Langsung ke konten utama

Adsense

Cowok tampan dari Negeri Malaysia

Aku gak tahu harus memulai cerita ini dari mana. Semula aku sempat tak ingin menceritakan kisah ini. Karena menurutku kisah ini cukup membuat aku merasa malu. Tapi aku butuh tempat untuk mencurahkan semua ini. Dan disinilah aku akan menceritakan semuanya.

Kisah ini berawal dari perkenalan ku dengan seorang cowok tampan bernama Karimi, ia berasal dari Malaysia. Karimi kuliah di Indonesia sudah dua tahun, sementara aku mengenalnya baru beberapa bulan yang lalu.

Aku kenal dengan Karimi, karena kebetulan kami punya hobi yang sama, yakni main Futsal. Setelah tahu kalau Karimi juga kuliah di kampus yang sama dengan ku, aku pun semakin dekat dengannya.

Kedekatan kami telah menumbuhkan sebuah rasa di hatiku, rasa ingin memilikinya. Yah, aku jatuh pada Karimi. Bukan saja karena wajahnya yang tampan dan postur tubuhnya yang kekar, tapi juga karena sifatnya yang ramah dan sedikit humoris.

Karena merasa tertarik dengan Karimi, aku pun semakin ingin mengenalnya lebih dekat lagi.

Karimi kost di sebuah tempat kost yang khusus disana hanya ada anak-anak Malaysia, dan Karimi punya kamar kost sendiri disana.

Aku sendiri juga sebenarnya tinggal di sebuah rumah kost, tak jauh dari tempat kost Karimi. Karena itu, aku jadi sering berkunjung ke tempat kost Karimi.

Dari Karimi akhirnya aku tahu, kalau ia adalah anak sulung dari lima bersaudara. Kedua orangtuanya bekerja sebagai guru di Malaysia sana.

Aku sendiri juga anak sulung dari tiga bersaudara, kedua orangtua ku bekerja sebagai petani di kampung.

Semakin mengenal Karimi dan semakin dekat dengannya, aku justru semakin mengaguminya. Keinginan untuk bisa memilikinya pun kian besar tumbuh di hati ku.

Dan karena aku sudah tidak mampu lagi memendam semua rasa ini, aku pun akhirnya memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan ku pada Karimi.

"aku suka sama kamu, Karimi. Aku jatuh cinta sama kamu.." ucapku dengan penuh keberanian.

Aku tak peduli lagi, sekali pun Karimi akan membenci ku karena ini. Aku tak peduli, sekali pun Karimi akan menjauh dariku, yang penting aku telah mengungkap perasaanku yang sebenarnya pada Karimi.

"kamu yakin, Rama?" di luar dugaan ku, Karimi justru bertanya seperti itu.

"iya... aku yakin.." balasku pelan.

"tapi kita baru beberapa bulan saling kenal, Ram. Kamu yakin itu cinta?" Karimi berucap lagi, dengan sedikit bertanya.

"tidak butuh waktu lama untuk kita menyadari perasaan kita terhadap seseorang, Karimi. Dan sangat yakin dengan perasaan ku. Pertanyaannya adalah, apa kamu bersedia menjadi pacar ku?" balasku kemudian.

"kalau kamu memang sudah yakin dengan perasaan kamu, saya sih oke-oke aja." ucap Karimi terdengar santai.

"oke-oke aja, maksudnya?" tanyaku penasaran.

"ya.. saya mau aja.. karena sebenarnya saya juga suka sama kamu.." balas Karimi.

Dan hatiku bersorak senang mendengar hal tersebut. Aku memang benar-benar mencintai Karimi, dan aku ingin sekali bisa memilikinya.

"jadi mulai sekarang kita pacaran, kan?" tanya ku sekedar meyakinkan diri ku sendiri.

"iya.." jawab Karimi singkat, namun mampu membuat aku tersenyum bahagia.

*****

Sejak saat itu, aku dan Karimi pun resmi berpacaran. Kami semakin sering menghabiskan waktu berdua. Karimi bahkan sering menginap di kost ku, begitu juga sebaliknya.

Hubungan kami terjalin dengan indah. Meski semua itu hanyalah sebuah hubungan rahasia. Tidak ada yang tahu tentang hubungan kami. Di mata orang-orang kami hanyalah dua orang teman dekat.

Aku merasa bahagia bisa mendapatkan cinta Karimi. Hidupku jadi penuh warna. Aku jadi punya tempat untuk bermanja.

"aku sayang kamu, Karimi.." bisik ku suatu malam, saat untuk kesekian kalinya kamu bertemu.

"aku juga sayang kamu, Rama.." balas Karimi ikut berbisik.

Dan keindahan pun kembali tercipta diantara kami berdua. Bunga-bunga cinta saling bermekaran, dihiasi lantunan syahdu penuh kehangatan. Dunia benar-benar menjadi milik kami berdua malam itu. Dan aku pun terlena dalam buaian cinta yang indah.

****

Hampir setahun hubungan ku dan Karimi terjalin. Dan kebahagiaan demi kebahagiaan terus menghiasi hari-hari ku.

Namun hidup bukan hanya tentang bahagia. Selalu saja ada hal-hal yang membuat kita akhirnya terluka.

Begitu juga kisah cinta ku bersama Karimi.

Berawal dari akhirnya aku tahu, kalau Karimi juga punya pacar selain aku. Hal itu aku ketahui, ketika suatu malam, aku ingin berkunjung ke kost Karimi. Sengaja malam itu, aku tidak mengabari Karimi terlebih dahulu, karena aku ingin memberi kejutan padanya.

Tapi justru yang terjadi sungguh di luar dugaan ku. Saat aku hendak mengetuk pintu kamar kost Karimi, aku mendengar Karimi sedang berbicara dengan seseorang di dalam kamarnya.

"aku juga sayang kamu, Dion.." begitu kalimat pertama yang aku dengar dari suara Karimi di dalam kamarnya.

"tapi kamu mulai berubah akhir-akhir ini, Karimi.." balas suara laki-laki lainnya, yang ku perkirakan itu adalah sosok yang disebut Dion oleh Karimi tadi.

"aku gak berubah, Dion. Aku tetap sayang kamu, dan aku tidak akan pernah meninggalkan kamu.." terdengar Karimi berucap lagi.

"aku.. aku hanya takut kehilangan kamu, Karimi. Karena aku terlalu mencintai kamu.." balas lelaki itu lagi.

Untuk selanjutnya, suasana tiba-tiba hening. Aku tidak mendengar suara mereka berdua lagi. Tapi justru aku mendengar, suara-suara desahan yang membuat hatiku bergejolak marah. Hatiku tiba-tiba saja terasa sakit. Aku terluka. Kecewa. Dan benci.

Aku tinggalkan kamar kost itu segera, meski sebagian hati ku ingin mendobrak pintu kamar itu. Tapi aku tidak akan melakukannya. Aku memang marah, tapi aku tidak ingin bertindak bodoh. Jika aku beranikan diri untuk mendobrak pintu kamar Karimi, pasti tindakan ku akan menjadi pusat perhatian para penghuni kost lainnnya.

Karena itu aku memilih untuk pergi.

****

"siapa Dion?" tanya ku sedikit lemas, setelah semalaman aku mencoba menahan diri untuk tidak bertanya hal tersebut pada Karimi.

Pagi itu, aku sengaja mengajak Karimi bertemu di sebuah taman.

"Dion? Dion siapa?" Karimi balik bertanya, berlagak tidak terjadi apa-apa.

"kamu gak usah pura-pura lagi, Karimi. Semalam aku ke kost kamu dan aku mendengar semuanya." ucapku menahan suara.

Karimi sedikit melirik ku, mengerutkan kening dan kemudian berpaling muka.

"oh.." hanya itu yang keluar dari mulutnya.

"jawab aku, Karimi.." ucapku akhirnya.

"aku harus jawab apa? Jika kamu memang sudah mendengar semuanya, harusnya kamu tidak perlu bertanya lagi.." balas Karimi sedikit kasar.

"kenapa kamu marah? Harusnya aku yang marah.." suara sedikit tercekat.

Emosi ku semakin memuncak, apa lagi melihat reaksi Karimi yang seperti tidak merasa bersalah.

"aku gak marah.. dan asal kamu tahu, aku dan Dion sudah pacaran lebih dari dua tahun. Kami sudah pacaran sebelum aku mengenal kamu.." ucap Karimi, masih dengan tanpa rasa bersalahnya.

"kalau kamu memang sudah pacaran dengan Dion sejak lama, kenapa kamu harus menerima cinta ku waktu itu?" tanya ku menahan amarah.

"karena... aku tidak ingin membuat kamu sakit hati, jika aku menolak cinta kamu.." balas Karimi masih terdengar santai.

"lalu dengan begini, kamu pikir aku gak bakal sakit hati?" tanyaku sedikit geram.

"kalau kamu gak menguntit di kamar ku tadi malam, pasti hubungan kita masih baik-baik aja, kan?" balas Karimi, yang membuat semakin kesal.

"lagian apa pentingnya sih membahas ini, kalau kamu memang mencintai ku, harusnya kamu bisa menerima kenyataan ini, kenyataan kalau kamu hanya adi yang kedua bagi ku. Tidak lebih.." Karimi melanjutkan ucapannya, tanpa pedulikan reaksi kekesalan ku padanya.

"kamu jahat, Karimi. Aku gak nyangka aja..." ucapku akhirnya, setelah tidak tahu lagi harus berkata apa.

Sikap Karimi benar-benar membuat emosi ku membludak, tapi aku tidak tahu lagi bagaimana caranya meluahkan semua kekesalan ku padanya. Dan pada akhirnya, aku hanya bisa pergi dengan masih membawa kekecewaan dan kekesalanku.

Aku hanya tidak menyangka kalau Karimi akan tega melakukan hal itu padaku. Sungguh tidak pernah aku duga, kalau Karimi hanya mempermainkan ku. Huh... Hati ku terasa sakit sekali. Perih.

*****

Sebulan berlalu, semenjak aku dan Karimi tidak lagi berhubungan. Aku memang tak berniat untuk tidak menghubungi Karimi lagi. Bagi ku, kisah ku bersama Karimi telah berakhir.

Aku memang sangat mencintai Karimi, tapi aku tidak akan mengemis cintanya. Tidak akan.

Sebulan, dua bulan, dan hampir tiga bulan berlalu. Aku mulai bisa melupakan Karimi. Menghapus namanya di hatiku.

Sampai akhirnya seorang teman Karimi menghampiri ku, namanya Hendi, dia salah seorang teman kost Karimi, yang juga berasal dari negeri Malaysia.

"kamu Rama, kan? Teman dekat Karimi?" tanya Hendi memulai pembicaraan.

Aku hanya mengangguk ringan. Aku tak berniat menyangkal hal tersebut. Karena selama ini, mereka memang hanya tahu, kalau aku dan Karimi berteman dekat.

"kamu sudah tahu kabar tentang Karimi?" tanya Hendi lagi.

Aku hanya menggeleng. Bersikap seolah aku tak peduli lagi dan tak mau tahu lagi tentang Karimi.

"sebulan yang lalu Karimi pulang ke Malaysia." ucap Hendi lagi, seakan tak memperdulikan reaksi ketidakpedulian ku.

"dan terakhir aku mendapat kabar, kalau Karimi sudah meninggal dunia, tepatnya dua hari yang lalu.." lanjut Hendi lagi.

Kali ini reaksi ku berbeda. Kaget. Tak percaya.

Ku tatap wajah Hendi, sekedar meyakinkan kalau aku tidak salah dengar.

"kenapa?" tanyaku akhirnya dengan nada bergetar.

"aku juga baru tahu, kalau ternyata selama ini, Karimi mengidap penyakit kanker otak. Dan akhirnya penyakit itu yang membuat ia meninggal. Setidaknya begitulah keterangan yang aku dapat dari orangtuanya." jelas Hendi.

Meski pun Karimi pernah membuat aku kecewa dan sakit hati, meski pun saat ini, perasaan ku padanya sudah berubah, tapi kabar tentang kematiannya benar-benar membuat aku terpukul. Hatiku tergores kembali. Dan perih.

****

Seminggu kemudian, tiba-tiba seorang laki-laki menghampiri ku di kampus.

"saya Dion, dan kamu pasti Rama, kan?" ucap laki-laki itu memulai pembicaraan.

Aku tak menjawab kalimat tersebut. Aku yakin, Dion sudah tahu, tentang kematian Karimi. Dan aku yakin juga, kalau saat ini ia pasti sedang bersedih, karena harus kehilangan Karimi.

"saya ingin menceritakan sebuah rahasia sama kamu." ucap Dion lagi, melihat aku hanya terdiam.

"rahasia apa?" tanyaku tanpa selera.

"sebenarnya aku dan Karimi tidak punya hubungan apa-apa, aku bukan pacar Karimi." ucap Dion pelan.

"maksud kamu?" tanyaku dengan nada heran.

"aku hanya dibayar oleh Karimi untuk berpura-pura menjadi pacarnya. Malam itu, Karimi tahu, kalau kamu akan datang ke kost nya, karena itu ia meminta ku untuk berpura-pura sedang berpacaran dengannya." ucap Dion pelan.

"mulanya aku gak tahu, untuk apa Karimi melakukan semua itu. Tapi setelah aku mendengar kabar tentang kematiannya, aku mulai mengerti, mengapa ia ingin kamu membencinya." Dion melanjutkan.

"maksud kamu, Karimi sengaja melakukan hal itu, supaya aku membencinya dan aku gak bakal sedih ketika mendengar kabar kematiannya?" tanyaku lebih kepada diriku sendiri.

"aku rasa begitu. Karena kalau bukan itu, apa lagi alasannya.." balas Dion.

Kepala ku tiba-tiba pening. Jika benar, apa yang diceritakan oleh Dion, Karimi berhasil. Karimi berhasil membuat aku membencinya pada saat detik-detik terakhir hidupnya. Tapi ia tidak berhasil untuk membuat aku tidak bersedih dengan kematiannya.

"lalu untuk apa kamu menceritakan ini padaku?" tanyaku akhirnya.

"aku hanya tidak ingin menyimpan rahasia ini selamanya. Menurutku kamu berhak tahu. Karena kalau tidak, seumur hidup kamu pasti akan menganggap Karimi orang jahat, yang dengan tega menyakiti hatimu. Dan lagi pula, kalau aku tahu dari awal itu alasannya, aku pasti gak mau melakukannya." ucap Dion dengan raut merasa bersalahnya.

Dan  tiba-tiba saja hatiku merasa perih.

Entah bagian mana yang paling menyakitkan dari semua ini. Entah ketika aku mengetahui, kalau Karimi hanya mempermainkanku, meski ternyata semua itu hanya sandiwara.

Entah ketika aku mendapat kabar tentang kematiannya yang tiba-tiba, atau ketika aku akhirnya tahu, kalau Karimi sengaja membuat aku membencinya, agar aku tidak bersedih akan kematiannya.

Aku benar-benar tidak tahu apa yang aku rasakan saat ini. Semua ini benar-benar di luar dugaan ku.

Dan aku hanya berharap, semoga Karimi tenang di alam sana. Terlepas dari apa pun yang pernah terjadi diantara kami berdua.

Dan begitulah kisah cinta ku bersama cowok tampan dari negeri Malaysia.

Kisah yang tak indah, tapi penuh makna bagi ku.

*****

Sekian..


Kisah lainnya :

Arjuna sang penakluk cinta 3

Arjuna sang penakluk cinta part 2

Arjuna si penakluk cinta 1

Dilema cinta si penjaga toko

Muridku tampan, muridku sayang 

Mertua ku tampan, mertua ku sayang

Semua karena si rentenir

Liku-liku cinta anak kampus

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita gay : Sang duda tetangga baruku yang kekar

 Namanya mas Dodi, ia tetangga baruku. Baru beberapa bulan yang lalu ia pindah kesini. Saya sering bertemu mas Dodi, terutama saat belanja sayur-sayuran di pagi hari. Mas Dodi cukup menyita perhatianku. Wajahnya tidak terlalu tampan, namun tubuhnya padat berisi. Bukan gendut tapi lebih berotot. Kami sering belanja sayuran bersama, tentu saja dengan beberapa orang ibu-ibu di kompleks tersebut. Para ibu-ibu tersebut serring kepo terhadap mas Dodi. Mas Dodi selalu menjawab setiap pertanyaan dari ibu-ibu tersebut, dengan sekedarnya. Saya dan mas Dodi sudah sering ngobrol. Dari mas Dodi akhirnya saya tahu, kalau ia seorang duda. Punya dua anak. Anak pertamanya seorang perempuan, sudah berusia 10 tahun lebih. Anak keduanya seorang laki-laki, baru berumur sekitar 6 tahun. Istri mas Dodi meninggal sekitar setahun yang lalu. Mas Dodi sebenarnya pindah kesini, hanya untuk mencoba melupakan segala kenangannya dengan sang istri. "jika saya terus tinggal di rumah kami yang lama, rasanya terla

Adik Iparku ternyata seorang gay (Part 1)

Aku sudah menikah. Sudah punya anak perempuan, berumur 3 tahun. Usia ku sendiri sudah hampir 31 tahun. Pernikahan ku baik-baik saja, bahkan cukup bahagia. Meski kami masih tinggal satu atap dengan mertua. Karena aku sendiri belum memiliki rumah. Lagi pula, rumah mertua ku cukup besar. Aku tinggal dengan istri, anak dan kedua mertua ku, serta adik ipar laki-laki yang baru berusia 21 tahun.   Aku bekerja di sebuah perusahaan kecil di kota ini, sebagai seorang karyawan swasta. Gaji ku lumayanlah, cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecil kami. Mertua ku sendiri seorang pedagang yang cukup sukses. Dan istri ku tidak ku perbolehkan bekerja. Cukuplah ia menjaga anak dan mengurus segala keperluan keluarga. Aku seorang laki-laki normal. Aku pernah dengar tentang gay, melalui media-media sosial. Tapi tak pernah terpikir oleh ku, kalau aku akan mengalaminya sendiri. Bagaimana mungkin seorang laki-laki bisa merasakan kenikmatan dengan laki-laki juga? Aku bertanya-tanya sendiri mendengar ka

Cerita gay : Nasib cinta seorang kuli bangunan

Namaku Ken (sebut saja begitu). Sekarang usiaku sudah hampir 30 tahun. Aku akan bercerita tentang pengalamanku, menjalin hubungan dengan sesama jenis. Kisah ini terjadi beberapa tahun silam. Saat itu aku masih berusia 24 tahun. Aku bekerja sebagai kuli bangunan, bahkan hingga sekarang. Aku kerja ikut mang Rohim, sudah bertahun-tahun. Sudah bertahun-tahun juga, aku meninggalkan kampung halamanku. Orangtuaku hanyalah petani biasa di kampung. Kehidupan kami memang terbilang cukup miskin. Karena itu, aku hanya bisa sekolah hingga SMP. Setelah lulus dari SMP, aku mulai bekerja serabutan di kampung. Hingga akhirnya aku bertemu dengan mang Rohim, seorang laki-laki paroh baya, yang sudah sangat berpengalaman di bidang pertukangan. Aku ikut mang Rohim merantua ke kota dan ikut bekerja dengannya sebagai kuli bangunan. Sebagai seseorang yang memiliki kehidupan ekonomi yang pas-pasan, aku memang belumm pernah pacaran, sampai saat itu. Apa lagi sejak aku ikut mang Rohim bekerja. Tempat kerja kami y

Iklan google