.. aku penasaran dengan kalimat yang kamu gantung tadi sore, sebelum kita ke pantai.." ucapnya. Kami duduk berdampingan di tepian ranjang hotel yang cukup mewah tersebut. Aku dan Thomas sama-sama hanya memakai baju kaos oblong dan celana pendek,

Gelandangan kekar (part 2)

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Menghabiskan waktu bersama orang yang kita suka, memang merupakan suatu kebahagiaan tersendiri. Waktu jadi terasa begitu cepat berlalu. Sudah hampir dua bulan Thomas tinggal bersama ku. Sudah hampir dua bulan kami tinggal satu atap. Dan selama itu pula, Thomas membantu ku bekerja di toko elektronik ku. Kehadiran Thomas cukup membantu pekerjaan ku. Ia terlihat sangat cekatan dalam melayani pelanggan yang datang. Sifatnya yang ramah dan sedikit blak-blakan, membuat pelanggan merasa betah mengobrol dengannya. Dan hal itu cukup membantu hasil penjualan ku. "terima kasih ya Thoma, kehadiran kamu benar-benar merubah suasana toko ini." ucapku pada saat kami makan siang bersama. "saya yang harusnya berterima kasih pada mu, Ed. Kamu sudah sangat banyak membantu ku." balas Thomas terdengar tulus. "tapi aku belum bisa memberi kamu gaji, Thom. Selain tempat tinggal dan makan gratis setiap harinya. Pendapatan ku belum cukup untuk mengg

Gelandangan kekar

Namanya Thomas. Dia laki-laki normal. Dia sudah menikah dan sudah punya anak. Tapi kehidupannya kacau. Kehidupan rumah tangganya berantakan, sejak ia menjadi seorang pengangguran. Begitu setidaknya yang aku tahu cerita tentang kehidupan Thomas, yang aku dengarkan dari mulutnya sendiri. Thomas yang menceritakan semua itu padaku. Lalu bagaimana ceritanya hingga aku bisa bertemu Thomas? Dan seperti pula perjuangan ku untuk meluluhkan hatinya? Simak kisah ini, dari awal sampai akhir ya.... **** Nama ku Edy, saat ini aku sudah berusia 28 tahun lebih. Aku seorang perantau, dan memiliki sebuah usaha toko elektronik, yang aku kelola sendiri. Sebenarnya kedua orangtua ku adalah guru, dan mereka juga ingin aku menjadi seorang guru. Tapi aku dengan tegas menolaknya, karena aku lebih suka jadi pengusaha. Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak ku laki-laki, dan sekarang sudah menjadi seorang guru, mengikuti jejak kedua orangtua ku. Sementara adik bungsu ku perempuan, sekarang sedang kuliah S2 d

Istri ku jadi TKW, aku jadi begini (part 2)

Malam itu, aku duduk sendiri di depan rumah. Anak ku sudah tertidur dari tadi. Sebenarnya aku juga sudah mencoba untuk tertidur, tapi entah mengapa mata ku enggan terpejam. Bayangan wajah Keken tiba-tiba saja melintas di pikiran ku. Tawaran dan ungkapan perasaannya pada ku, beberapa hari yang lalu, masih terus mengganggu pikiran ku akhir-akhir ini. Walau pun aku belum pernah bertemu Keken lagi sejak kejadian itu. Aku melihat jam di hp ku, sudah jam sepuluh malam. Keadaan sudah mulai sepi. Di kampung ku ini, orang-orang memang lebih memilih untuk tidak keluar rumah ketika malam hari. Mereka lebih memilih berada di rumah, dan tidur lebih awal. Aku sudah menghabiskan beberapa batang rokok. Menarik napas dalam beberapa kali. Mencoba menenangkan pikiranku yang sedang kacau. Sebenarnya aku bisa saja mengabaikan tawaran Keken, dan memilih untuk tetap setia pada istri ku. Namun, sebagai laki-laki yang merasa kesepian, karena telah ditinggal istri menjadi TKW, bahkan sudah setahun lebih, aku me

Istri ku jadi TKW, aku jadi begini ... (part 1)

Kalau ada yang bertanya, "sejak kapan saya 'belok'?" jawabnya adalah, "sejak istri saya jadi TKW..." "kenapa?", "karena saya punya kebutuhan, dan saya tidak mau mengambil resiko 'hamil' jika melakukannya dengan wanita. Dan saya juga tidak mau 'jajan' sembarangan, karena banyak 'penyakit'." Udah gitu aja... Sesimple itu. Lalu bagaimana semua itu bisa terjadi? Silahkan simak kisah nyata saya berikut ini, dari awal sampai akhir, biar gak gagal paham. Berawal dari keberangkatan istri saya jadi TKW, setahun yang lalu. Saat itu seminggu sehabis lebaran, istri saya mendapatkan tawaran pekerjaan jadi TKW ke Arab Saudi. Jadi Pembantu rumah tangga. Sebenarnya saya sudah berusaha untuk mencegah istri saya, mengingat anak kami masih kecil, masih tujuh tahun usianya. Tapi istri saya tetap bersikeras untuk pergi. Aku yang cuma nelayan biasa di kampung tempat kami tinggal, akhirnya harus merelakan kepergian istri ku pergi ke luar

Iklan google