Langsung ke konten utama

Adsense

Cowok gagah tukang cuci motor langganan ku

Namanya Krisna. Dia adalah seorang pekerja di tempat cucian motor langganan ku.

Aku mengenal Krisna sudah sejak lama, mungkin sekitar setahun yang lalu. Setidaknya sejak ia mulai bekerja di tempat cucian motor tersebut.

Tempat cucian motor itu memang sudah menjadi langganan ku sejak lama. Hampir setiap minggu aku selalu mencuci motor ku di sana.

Cerita gay sang penuai mimpi

Krisna sebenarnya masih cukup muda, sekitar 20 tahun usianya. Namun karena ia berasal dari keluarga kurang mampu, ia tidak lagi bersekolah, sejak ia lulus SMP.

Lulus SMP, Krisna sudah mulai kerja serabutan. Mulai dari kenek angkot sampai jadi buruh bangunan.

Terakhir Krisna pun bekerja menjadi buruh cucian motor di tempat langganan ku tersebut.

Sejak saat itulah aku mulai mengenal Krisna. Rasa kagum ku pun mulai tumbuh sejak pertama kali melihatnya.

Krisna memang berwajah tampan, dan postur tubuhnya pun cukup atletis. Apa lagi sejak remaja ia sudah terbiasa kerja keras. Hal itu secara tak langsung telah membentuk tubuhnya menjadi terlihat kekar.

Kekaguman ku pun terus berlanjut, setiap kali aku melihat Krisna sedang mencuci motor, apa lagi Krisna sering buka baju saat ia sedang mencuci motor. Aku dapat melihat dengan jelas, otot-otot yang menyembul di dada dan lengannya yang kokoh.

Aki jadi semakin sering mengkhayalkan Krisna. Aku selalu memikirkannya di angan paling liar ku.

Rasanya semua begitu indah bagiku. Aku pun semakin sering mencuci motor ku di sana. Kalau biasanya hanya sekali seminggu, sekarang ada yang sampai dua atau tiga kali dalam seminggu.

Aku adalah seorang karyawan di sebuah pabrik karet, sudah sejak lama, setidaknya sejak aku lulus kuliah. Sekarang usia ku sudah 26 tahun. Dan aku tinggal sendirian di kota ini. Karena orangtua dan semua keluarga ku berada di kota lain, yang cukup jauh dari kota tempat aku tinggal.

Aku tinggal di sebuah rumah kontrakan, tak jauh dari tempat cucian motor langganan ku tersebut. Mungkin hanya berjarak sekitar 500 meter.

Setiap kali aku mencuci motor di sana, aku selalu berusaha untuk bisa mengobrol dengan Krisna, terutama saat Krisna sedang beristirahat.

Dari obrolan ringan kami itulah, aku jadi tahu sedikit banyak tentang Krisna. Meski Krisna sebenarnya belum begitu terbuka padaku, terutama menyangkut kehidupan pribadinya.

Yang aku tahu, berdasarkan cerita Krisna, dia adalah seorang yatim. Ayahnya sudah lama meninggal. Sementara Ibunya juga sudah cukup tua dan juga sering sakit-sakitan.

Krisna adalah anak sulung dari lima bersaudara. Keempat adik-adiknya masih kecil-kecil dan masih bersekolah. Sementara ibunya hanya seorang pedagang sayur-sayuran di pasar yang tak jauh dari rumah tempat mereka tinggal.

Sebagai anak tertua, mau tidak mau, Krisna harus ikut bekerja untuk membantu keuangan keluarganya.

Sebenarnya rumah tempat tinggal Krisna berada tidak terlalu jauh dari rumah kontrakan tempat aku tinggal. Hanya saja selama ini, aku memang belum mengenalnya.

Perkenalan ku dengan Krisna, justru menumbuhkan kesan yang teramat dalam di hatiku. Bukan saja karena Krisna memang tampan dan gagah, tapi juga karena cerita hidupnya yang penuh perjuangan. Di usianya yang masih cukup muda, Krisna sudah harus berjuang untuk membantu ibunya dan juga membiayai sekolah adik-adiknya.

Semakin aku mengenal Krisna, semakin aku mengaguminya. Semakin besar pula rasa cinta yang tumbuh di hatiku untuknya. Dan semakin besar pula keinginan ku untuk bisa memilikinya.

****

Hari-hari pun terus berlalu. Aku dan Krisna juga semakin dekat, karena aku selalu berusaha untuk mendekatinya. Aku juga sudah mulai berani untuk sekedar mentraktirnya makan malam. Aku juga sudah sering memintanya untuk menemani ku membeli beberapa keperluan ku di toko-toko yang berjarak cukup jauh.

Aku memang sengaja berbelanja cukup jauh dari tempat kami tinggal, agar aku lebih punya banyak waktu untuk bisa bersama Krisna.

Krisna juga tidak pernah menolak setiap kali aku mengajaknya. Aku memang selalu membelikannya beberapa barang, sebagai ucapan terima kasih ku padanya, karena telah bersedia menemani ku.

Kami jadi semakin sering bersama. Aku semakin sering mentraktirnya makan malam.

Hanya saja aku tidak menghubunginya, karena Krisna memang tidak punya ponsel. Aku hanya bisa menemuinya di tempat cucian atau langsung ke rumahnya.

Hingga pada suatu kesemptan, hari itu adalah hari ulang tahun Krisna.

"aku punya kejutan buat kamu, Kris." ucapku. Saat itu aku sengaja membawa Krisna ke kontrakan ku.

"kejutan apa, bang?" tanya Krisna sedikit heran.

"hari ini kamu ulang tahun, Kris. Jadi aku ada hadiah kecil buat kamu." ucapku sambil menyerahkan sebuah bungkusan padanya, "kamu terima, ya." lanjutku.

"ini apa, bang?" tanya Krisna ragu.

"kamu buka aja dulu." balasku.

Krisna pun membuka bingkisan tersebut. Matanya sedikit terbelalak melihat isi bingkisan itu.

"ini buat saya, bang?" tanya Krisna dengan nada tak percaya.

"iya, itu buat kamu. Itu hadiah ulang tahun kamu dari saya." balasku.

"tapi apa ini gak terlalu berlebihan, bang. Ini mahal loh, bang." ucap Krisna.

"gak apa-apa. Kamu ambil aja. Gak boleh loh, nolak rejeki. Lagi pula, dengan ponsel itu aku jadi mudah menghubungi kamu."balasku lagi.

"abang gak perlu repot-repot gini loh, bang. Tapi makasih ya, bang." ucap Krisna kemudian.

"buat kamu apa sih yang gak, Kris." balasku pelan.

"ah bang Derry bisa aja. Tapi aku benar-benar gak minta ini loh, bang. Apa lagi selama ini bang Derry juga sudah sangat baik padaku. Abang sering membantu aku dan keluarga ku. Padahal kita hanya berteman." ucapk Krisna lirih.

"udah santai aja, aku senang kok bisa bantu kamu." balasku lembut.

"kenapa bang Derry begitu baik padaku?" tanya Krisna kemudian.

Aku terdiam sesaat. Tak berani menjawab pertanyaan itu. Aku masih ragu untuk jujur pada Krisna. Aku takut, kejujuran ku justru akan membuat Krisna menjauh dariku.

"kamu gak perlu terlalu memikirkan hal itu. Bukankah sebagai teman kita memang harus saling membantu." ucapku akhirnya.

****

"ibu masuk rumah sakit, bang. Dan sepertinya ia harus di rawat di rumah sakit selama beberapa hari. Asam lambungnya kambuh. Kali ini semakin parah." ucap Krisna di ponsel, beberapa hari kemudian.

"oke,aku kesana sekarang ya.." balasku sedikit panik.

Aku pun segera menuju rumah sakit yang di sebutkan Krisna di telpon tadi.

Sesampai di sana, aku menemui Krisna yang sedang duduk di ruang tunggu.

"gimana ibu kamu?" tanya ku, setelah aku duduk di sampingnya.

"dokter masih memeriksanya, bang." jawab Krisna lemah.

"emangnya sudah berapa lama ibu kamu sakit?" tanya ku lagi.

"ibu menderita asam lambung sudah sejak lama, bang. Hanya saja selama ini, Ibu selalu menahannya. Dia tidak pernah mau di bawa berobat ke rumah sakit. Mungkin ibu takut karena jelas kami tidak punya biaya untuk itu. Tapi tadi pagi, ibu sempat tak sadarkan diri, karena itu aku pun membawa ibu ke rumah sakit. Meski pun sebenarnya, saat ini aku belum punya uang untuk biayanya." jelas Krisna panjnag lebar.

"kamu tenang aja, Kris. Kamu jangan terlalu memikirkan hal tersebut. Aku masih ada tabungan kok. Kamu bisa pakai dulu untuk biaya berobat ibu mu." ucapku.

"tapi, bang. Aku gak mau selalu merepotkan bang Derry. Aku sudah berhutang budi banyak sama bang Derry. Aku takut, aku tidak bisa membalasnya." suara Krisna semakin lemah.

"sudah aku katakan, Kris. Kamu jangan dulu memikirkan hal itu. Kamu pikirkan saja kondisi Ibu mu saat ini. Itu yang paling utama." balasku pelan.

"iya, bang. Tapi nanti jika aku punya uang, aku pasti akan bayar semua hutang ku pada bang Derry." ucap Derry lagi.

"aku tidak menganggapnya itu sebagai hutang, Kris. Aku ikhlas membantu kamu. Selama aku mampu. Kamu gak perlu khawatir." balasku yakin.

Krisna pun tidak berucap apa-apa lagi. Dan sesaar kemudian, seorang dokter pun keluar dari ruangan tempat ibu Krisna di periksa.

"gimana, dok?" tanya Krisna cemas.

"ibu kamu sudah siuman, tapi ia perlu penanganan khusus. Untuk sementara, ibu kamu harus di rawat dulu di rumah sakit, selama beberapa hari. Karena ia butuh istirahat yang cukup." jelas dokter tersebut.

"iya, dok. Makasih." balas Krisna lemah.

Selanjutnya Krisna pun dengan terburu masuk ke ruangan ibunya di rawat. Ibunya memang sudah siuman, namun tubuhnya masih terlihat lemah.

Kemudian kami pun segera menuju ruangan kasir rumah sakit tersebut, untuk menyelesaikan segala administrasi dan pembayarannya. Karena menurut keterangan dokter tadi, ibu Krisna hanya bisa di rawat secara intensif, jika segala biayanya sudah di bayar minimal separohnya.

"makasih ya, bang." ucap Krisna, beberapa saat setelah semua urusan administrasi itu selesai. Sekarang ibunya sudah masuk ke kamar rawat inap. Adik-adik Krisna juga sudah berada di sana.

"iya, Kris. Kalau begitu saya permisi dulu, saya masih harus ke tempat kerja." balas ku ringan.

****

Hari-hari pun kembali berlalu. Ibu Krisna sudah mulai pulih kembali. Beliau juga sudah di perbolehkan pulang ke rumahnya. Dan semua biaya rumah sakit itu pun, aku lunasi. Karena Krisna benar-benar tidak punya uang.

"aku gak tahu lagi bang, bagaimana caranya untuk membalas budi baik bang Derry selama ini." ucap Krisna terdengar lirih.

"kamu gak perlu melakukan apa-apa, Kris. Aku cukup bahagia bisa membantu kamu. Aku bahagia bisa berteman dekat sama kamu. Bisa menjadi bagian penting dalam hidupmu." balasku penuh perasaan.

"aku akan lakukan apa saja, bang. Agar bisa membalas semua kebaikan bang Derry padaku." ucap Krisna lagi.

"seandainya saja kita tidak satu jenis kelamin, bang. Aku pasti mau di nikahi sama bang Derry. Karena hanya itu satu-satunya cara yang saya tahu, untuk bisa membalas semua kebaikan bang Derry." lanjut Krisna kemudian.

"ah, Krisna. Kamu ada-ada saja. Tapi aku senang kamu berkata begitu. Karena... karena... aku memang suka sama kamu, Kris. Namun bukan itu alasan utama ku melakukan hal tersebut. Aku melakukannya, karena aku merasa perihatin melihat perjuangan hidup kamu. Dan kebetulan saja, aku mampu melakukannya. Meski sejujurnya, dari awal aku memang sudah tertarik sama kamu." ucapku akhirnya panjan lebar.

Krisna menatapku dalam. Seperti mencoba memahami kalimat ku barusan. Namun kemudian ia tertunduk.

"aku sudah menduganya dari awal, bang." ucap Krisna, "perlakuan bang Derry padaku, menurutku sedikit berlebihan. Meski pun aku tak benar-benar yakin, tapi pasti ada maksud tertentu dari semua itu." lanjut Krisna.

"kamu jangan salah paham, Kris. Aku memang menyukai kamu. Tapi aku ikhlas berbuat baik sama kamu. Aku benar-benar ingin membantu kamu. Bukan cuma kamu, tapi juga ibu dan adik-adikmu." jelasku cepat, takut kalau Krisna benar-benar salah paham.

"apa pun alasannya, bang. Aku sudah terlanjur menerima kebaikan bang Derry. Aku juga tidak mungkin bisa membalas semua kebaikan bang Derry selama ini." timpal Krisna lirih.

"tapi kamu gak akan membenci aku kan, Kris? Kita tetap berteman kan?" tanya ku tertahan.

Krisna tidak mengeluarkan suara. Dia hanya terdiam dan tertunduk.

"jawab aku, Kris." ucapku tiba-tiba.

"aku gak tahu harus menjawab apa saat ini, bang. Aku bingung. Meski pun aku sudah menduga hal ini dari awal, tapi tetap saja aku gak bisa menjawabnya." balas Krisna akhirnya.

"kenapa?" tanya ku penasaran.

"karena aku .... aku.. dulu punya kisah pilu akan hal seperti ini, bang. Meski pun tidak sama persis. Tapi aku juga pernah berada di posisi seperti ini dulunya." balas Krisna.

"maksud kamu?" tanyaku semakin penasaran.

"panjang ceritanya, bang. Dan aku rasa bang Derry juga harus tahu akan hal ini. Sebelum aku membuat pilihan." balas Krisna kemudian.

"aku siap mendengarkan cerita kamu, Kris." timpal ku pelan.

Dan Krisna pun memulai ceritanya.

Lalu seperti apakah kisah masa lalu Krisna yang ia merasa trauma tersebut?

Mungkinkah Krisna juga akan menerima cinta ku atau mungkin ia justru semakin menjauh?

Simak kelanjutan kisah ini di channel ini ya, atau bisa langsung klik link nya di deskripsi video ini.

Terima kasih sudah menonton video ini sampai selesai, semoga terhibur.

Sampai jumpa lagi di video selanjutnya, salam sayang untuk kalian semua.

*****

Part 2

Pembicaraan ku dengan Krisna pun terus berlanjut. Kali ini kami bercerita di rumah kontrakan ku. Hanya berdua.

Krisna pun mulai menceritakan tentang kisah masa lalu yang pernah terjadi dalam perjalanan hidupnya.

Ternyata Krisna dulu, ketika ia masih berusia 18 tahun. Saat itu ia bekerja sebagai seorang kuli bangunan.

Ternyata mandor tempat Krisna bekerja, diam-diam menyukainya. Mandor itu bernama Ferdy. Dia seorang laki-laki paroh baya dan sebenarnya juga sudah menikah dan punya anak.

Namun Ferdy ternyata adalah seorang penyuka sesama jenis dan ia tertarik pada Krisna. Dia memperlakukan Krisna dengan sangat baik. Krisna tidak merasa curiga awalnya, namun lama kelamaan perlakuan Ferdy pada Krisna semakin berlebihan.

Sampai akhirnya Ferdy benar-benar mengungkapkan perasaan sukanya pada Krisna. Namun Krisna ternyata tidak punya perasaan apa-apa pada Ferdy, karena itu ia pun menolak.

Ferdy tidak bisa terima begitu saja penolakan Krisna terhadapnya. Karena itu Ferdy pun mengancam akan memecat Krisna dari pekerjaannya. Tapi Krisna tetap menolak. Hingga akhirnya Ferdy nekat memaksa Krisna untuk memenuhi hasratnya terhadap Krisna.

Krisna coba melawan. Namun saat itu hanya ada mereka berdua di kamar Ferdy. Bahkan Ferdy juga sedikit mengancam Krisna, agar ia tidak melawan lagi. Tenaga Krisna tidak cukup kuat, yang membuat ia akhirnya hanya bisa pasrah menerima perlakuan Ferdy padanya.

Krisna akhirnya membiarkan Ferdy melakukan semuanya. Ia tak kuasa menolak. Ia tak mampu melawan. Ferdy pun semakin leluasa menguasai Krisna malam itu. Dan semua hal itu pun terjadi.

Meski pun sebenarnya Krisna tidak merasa di rugikan dalam hal tersebut, namun sebagai laki-laki normal, tentu saja Krisna merasa hal itu bukanlah sesuatu yang wajar. Tapi semua sudah terjadi. Krisna pun berusaha menikmati hal tersebut. Apa lagi itu adalah pertama kalinya Krisna merasakan hal tersebut,

Sejak saat itu, Ferdy pun semakin sering memaksa Krisna untuk melayaninya. Krisna pun mencoba mengikuti semua keinginan Ferdy tersebut, demi mempertahankan pekerjaannya sebagai kuli bangunan.

Namun setelah berbulan-bulan hal itu terjadi, tiba-tiba Ferdy mulai mengabaikan Krisna. Bahkan dia pun memecat Krisna dari pekerjaannya. Karena ternyata ada pekerja baru yang menarik perhatian Ferdy, dan ia pun mencampakkan Krisna begitu saja.

Meski pun sebenarnya Krisna tidak menyukai Ferdy dan sebenarnya juga Krisna merasa senang karena telah terbebas dari belenggu hasrat Ferdy padanya. Namun Krisna harus kehilangan pekerjaannya. Dan dia juga merasa, kalau ia telah kehilangan harga dirinya sebagai seorang laki-laki. Karena itu Krisna sangat membenci Ferdy pada akhirnya.

Dan kejadian-kejadian itu telah menumbuhkan trauma tersendiri dalam diri Krisna, yang membuat ia hampir kehilangan kepercayaan pada siapa pun.

"begitulah kisah pilu yang pernah aku alami, bang Derry." Krisna mengakhiri ceritanya dengan suara beratmya.

"aku merasa dunia tidak adil untukku. Aku merasa di permainkan." lanjutnya terdengar parau.

****

Aku semakin perihatin dengan Krisna. Mendengar kisah hidupnya itu, membuat aku semakin merasa kasihan padanya.

"aku janji, Kris. Aku tidak akan pernah membuat kamu sakit hati." ucapku dalam keheningan yang tercipta di antara kami beberapa saat tadi.

"sulit bagiku untuk menumbuhkan kepercayaan di hatiku, bang. Tapi aku memang tidak pernah bisa melawan takdir." balas Krisna pilu.

"kamu harus percaya padaku, Kris. Aku benar-benar tulus mencintai kamu. Beri aku kesempatan untuk membuktikannya." ucapku lagi.

"aku akan memberi bang Derry kesempatan, bukan karena aku percaya, tapi karena bang Derry sudah terlalu baik padaku. Aku tidak akan pernah bisa membalas semua kebaikan bang Derry selama ini. Apa lagi hutangku juga sangat banyak pada bang Derry. Jadi aku tidak punya alasan untuk menolak bang Derry." balas Krisna akhirnya.

"apa pun alasan kamu, Kris. Aku tidak terlalu peduli. Yang penting kita bisa bersama-sama selalu. Aku yakin, suatu saat nanti kamu akan menyadari, bahwa betapa tulusnya cinta ku padamu." ucapku kemudian.

Dan sejak saat itulah, aku dan Krisna pun mulai menjalin hubungan asmara. Meski pun Krisna belum mau melakukan kontak fisik denganku, karena ia masih merasa trauma dengan perlakukan Ferdy padanya di masa lalunya.

"Ferdy itu maniak, bang. Aku dipaksa melayaninya lebih dari tiga kali dalam semalam. Dan hal itu ia lakukan hampir setiap malam. Aku gak kuat sebenarnya. Apa lagi permainannya juga sangat kasar. Dia juga sering mengikat kedua tangan ku, kalau ia sedang mabuk." jelas Krisna memberikan alasannya, kenapa ia masih merasa trauma.

"jadi aku harap bang Derry bisa memahaminya. Aku harap bang Derry harus lebih sabar lagi. Tapi aku janji, bang. Pelan namun pasti, aku akan memberikan semua yang bang Derry inginkan dari ku." lanjut Krisna lagi.

"iya, aku ngerti, Kris. Aku akan sabar menunggu kamu siap untuk melakukannya dengan ku. Lagi pula, aku mencintai kamu, bukan hanya karena fisik. Tapi aku mencintai kamu tulus dari hatiku yang terdalam." balasku pelan.

***

Waktu pun terus bergulir, sudah lebih dari dua bulan aku dan Krisna menjalin hubungan istimewa. Hubungan istimewa yang hanya kami berdua yang tahu. Meski pun hubungan kami masih dalam batas kewajaran, belum ada kontak fisik yang terjadi di antara kami. Dan aku mencoba bersabar menjalani itu semua.

Krisna masih terus bekerja menjadi buruh cuci motor di tempat cucian motor, tempat ia bekerja selama ini. Dan aku masih juga terus bekerja seperti biasa, di pabrik karet, sebagai karyawan kantor.

Pada malam-malam tertentu kami akan menghabiskan waktu berdua. Aku dan Krisna sering jalan-jalan bareng, sekedar makan malam bersama, atau sekedar nonton di bioskop.

Sebenarnya aku merasa bahagia dengan semua itu. Bisa selalu bersama dengan Krisna adalah kebahagiaan tersendiri bagiku. Namun kadang aku juga merasa jenuh dengan hubungan yang terkesan datar dan tanpa warna.

Sebagai orang yang sangat mencintai Krisna, tentu saja aku sangat ingin bisa memilikinya lebih dari sekedar mengobrol. Aku ingin menyentuhnya. Aku ingin mendekapnya.

Namun aku memang harus lebih sabar lagi. Aku harus bisa membuktikan pada Krisna, kalau aku mencintainya tulus, bukan hanya karena ketertarikan fisik semata.

"terima kasih atas kesabaran abang selama ini." ucap Krisna suatu malam, saat kami ngobrol berdua lagi di rumah kontrakan ku.

"belakangan ini aku mulai berpikir, untuk mencobanya bersama bang Derry. Tapi jujur saja, aku masih takut." lanjutnya lagi.

"sebenarnya apa yang kamu takutkan, Kris? Aku bukan Ferdy. Aku pasti akan memperlakukan kamu dengan baik dan lembut. Percaya padaku." ucapku membalas.

"iya, bang. Aku percaya pada bang Derry. Karena itu, malam ini aku akan memberi bang Derry kesempatan." ucap Krisna pelan.

"kamu yakin?" tanya ku ragu.

"gak terlalu yakin sih, bang. Tapi aku tahu, kalau bang Derry sangat menginginkan hal tersebut. Dan aku tidak mungkin lagi menyiksa bang Derry dengan semua keinginan itu. Jadi sebelum aku berubah pikiran, sebaiknya bang Derry bisa memulainya sekarang." suara Krisna lugas.

Mendengar hal itu hatiku bersorak senang. Berbulan-bulan aku memendam hasrat ku terhadap Krisna. Dan malam ini, ia mau memberikan aku untuk bisa merasakan hal tersebut bersamanya. Tentu saja aku tidak akan sia-sia kan kesempatan ini.

Karena itu, aku pun mulai mendekati Krisna. Aku coba menyentuh pipinya dengan lembut. Krisna bergetar. Ia sedikit menghindar. Namun aku terus berusaha untuk menyentuh pipinya. Dan Krisna pun akhirnya membiarkanku.

Pelan namun pasti, aku pun mulai bisa menguasai keadaan. Krisna masih terlihat kaku sebenarnya, namun aku tidak ingin menyerah. Akan aku buktikan, kalau hal itu tidak akan membuat Krisna menyesal.

Dan setelah perjuangan yang cukup panjang dan sedikit melelahkan, akhirnya Krisna pun terhanyut. Dia mulai bisa menerima perlakuan ku padanya. Aku pun berusaha memperlakukannya dengan lembut.

"bang Derry yakin akan hal ini?" tanya Krisna pelan, sebelum ia benar-benar memainkan perannya sebagai laki-laki.

"abang yakin, Kris. Tapi apa kamu sendiri yakin?" balas ku sedikit tertahan.

"kalau abang benar-benar menginginkannya, aku siap." balas Krisna.

Aku pun mengangguk ringan, memberi syarat pada Krisna, kalau aku benar-benar sudah siap dengan semua itu.

"sudah sangat lama aku menginginkannya, Kris." desah ku pelan.

Krisna pun akhirnya mulai melakukan aksinya padaku. Dia yang awalnya merasa ragu, justru menjadi sedikit berambisi untuk segera melaksanakan tugasnya dengan baik. Dan aku pun siap menyambutnya dengan perasaan bahagia yang tak terhingga.

Dan kejadian selanjutnya sungguh di luar dugaanku. Kami terhanyut dalam suasana nan romantis. Setelah berbulan-bulan berpacaran, akhirnya kami pun benar-benar bisa meluahkan semua rasa cinta kami. Dan aku merasa sangat bahagia dengan semua itu.

Akhirnya semua khayalan indahku tentang Krisna selama ini, malam ini pun menjadi nyata. Dan ternyata hal itu jauh lebih indah dari semua angan ku selama ini.

"terima kasih, Kris." ucapku berbisik, saat semua petualangan kami malam itu pun berakhir dengan sangat indah dan penuh kesan.

"aku yang makasih sama bang Derry. Aku benar-benar tidak menyangka kalau semuanya akan seindah ini. Bang Derry benar-benar hebat." balas Krisna lembut.

*****

Sejak kejadian indah malam itu, hubungan ku dan Krisna pun semakin erat. Hampir setiap malam kami menghabiskan waktu berdua. Krisna pun sudah mulai bisa melupakan masa lalunya.

"semoga kita tetap bisa seperti ini selamanya ya, bang." ucap Krisna suatu malam.

"iya, Kris. Semoga kita tetap bisa bersama selamanya." balasku mengaminkan ucapannya.

"aku jadi gak trauma lagi melakukan hal itu sekarang, bang. Bahkan aku jadi sangat ingin selalu melakukannya dengan bang Derry." ucap Krisna lagi.

"dan aku akan selalu ada buat kamu, Kris." balasku lembut.

Dan perjuangan ku untuk bisa memiliki Krisna, si cowok tampan tukang cuci motor nan gagah itu, telah membuahkan hasil seperti yang aku harapkan. Segala pengorbanan ku padanya selama ini, telah mampu membuka hatinya, untuk bisa menerima kehadiranku dalam hidupnya.

Bukan hanya sebagai teman ngobrol, bukan hanya sebagai pengagum rahasia. Tapi aku benar-benar telah memilikinya secara utuh.

Krisna memang laki-laki yang sempurna, ia begitu indah. Lengkap tanpa celah. Dan aku sangat mencintainya.

Aku hanya berharap, semoga saja hubungan kami akan bertahan selamanya. Meski aku tahu, akan banyak rintangan dan halangan yang akan menghadang hubungan kami berdua ke depannya. Namun selama aku masih punya waktu untuk bisa bersama Krisna, maka aku tak akan pernah melepaskannya.

Lalu seperti apakah akhir dari kisah cinta kami?

Mungkinkah kami akan tetap bersama selamanya?

Simak kelanjutan kisah ini di channel ini ya, atau bisa langsung klik link nya di deskripsi video ini.

Terima kasih sudah menyimak video ini sampai selesai, semoga terhibur.

Sampai jumpa lagi di video selanjutnya, salam sayang untuk kalian semua.

*****

Part 3 

Waktu masih terus berputar. Tanpa bisa di cegah atau pun di pacu. Semuanya berjalan sesuai dengan alurnya. Kehidupan tetap bergulir seperti semestinya.

Hubunganku dengan Krisna juga terus berlanjut. Kami bahkan semakin sering menghabiskan waktu berdua. Menikmati indahnya cinta yang hadir di hati kami.

Kini sudah lebih dari setahun aku dan Krisna menjalin hubungan asmara. Krisna pun telah sepenuhnya membuka hatinya untuk ku. Dia tak lagi ragu untuk menerima kehadiran ku di dalam hidupnya. Aku pun merasa sangat bahagia dengan semua itu.

Namun setelah setahun hubungan kami berjalan, tiba-tiba saja batu sandungan mulai menghalangi langkah kami.

Berawal dari aku yang harus berhenti bekerja, karena terkena PHK dari pabrik tempat aku bekerja. Tentu saja hal itu cukup membuat aku merasa linglung dan hampir kehilangan arah. Karena satu-satunya sumber pendapatan ku ialah dari gajiku tersebut.

Aku pun mencoba mencari pekerjaan di tempat lain, namun tidak satu pun pekerjaan yang bisa aku dapatkan. Sementara uang tabungan ku pun mulai menipis.

Aku pun menceritakan hal tersebut kepada Krisna. Namun Krisna juga tidak bisa berbuat banyak, karena ia juga dalam kesulitan ekonomi. Penghasilannya sebagai buruh cuci motor, tidaklah pernah cukup untuk memenuhi kebutuhannya sekeluarga, apa lagi keempat adik-adiknya masih butuh biaya banyak untuk sekolah.

Padahal selama ini, aku lah yang selalu membantunya dalam hal keuangan. Apa lagi sejak ibunya sakit dan sudah tidak bisa bekerja keras lagi. Aku selalu menyisihkan sebagian gajiku, untuk membantu Krisna dan keluarganya.

Sebenarnya aku ikhlas melakukan hal tersebut, bukan saja karena aku benar-benar tulus mencintai Krisna, tapi juga karena aku memang merasa perihatin akan kehidupan Krisna selama ini. Namun saat ini, aku tidak bisa lagi melakukan hal tersebut. Mengingat aku sudah kehilangan pekerjaan ku.

Hubungan ku dengan Krisna pun mulai renggang. Karena aku sudah jarang mengajaknya jalan-jalan atau pun menginap di rumah kontrakan ku. Aku lebih sibuk memikirkan bagaimana caranya agar aku segera mendapatkan pekerjaan.

Aku sudah mengirim lamaran kerja ke berbagai tempat, namun sudah hampir tiga bulan, belum ada satu pun panggilan kerja untuk ku.

"aku sudah tidak punya uang lagi, Kris." ucapku ketika suatu malam Krisna datang ke kontrakan ku.

"maaf ya, bang Derry. Aku tidak bisa membantu bang Derry, padahal selama ini bang Derry lah yang selalu membantu ku. Tapi saat bang Derry kesusahan aku justru tidak bisa berbuat apa-apa." balas Krisna lirih.

"kamu jangan terlalu memikirkan aku, Kris. Aku ngerti, kok. Hanya saja, jika sampai bulan depan, aku belum juga dapat pekerjaan, mungkin aku harus kembali ke kampung halaman ku, Kris. Karena sudah dua bulan ini, kontrakan rumah ku belum aku bayar. Pemilik kontrakan sudah sering datang untuk menagih." ucapku lemah.

"kalau bang Derry pulang ke kampung, lalu bagaimana dengan hubungan kita, bang?" tanya Krisna pilu.

"itu juga yang selalu abang pikirkan, Kris. Berat rasanya harus berpisah dengan kamu. Tapi aku gak mungkin terus di sini, jika aku tidak punya pekerjaan." jelas ku pelan.

"bagaimana kalau untuk sementara bang Derry tinggal di rumah kami aja dulu, sekalian nanti bang Derry bisa kerja di tempat cucian, setidaknya sampai bang Derry benar-benar dapat pekerjaan lagi." tawar Krisna.

"memang sih rumah kami kecil, tapi kalau untuk menampung satu orang lagi, aku rasa masih bisa lah. Apa lagi selama ini bang Derry juga kan yang membantu keuangan keluarga kami." lanjut Krisna lagi.

Aku berpikir sejenak. Sepertinya tawaran dari Krisna barusan cukup menarik bagi ku. Karena sejujurnya aku memang tidak ingin pulang ke kampung halaman ku dengan kondisi kehidupan ku seperti saat ini.

"tapi apa itu tidak merepotkan kalian sekeluarga?" tanya ku ragu.

"tentu saja tidak, bang. Aku sendiri malah senang, kalau kita bisa tinggal satu rumah." balas Krisna.

"tapi kita gak bisa ngapa-ngapain loh di rumah kamu nantinya." ucapku.

"bang Derry tenang saja. Itu bisa di atur. Yang penting bang Derry mau tinggal bersama kami, untuk sementara." balas Krisna lagi.

"baiklah, Kris. Sepertinya saat ini, hanya itu satu-satunya pilihan yang aku punya." ucapku akhirnya.

****

Aku pun akhirnya tinggal bersama Krisna dan keluarganya. Rumah Krisna memang tidak terlalu besar, namun rumah itu punya tiga kamar tidur. Satu kamar di tempati oleh ibu Krisna dan dua orang adik perempuannya, satu kamar lagi di tempati oleh dua orang adik laki-laki Krisna, sedangkan satu kamar lagi adalah kamar Krisna sendiri, dan di kamar itulah aku tidur bersama Krisna.

Sementara itu aku juga ikut bekerja bersama Krisna di tempat cucian motor, setidaknya untuk aku tetap bisa bertahan hidup, selama aku belum mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Aku juga masih terus berusaha mencari pekerjaan dan mengirimkan lamaran kerja ke beberapa tempat. Aku tidak ingin menyerah, meski pun hal ini sangat berat bagiku. Tapi aku harus tetap bertahan.

Setidaknya saat ini, aku masih punya Krisna. Aku masih selalu bisa bersamanya. Menghabiskan waktu berdua dengannya, terutama saat malam hari, ketika kami tidur berdua.

Hal itu sudah cukup membuat aku bahagia saat ini. Hal itu juga yang membuat aku tetap semangat menjalani hari-hari ku.

Berbulan-bulan hal itu terus terjadi, namun kehidupan kami tak kunjung membaik. Aku belum juga mendapatkan pekerjaan. Aku bahkan sudah menjual sepeda motor ku. Karena hasil yang kami dapat dari kami menjadi buruh cuci motor, tidaklah pernah cukup.

Dua orang adik Krisna pun bahkan harus berhenti sekolah, karena Krisna sudah tidak sanggup lagi membiaya sekolah mereka.

Kehidupan kami benar-benar memprihatinkan. Aku benar-benar merasa terpuruk. Dan aku mulai lelah dengan semua itu.

Aku dan Krisna juga jadi sering bertengkar. Hubungan kami menjadi kian renggang. Dan aku mulai merasa kalau aku hanya menjadi beban bagi keluarga Krisna, sementara beban mereka sendiri tidak bisa mereka pikul.

Karena itu akhirnya aku pun pergi dari rumah Krisna diam-diam. Aku sengaja tidak memberi tahu Krisna, namun aku sempatkan untuk pamit pada Ibu dan adik-adiknya.

Aku tidak berniat untuk pulang ke kampung. Aku hanya ingin mencari pekerjaan lain. Dan untuk sementara aku tidak ingin bertemu dulu dengan Krisna. Bukan karena aku tidak mencintainya lagi, tapi jika kami tetap bersama saat ini, kami hanya akan terus bertengkar, yang membuat hubungan kami justru semakin memburuk.

****

Aku melangkah gontai menelusuri trotoar. Langkah ku gontai. Aku benar-benar tidak tahu harus kemana. Namun yang pasti, aku memang harus pergi dari rumah Krisna, karena aku tidak ingin menambah beban keluarganya.

Dalam keremangan malam di tengah-tengah kota itu, aku berhenti sejenak untuk beristirahat di sebuah bangku taman, sambil terus memikirkan langkah ku selanjutnya.

Saat itulah tiba-tiba seorang laki-laki datang mendekati ku. Laki-laki itu tersenyum padaku. Aku mencoba membalas untuk tersenyum, meski pun aku tidak yakin kalau aku mengenali laki-laki tersebut.

"Derry kan?" tanyaku laki-laki itu dengan suara berat.

Repleks aku pun mengangguk.

"kamu siapa?" tanyaku spontan.

"aku Tomy, Der. Masih ingat kan? Kita satu kelas dulu waktu kuliah." jelas laki-laki itu.

Aku berpikir sejenak, sambil terus menatapi wajah tampan laki-laki itu. Dan tiba-tiba aku mengingatnya.

Dulu ketika kuliah, aku dan Tomy sebenarnya tidak terlalu dekat. Tapi kami memanng sering bertemu, karena satu kelas. Meski pun kami jarang ngobrol.

"iya, aku ingat." balasku akhirnya, setelah cukup yakin kalau itu memang Tomy teman kuliah ku dulu.

"apa kabar kamu?" tanya Tomy pelan, sambil ia duduk di dekat ku.

"baik, Tom. Kamu sendiri apa kabar?" balasku.

"aku juga baik, Der." ucap Tomy, "jadi sekarang kamu kerja dimana?" lanjutnya bertanya.

"aku sudah hampir enam bulan menganggur, Tom. Dulu aku sempat jadi karyawan kantor di sebuah pabrik, tapi sudah enam bulan ini aku di pecat." jawabku apa adanya.

Meski pun aku dan Tomy tidak begitu dekat, dan kami juga baru bertemu kembali setelah sekian tahun, namun entah mengapa aku hanya ingin berbicara jujur pada Tomy.

"aku sudah coba mengirim lamaran kerja ke berbagai tempat, Tom. Namun sudah enam bulan aku belum mendapatkan panggilan satu pun." lanjut ku lagi.

Tomy memperlihatkan wajah perihatinnya atas cerita ku barusan.

"kamu mau kerja di tempat ku gak?" tanya Tomy kemudian.

"aku pasti mau, Tom. Kerja apa aja aku mau saat ini. Aku benar-benar pekerjaan." balas ku cepat.

"oke, kalau gitu, besok aku tunggu kamu di kantor ku. Ini alamatnya." ucap Tomy, sambil menyerahkan selembar kartu namanya padaku.

"ini serius, Tom? Kamu gak lagi ngerjain aku kan?" tanya ku benar-benar tidak yakin.

"aku serius, Der. Aku memang butuh tambahan karyawan, untuk usaha ekspedisi ku yang sedang berkembang saat ini. Kebetulan ada posisi yang masih kosong, dan aku rasa kamu cocok di posisi itu." jelas Tomy yakin.

"baiklah, Tom. Besok aku pasti datang ke tempat kamu." balas ku merasa lega.

"eh, tapi ngomong-ngomong kamu tinggal di mana sekarang?" tanya Tomy tiba-tiba.

"aku... aku ... sebenarnya lagi cari tempat kost yang murah, Tom. Tapi sekarang ini aku belum punya tempat tinggal." jawabku apa adanya.

"kalau begitu kamu ikut saya aja, kebetulan aku juga tinggal sendirian. Ada pembantu sih di rumah, tapi aku kan masih lajang, jadi nanti kamu bisa tinggal di rumah ku aja." tawar Tomy lagi.

Aku terdiam sesaat. Berat rasanya menerima tawaran Tomy barusan. Tapi saat ini, aku tidak punya pilihan.

"tapi apa itu tidak terlalu merepotkan, Tom. Kita baru aja ketemu, tapi kamu sudah begitu baik padaku." ucapku pelan.

"udah santai aja. Mungkin ini yang dinamakan takdir. Kita bertemu tak sengaja, setelah sekian tahun tak berjumpa. Kamu lagi butuh pekerjaan, aku lagi butuh karyawan. Kamu lagi butuh tempat tinggal, aku lagi butuh teman untuk tinggal di rumah ku." jelas Tomy mantap.

***

Dan begitulah, sejak saat itu, aku pun tinggal serumah dengan Tomy. Aku juga sudah bekerja di tempatnya. Kami pun menjadi semakin dekat dan akrab. Tomy memang sangat baik padaku.

Sudah hampir dua bulan aku tinggal bersama Tomy, sudah dua bulan juga aku bekerja bersamanya. Aku pun sudah mulai merasa lega, karena akhirnya aku mendapatkan pekerjaan, dan juga tempat tinggal gratis.

Aku masih sering mengingat Krisna. Aku masih selalu merindukannya. Tapi saat ini aku belum bisa menghubunginya. Karena Krisna sudah tidak punya hendphone lagi. Aku juga gak punya kesempatan untuk mendatanginya, karena kesibukanku bekerja.

"kenapa kamu begitu baik padaku, Tom?" tanya ku suatu malam, saat kami ngobrol berdua di kamar Tomy, untuk kesekian kalinya.

Tomy memang hampir setiap malam mengajak aku mengobrol di kamarnya sebelum kami tertidur.

Tomy memang menyediakan sebuah kamar untukku. Tapi hampir setiap malam, Tomy justru meminta aku untuk tidur di kamarnya.

"karena aku percaya kamu orang baik, Der. Dan karena sebenarnya aku suka sama kamu." jawab Tomy lugas.

"maksud kamu?" tanya ku heran.

"sebenarnya aku sudah menyukai kamu sejak kita kuliah, Der. Tapi selama itu aku tidak berani untuk mendekati kamu. Dan sekarang aku punya kesempatan untuk bisa dekat sama kamu. Jadi aku tidak bisa lagi membohongi perasaan ku, kalau aku benar-benar telah jatuh cinta sama kamu." jelas Tomy terdengar jujur.

"kamu juga gay?" tanyaku tanpa sadar.

"iya, Der. Tapi apa itu berarti kalau kamu juga seorang gay?" balas Tomy.

Aku pun tersadar dari kalimat pertanyaan ku barusan. Kalimat itu tanpa sadar ternyata telah mengungkapkan siapa aku sebenarnya pada Tomy.

"iya, Tom. Karena kamu sudah jujur, aku juga harus jujur kan?" balas ku akhirnya.

"lalu apa kamu juga suka sama aku?" tanya Tomy lagi.

"kalau untuk itu aku belum bisa menjawabnya, Tom. Bukan karena kamu tidak menarik. Aku memang suka sama kamu, tapi aku tidak menyangka selama ini, kalau kamu juga seorang gay. Dan lebih tidak aku sangka lagi, kalau kamu menyukai ku, bahkan sejak kita kuliah." balas ku apa adanya.

"sekarang kamu kan sudah tahu, lalu apa aku punya kesempatan untuk bisa memiliki kamu?" Tomy bertanya lagi.

"aku belum bisa jawab sekarang, Tom." balas ku.

"kenapa?" tanya Tomy.

Aku pun kemudian menceritakan tentang Krisna pada Tomy. Aku menceritakan semuanya. Aku memang berniat untuk jujur pada Tomy. Mengingat ia begitu baik padaku.

"jadi apa sekarang kamu masih mencintai Krisna?" tanya Tomy, sesaat setelah aku selesai bercerita.

"sejujurnya iya, Tom. Tapi kami sudah lama tidak saling berkomunikasi. Aku bahkan tidak tahu, bagaimana kabar Krisna saat ini." balas ku.

Tomy pun kemudian hanya terdiam mendengarkan penjelasan ku barusan. Aku tidak tahu apa yang di rasakan oleh Tomy saat ini. Mungkin ia kecewa. Namun aku juga tidak ingin membohonginya.

"aku akan menemui Krisna besok, Tom. Dan aku akan menyelesaikan persoalan kami. Setelah itu, mungkin aku baru bisa memberikan jawaban ku sama kamu." ucapku akhirnya, melihat keterdiaman Tomy.

"aku gak akan memaksa kamu untuk menyukai ku, Der. Apa pun keputusanmu nantinya, aku akan menerimanya." ucap Tomy akhirnya.

*****

Keesokan harinya, aku pun menemui Krisna di tempat cucian motor tempat ia bekerja.

"aku minta maaf, Kris. Karena pergi diam-diam." ucapku memulai pembicaraan, saat kami akhirnya sepakat untuk mengobrol di sebuah kafe.

"iya, bang. Gak apa-apa. Aku ngerti, kok." balas Krisna.

"aku juga minta maaf. Karena ... karena mungkin setelah ini, kita tidak bisa lagi bersama. Aku ingin.. kita saling melupakan, Kris. Dan aku harap, kamu tidak membenci ku karena ini." ucapku dengan nada penuh keraguan.

"iya, bang. Aku ngerti. Aku juga gak mungkin memaksa bang Derry untuk tetap mencintaiku. Aku juga gak bakal bisa membenci bang Derry. Karena selama ini bang Derry sudah sangat baik padaku dan juga pada keluarga ku. Jadi apa pun keputusan bang Derry akan hubungan kita, aku akan menerimanya, bang." balas Krisna diplomatis.

"makasih ya, Kris. Makasih atas pengertian kamu. Makasih juga untuk semuanya. Untuk hari-hari indah yang pernah kita lewati berdua. Aku tak akan pernah melupakan kamu, Kris. Kamu adalah laki-laki terindah yang pernah singgah dalam perjalanan hidupku." ucapku penuh perasaan.

"aku juga berterima kasih sama bang Derry. Terima kasih karena sudah selalu baik padaku selama ini. Terima kasih untuk pengalaman terindah yang pernah bang Derry ciptakan dalam perjalanan hidupku. Aku juga tidak akan pernah melupakan bang Derry, karena bang Derry adalah laki-laki terlembut yang pernah aku kenal."

"aku juga minta maaf sama bang Derry, karena belum bisa menjadi yang terbaik untuk bang Derry. Aku juga belum bisa membalas semua jasa-jasa bang Derry padaku." balas Krisna panjang lebar.

Dan hubungan kami pun berakhir. Sebagaimana hubungan kami berawal dengan baik, maka hubungan kami pun berakhir dengan baik pula.

Aku memang telah memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan Krisna. Bukan karena aku tidak lagi mencintainya, tapi terlebih karena aku sangat menghargai perasaan Tomy padaku. Dia sudah begitu sangat baik padaku, jadi aku tidak bisa menolaknya.

Aku akan belajar mencintai Tomy, sekaligus aku juga akan belajar untuk melupakan Krisna.

Karena bagiku, hidup adalah pilihan. Dan apa pun pilihannya, akan selalu ada pengorbanan pada setiap pilihan tersebut. Dan aku memilih untuk mengorbankan cintaku, demi membahagiakan orang yang mencintaiku. Meski pun aku tahu, kalau itu bukanlah pilihan yang terbaik.

Semoga saja, aku bisa mencintai Tomy, seperti ia mencintai ku. Dan semoga saja, aku bisa memupus rasa cintaku pada Krisna, demikian juga Krisna hendaknya.

Ya, semoga saja.

*****

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita gay : Sang duda tetangga baruku yang kekar

 Namanya mas Dodi, ia tetangga baruku. Baru beberapa bulan yang lalu ia pindah kesini. Saya sering bertemu mas Dodi, terutama saat belanja sayur-sayuran di pagi hari. Mas Dodi cukup menyita perhatianku. Wajahnya tidak terlalu tampan, namun tubuhnya padat berisi. Bukan gendut tapi lebih berotot. Kami sering belanja sayuran bersama, tentu saja dengan beberapa orang ibu-ibu di kompleks tersebut. Para ibu-ibu tersebut serring kepo terhadap mas Dodi. Mas Dodi selalu menjawab setiap pertanyaan dari ibu-ibu tersebut, dengan sekedarnya. Saya dan mas Dodi sudah sering ngobrol. Dari mas Dodi akhirnya saya tahu, kalau ia seorang duda. Punya dua anak. Anak pertamanya seorang perempuan, sudah berusia 10 tahun lebih. Anak keduanya seorang laki-laki, baru berumur sekitar 6 tahun. Istri mas Dodi meninggal sekitar setahun yang lalu. Mas Dodi sebenarnya pindah kesini, hanya untuk mencoba melupakan segala kenangannya dengan sang istri. "jika saya terus tinggal di rumah kami yang lama, rasanya terla

Adik Iparku ternyata seorang gay (Part 1)

Aku sudah menikah. Sudah punya anak perempuan, berumur 3 tahun. Usia ku sendiri sudah hampir 31 tahun. Pernikahan ku baik-baik saja, bahkan cukup bahagia. Meski kami masih tinggal satu atap dengan mertua. Karena aku sendiri belum memiliki rumah. Lagi pula, rumah mertua ku cukup besar. Aku tinggal dengan istri, anak dan kedua mertua ku, serta adik ipar laki-laki yang baru berusia 21 tahun.   Aku bekerja di sebuah perusahaan kecil di kota ini, sebagai seorang karyawan swasta. Gaji ku lumayanlah, cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecil kami. Mertua ku sendiri seorang pedagang yang cukup sukses. Dan istri ku tidak ku perbolehkan bekerja. Cukuplah ia menjaga anak dan mengurus segala keperluan keluarga. Aku seorang laki-laki normal. Aku pernah dengar tentang gay, melalui media-media sosial. Tapi tak pernah terpikir oleh ku, kalau aku akan mengalaminya sendiri. Bagaimana mungkin seorang laki-laki bisa merasakan kenikmatan dengan laki-laki juga? Aku bertanya-tanya sendiri mendengar ka

Cerita gay : Nasib cinta seorang kuli bangunan

Namaku Ken (sebut saja begitu). Sekarang usiaku sudah hampir 30 tahun. Aku akan bercerita tentang pengalamanku, menjalin hubungan dengan sesama jenis. Kisah ini terjadi beberapa tahun silam. Saat itu aku masih berusia 24 tahun. Aku bekerja sebagai kuli bangunan, bahkan hingga sekarang. Aku kerja ikut mang Rohim, sudah bertahun-tahun. Sudah bertahun-tahun juga, aku meninggalkan kampung halamanku. Orangtuaku hanyalah petani biasa di kampung. Kehidupan kami memang terbilang cukup miskin. Karena itu, aku hanya bisa sekolah hingga SMP. Setelah lulus dari SMP, aku mulai bekerja serabutan di kampung. Hingga akhirnya aku bertemu dengan mang Rohim, seorang laki-laki paroh baya, yang sudah sangat berpengalaman di bidang pertukangan. Aku ikut mang Rohim merantua ke kota dan ikut bekerja dengannya sebagai kuli bangunan. Sebagai seseorang yang memiliki kehidupan ekonomi yang pas-pasan, aku memang belumm pernah pacaran, sampai saat itu. Apa lagi sejak aku ikut mang Rohim bekerja. Tempat kerja kami y

Iklan google