Langsung ke konten utama

Adsense

Bersama ABK Kapal yang kekar

Pada suatu perjalanan menuju sebuah pulau, aku pernah naik sebuah kapal. Bukan kapal besar sih sebenarnya. Perjalanan yang di tempuh pun cuma 2 jam.

Namun perjalanan dua jam itu sungguh sangat berkesan bagiku. Bukan karena pemandangan sepanjang perjalanan tersebut cukup indah. Tapi ada suatu kejadian yang membuat aku sungguh terkesan.

ABK kapal

Berawal dari pembicaraan basa basi ku dengan seorang ABK kapal, yang mengaku bernama Rahmat.

Rahmat sudah bekerja menjadi ABK kapal sudah hampir dua tahun. Setidaknya begitulah menurut cerita Rahmat pada ku. Selama dua tahun, Rahmat baru sekali pulang kampung.

Menurut cerita Rahmat juga, ia merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Rahmat merupakan anak laki-laki satu-satunya dari mereka empat bersaudara.

Rahmat sudah berusia 24 tahun, ia hanya lulusan sebuah SMK pelayaran.

Sebenarnya Rahmat memiliki wajah yang biasa saja, tidak terlalu tampan tapi juga tidak bisa di bilang jelek. Namun postur tubuh Rahmat sangat kekar dan gagah. Kulitnya sedikit gelap, namun ia terlihat manis dengan lesung pipi tipis di pipi kirinya.

Awalnya pembicaraan kami biasa saja. Hanya bersifat pembicaraan yang umum. Meski Rahmat terlihat sangat terbuka tentang cerita hidupnya.

Rahmat juga orang yang asyik untuk di ajak ngobrol. Cara berpikirnya juga cukup dewasa. Terlihat sekali kalau dia sudah sangat berpengalaman menghadapi orang baru.

Aku sendiri hanyalah seorang laki-laki biasa. Hidup dan besar dari keluarga yang sederhana. Ayahku hanya seorang buruh pabrik, sedangkan ibu ku hanya ibu rumah tangga biasa.

Aku anak kedua dari kami lima bersaudara. Kakak pertama ku laki-laki, sedangkan ketiga adik-adikku semuanya perempuan.

Aku lulusan sebuah universitas, dua tahun yang lalu. Saat ini aku sudah berusia hampir 27 tahun, dan aku juga sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta sebagai karyawan biasa.

Sebenarnya kepergian ku kali ini, ialah dalam rangka menikmati liburan akhir tahun. Kebetulan kantor tempat aku bekerja memberi kami libur selama seminggu. Jadi aku manfaatkan masa liburan ini untuk pergi ke sebuah pulau yang belum pernah aku kunjungi.

Pulau tersebut memang terletak cukup terpencil dan merupakan sebuah pulau terluar Indonesia, yang letaknya berbatasan dengan negara tetangga.

Namun pulau itu cukup terkenal akhir-akhir ini. Ada banyak pantai yang bisa di kunjungi di pulau tersebut. Dan kesanalah aku berencana untuk liburan sendirian.

*****

Aku dan Rahmat masih terus mengobrol. Aku bertanya banyak hal padanya, terutama tentang pulau yang aku tuju. Rahmat pun menceritakan tentang pulau tersebut dengan cukup lengkap.

Hampir satu jam kami ngobrol, entah mengapa aku jadi tiba-tiba merasa akrab dengan Rahmat. Mungkin karena Rahmat orangnya sangat terbuka dan cukup ceplas ceplos. Aku jadi merasa punya teman baru.

Sampai akhirnya Rahmat mengajak aku untuk menemaninya ke bagian bawah kapal. Di bagian bawah kapal tersebut terdapat kamar mandi dan juga ruang tempat para ABK beristirahat.

Aku tidak tahu pasti, mengapa Rahmat mengajak aku ke bagian bawah kapal tersebut, namun aku juga tidak berani untuk bertanya.

"disini biasanya tempat kami para ABK mandi atau sekedar beristirahat, bang." jelas Rahmat singkat.

"lalu ngapain kita di sini?" tanyaku akhirnya.

"kalau jam-jam segini biasanya disini sepi, bang." balas Rahmat.

"kalau sepi emang kenapa?" tanya ku penasaran.

"kalau sepi, kita kan jadi sedikit punya kebebasan." ucap Rahmat.

"kebebasan untuk apa nih?" tanya ku lagi, perasaanku sendiri sudah mulai berkelana kemana-mana.

"ya, kebebasan apa aja, bang. Perjalanan kita masih satu jam lagi loh. Emang bang Alunk mau berdiam diri aja?" balas Rahmat, dengan sedikit memainkan matanya menggoda ku.

"aku belum ngerti ya Rahmat, apa maksud kamu sebenarnya. Jadi lebih baik kamu ngomong aja langsung." ucapku kemudian.

"oke, tapi bang Alunk jangan tersinggung ya." balas Rahmat.

Aku hanya mengangguk ringan. Aku tak tahu, alasan apa yang membuat aku harus tersinggung dengan apa yang akan di ucapkan Rahmat.

"aku.. aku suka... sama bang Alunk." ucap Rahmat cukup blak-blakan.

"maksud kamu?" kening ku mengerut.

"iya, aku suka sama bang Alunk. Makanya dari tadi aku selalu berusaha mengajak bang Alunk ngobrol. Dan niatku mengajak bang Alunk ke bawah ini, ya .. agar aku punya kebebasan untuk mengungkapkan ini semua." jelas Rahmat.

"tapi kita baru saja saling kenal loh, Mat." ucapku kaku.

"cinta tak butuh waktu lama untuk merasa tertarik, bang. Cinta hanya butuh kesan pertama, dan kesan pertama ku melihat abang tadi cukup menarik. Bang Alunk ganteng, putih dan bersih lagi." balas Rahmat.

"iya, sih. Tapi ... untuk apa semua ini, Mat. Setelah ini kita juga bakal berpisah kok." ucapku lagi.

"iya, gak apa-apa, bang. Yang penting saat ini kita bisa menikmati waktu berdua, dan melakukan hal yang ingin kita lakukan." jelas Rahmat ringan.

"kamu sudah biasa ya seperti ini?" tanyaku kemudian.

"gak juga, bang. Aku malah jarang merasa tertarik pada seseorang. Tapi sekalinya aku tertarik, aku pasti akan berusaha untuk mendapatkannya." balas Rahmat terdengar jujur.

"walau itu hanya terjadi satu jam saja?" tanyaku lagi.

"iya, bagiku sih gak masalah, bang. Kan dunia pelangi memang gitu. Jarang ada pasangan yang bisa bertahan lama. Jadi dari pada harus menyiksa diri, dengan menjalin hubungan yang serius, tapi sangat susah untuk bertemu, lebih baik menikmati cinta satu jam saja. Tanpa harus merasa terikat, dan gak harus terbawa perasaan." ucap Rahmat panjang lebar.

"benar juga sih. Mungkin lebih baik seperti itu kali ya. Bertemu, saling suka kemudian melakukan apa yang kita inginkan, lalu setelah itu kita belajar untuk saling melupakan." balas ku setuju.

****

Sebenarnya aku memang belum pernah pacaran sama sekali terutama dengan laki-laki. Aku memang pernah beberapa kali jatuh cinta dengan sosok laki-laki, tapi tidak satu pun yang berani aku wujudkan. Aku hanya bisa memendam perasaaan cinta ku.

Tapi kalau hanya sekedar untuk bersenang-senang dan hanya sekedar untuk menghilangkan kejenuhan, aku memang sering ketemuan dengan para pria gay lainnya, yang aku kenal melalui media sosial. Tapi yang terjadi antara aku dan mereka ya hanya cinta satu malam.

Ketemuan, saling tertarik lalu menghabiskan waktu berdua, menikmati malam berdua dan melakukan hal yang ingin kami lakukan bersama. Lalu kemudian esok hari, kami akan saling melupakan.

Dan kebetulan saat ini aku bertemu Rahmat di kapal ini, dan dia menawarkan hal yang cukup menarik bagi ku. Tentu saja aku tak ingin menolaknya. Lagi pula Rahmat cukup menarik secara fisik. Jadi gak ada salahnya, aku manfaatkan juga kesempatan langka ini.

"kamu yakin mau melakukannya di sini, Mat? Aman gak, sih?" tanyaku ragu.

"bang Alunk tenang aja. Di sini aman, kok. Lagi pula kalau jam-jam segini awak kapal lainnya juga pada sibuk di atas." balas Rahmat terdengar yakin.

"ya udah, kalau kamu memang menginginkannya, aku juga mau, Mat." ucapku akhirnya.

Sesaat kemudian, kami pun saling dekat. Kami pun mulai melakukan aksi kami masing-masing, sesuai dengan pengalaman yang pernah kami alami.

Ini memang bukan pertama kali bagi ku, demikian juga bagi Rahmat. Namun jujur saja, ini adalah pertama kalinya, aku melakukannya di kapal laut.

Sensasi nya sungguh berbeda. Ada rasa was-was, takut kepergok. Ada perjuangan untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan, situasi, dan tempat yang tersedia.

Beruntunglah Rahmat sudah cukup berpengalaman dalalm hal tersebut, sehingga semuanya berjalan cukup lancar. Aku berusaha mengikuti segala keinginan Rahmat dan berusaha untuk mengimbanginya.

Kami pun terlena dalam buaian sensasi keindahan penuh warna. Kapal mungkin akan berlabuh beberapa saat lagi, tapi kami masih terus berusaha mendayung biduk cinta kami berdua. Kami terhanyut dalam keindahan sebuah rasa yang luar biasa.

Sampai akhirnya kapal kami pun berlabuh. Deburan ombak di pelabuhan pun ikut menghempaskan air laut ke tepian dermaga. Kapal pun menepi, kami pun mengakhiri petualangan kami di bagian bawah kapal. Dan aku sungguh sangat terkesan dengan semua yang dilakukan Rahmat padaku.

Sungguh sebuah pengalaman yang teramat indah bagi ku. Sebuah pengalaman yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidup ku.

****

Aku dan Rahmat pun kembali ke atas. Rahmat mulai sibuk dengan pekerjaannya. Sementara aku pun mulai bersiap-siap untuk turun di dermaga.

Saat semua penumpang sudah turun dari kapal, aku coba mencari keberadaan Rahmat. Namun aku tak melihat tampangnya.

Mungkin dia sedang sibuk bekerja, pikir ku. Karena itu, aku pun segera turun dari kapal. Aku tak sempat mengucapkan kata-kata perpisahan kepada Rahmat. Aku juga belum sempat mengucapkan terima kasih padanya.

Kejadian itu terasa begitu cepat namun penuh kesan. Dan saat semuanya berakhir, kami justru buru-buru naik ke atas, tanpa sempat mengucapkan sepatah kata pun.

Aku masih berusaha untuk bisa menemukan Rahmat, aku menunggu beberapa saat di atas dermaga. Namun Rahmat tak kunjung muncul. Sepertinya ia memang sengaja untuk menghindari ku.

Akhirnya dengan langkah goyah, aku pun pergi meninggalkan dermaga tersebut. Sebuah mobil yang memang sengaja aku sewa, sudah menunggu ku di ujung dermaga. Beberapa kali aku masih melirik ke belakang, berharap Rahmat muncul dan memanggil ku.

Namun hingga aku masuk ke dalam mobil, Rahmat tak jua menampakkan diri. Aku jadi merasa sedikit kecewa.

Bukan karena aku berharap hubungan kami akan terus berlanjut, tapi setidaknya aku ingin mengucapkan terima kasih kepada Rahmat. Aku ingin Rahmat tahu, kalau yang terjadi di antara kami berdua, sungguh membuat aku berkesan. Semuanya terasa indah bagi ku.

Mungkin aku tidak akan pernah bertemu Rahmat lagi. Mungkin Rahmat hanya menganggapku sebagai suatu persinggahan. Dan dia memang tak berniat untuk menetap.

Aku ibarat sebuah dermaga bagi Rahmat, dan dia adalah kapalnya. Rahmat hanya singgah sesaat, kemudian akan pergi lagi menuju dermaga berikutnya. Dan aku harus bisa menerima kenyataan itu. Kenyataan, kalau apa yang terjadi antara aku dan Rahmat, hanyalah sebuah kebetulan.

Kebetulan aku naik ke kapal Rahmat. Kebetulan kami bertemu. Kebetulan kami saling tertarik. Dan kebetulan kami sama-sama tidak suka terikat. Maka terjadi lah hubungan singkat itu.

Dan begitulah kisah singkat ku bersama Rahmat, si ABK kapal itu.

Terima kasih sudah menyimak kisah ini dari awal sampai akhir, semoga terhibur.

Sampai jumpa lagi di kisah-kisah menarik lainnya, salam sayang untuk kalian semua.

****


Simak kisah lainnya :

Pentongan pak hansip

Cowok penjaga toilet

abang tukang pangkas yang gagah

Kisah sopir taksi yang dapat terong

Cowok gagah tukang cuci motor

Komentar

  1. Hampir sama. Aku 5 bersaudara, satu2nya cowok. Di tahun ini umurku 24th

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih

Postingan populer dari blog ini

Cerita gay : Sang duda tetangga baruku yang kekar

 Namanya mas Dodi, ia tetangga baruku. Baru beberapa bulan yang lalu ia pindah kesini. Saya sering bertemu mas Dodi, terutama saat belanja sayur-sayuran di pagi hari. Mas Dodi cukup menyita perhatianku. Wajahnya tidak terlalu tampan, namun tubuhnya padat berisi. Bukan gendut tapi lebih berotot. Kami sering belanja sayuran bersama, tentu saja dengan beberapa orang ibu-ibu di kompleks tersebut. Para ibu-ibu tersebut serring kepo terhadap mas Dodi. Mas Dodi selalu menjawab setiap pertanyaan dari ibu-ibu tersebut, dengan sekedarnya. Saya dan mas Dodi sudah sering ngobrol. Dari mas Dodi akhirnya saya tahu, kalau ia seorang duda. Punya dua anak. Anak pertamanya seorang perempuan, sudah berusia 10 tahun lebih. Anak keduanya seorang laki-laki, baru berumur sekitar 6 tahun. Istri mas Dodi meninggal sekitar setahun yang lalu. Mas Dodi sebenarnya pindah kesini, hanya untuk mencoba melupakan segala kenangannya dengan sang istri. "jika saya terus tinggal di rumah kami yang lama, rasanya terla

Adik Iparku ternyata seorang gay (Part 1)

Aku sudah menikah. Sudah punya anak perempuan, berumur 3 tahun. Usia ku sendiri sudah hampir 31 tahun. Pernikahan ku baik-baik saja, bahkan cukup bahagia. Meski kami masih tinggal satu atap dengan mertua. Karena aku sendiri belum memiliki rumah. Lagi pula, rumah mertua ku cukup besar. Aku tinggal dengan istri, anak dan kedua mertua ku, serta adik ipar laki-laki yang baru berusia 21 tahun.   Aku bekerja di sebuah perusahaan kecil di kota ini, sebagai seorang karyawan swasta. Gaji ku lumayanlah, cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecil kami. Mertua ku sendiri seorang pedagang yang cukup sukses. Dan istri ku tidak ku perbolehkan bekerja. Cukuplah ia menjaga anak dan mengurus segala keperluan keluarga. Aku seorang laki-laki normal. Aku pernah dengar tentang gay, melalui media-media sosial. Tapi tak pernah terpikir oleh ku, kalau aku akan mengalaminya sendiri. Bagaimana mungkin seorang laki-laki bisa merasakan kenikmatan dengan laki-laki juga? Aku bertanya-tanya sendiri mendengar ka

Cerita gay : Nasib cinta seorang kuli bangunan

Namaku Ken (sebut saja begitu). Sekarang usiaku sudah hampir 30 tahun. Aku akan bercerita tentang pengalamanku, menjalin hubungan dengan sesama jenis. Kisah ini terjadi beberapa tahun silam. Saat itu aku masih berusia 24 tahun. Aku bekerja sebagai kuli bangunan, bahkan hingga sekarang. Aku kerja ikut mang Rohim, sudah bertahun-tahun. Sudah bertahun-tahun juga, aku meninggalkan kampung halamanku. Orangtuaku hanyalah petani biasa di kampung. Kehidupan kami memang terbilang cukup miskin. Karena itu, aku hanya bisa sekolah hingga SMP. Setelah lulus dari SMP, aku mulai bekerja serabutan di kampung. Hingga akhirnya aku bertemu dengan mang Rohim, seorang laki-laki paroh baya, yang sudah sangat berpengalaman di bidang pertukangan. Aku ikut mang Rohim merantua ke kota dan ikut bekerja dengannya sebagai kuli bangunan. Sebagai seseorang yang memiliki kehidupan ekonomi yang pas-pasan, aku memang belumm pernah pacaran, sampai saat itu. Apa lagi sejak aku ikut mang Rohim bekerja. Tempat kerja kami y

Iklan google