Namaku Alunk (bukan nama sebenarnya). Dan aku adalah seorang sopir taksi.
Aku menjadi seorang sopir taksi sudah sangat lama, sudah hampir sepuluh tahun.
Aku sudah menikah dan sudah punya dua orang anak saat ini. Anak pertama ku laki-laki, sudah berusia 12 tahun, dan anak kedua ku berusia 8 tahun.
Pernikahan ku baik-baik saja, meski secara ekonomi kehidupan kami sangat pas-pasan. Karena pendapatan ku sebagai seorang sopir taksi, tidaklah selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan keluargaku. Apa lagi istri ku juga tidak bekerja, dia hanya seorang ibu rumah tangga biasa.
Dulu awal-awal aku menjadi sopir taksi, sebenarnya penghasilan ku lumayan banyak. Hingga aku berani untuk membeli rumah secara kredit, namun sejak adanya transportasi online yang sedang marak saat ini, pendapatan ku mulai berkurang. Namun hal itu tidaklah mengurangi semangat ku untuk tetap bekerja. Karena aku percaya, setiap usaha pasti akan membuahkan hasil.
Hari-hari pun terus berlalu, dan aku tetap menjalankan pekerjaan ku sebagai seorang sopir taksi. Dan sebagai seorang sopir taksi, tentu saja banyak pengalaman dan peristiwa yang pernah aku alami. Menghadapi berbagai karakter penumpang, yang membuat ku jadi punya banyak pengalaman.
Dari semua peristiwa yang pernah aku alami sebagai seorang sopir taksi, ada satu kejadian yang aku alami beberapa tahun yang lalu. Kejadian yang tidak bisa aku lupakan begitu saja. Karena selain sangat berkesan, kejadian itu juga baru pertama kali aku rasakan. Dan kejadian itu juga cukup langka bagi ku.
Aku tidak pernah menceritakan kejadian tersebut kepada siapa pun. Aku selalu merahasiakannya. Karena kejadian tersebut, juga cukup membuat aku malu. Aku memang tidak berniat untuk menceritakannya kepada siapa pun.
Tapi kali ini, di sini, aku ingin menceritakannya. Bukan bermaksud apa-apa sebenarnya. Hanya sekedar ingin berbagi pengalaman. Semoga saja kisah sederhana ini, bisa memberi hiburan dan pelajaran tersendiri bagi siapa pun yang mendengarkannya.
Kisah ini berawal ketika aku mendapat seorang penumpang laki-laki yang aku perkirakan sudah berusia 33 tahun. Sementara aku sendiri saat itu, masih berusia 30 tahun.
Laki-laki penumpang ku tersebut, berwajah cukup tampan. Postur tubuhnya juga cukup kekar, apa lagi saat itu dia hanya memakai baju kaos oblong. Tonjolan otot-ototnya terlihat jelas, karena baju yang ia pakai cukup ketat.
Dari percakapan ku dengan laki-laki tersebut, ia mengaku bernama Juan. Aku memanggilnya mas Juan. Karena menurut ku ia lebih tua dariku.
Dari pengakuannya juga, aku tahu, kalau mas Juan belum menikah, meski pun ia sudah berusia cukup matang. Dan ternyata dia seorang branch manager di sebuah bank.
Saat itu dia naik taksi, karena kebetulan mobilnya sedang berada di bengkel untuk perawatan rutin.
Rumah tempat ia tinggal sebenarnya tidak terlalu jauh dari bank tempat ia bekerja, namun entah karena alasan apa, ia meminta aku untuk berkeliling sebelum akhirnya ia meminta aku untuk mengantarnya pulang.
Dari pembicaraan kami yang awalnya hanya bersifat umum, lama kelamaan, mas Juan pun mulai bercerita tentang kehidupan pribadinya. Bahkan mas Juan juga dengan blak-blakan bercerita tentang kisah asmaranya, dengan sesama jenis.
Aku sungguh tidak percaya awalnya, kalau mas Juan yang terlihat gagah itu, adalah seorang gay. Karena yang aku tahu, biasanya pria gay itu kebanyakan terlihat feminim.
Tapi mas Juan terdengar serius dengan ceritanya padaku. Ternyata mas Juan saat itu sedang patah hati, karena ditinggal nikah oleh pacarnya yang seorang laki-laki itu. Karena itulah ia mengajak aku berkeliling dan juga katanya ia sedang butuh tempat untuk curhat.
Aku hanya menjadi pendengar setianya selama perjalanan tersebut. Hingga kami pun akhirnya sampai ke rumah mas Juan yang terlihat cukup mewah.
Sesampai di depan rumahnya tersebut, mas Juan meminta aku untuk masuk ke dalam rumahnya. Aku menolak, karena merasa tidak enak hati. Tapi mas Juan terus memaksa dan menjanjikan bayaran dua kali lipat dari jumlah yang harus ia bayar.
Mendengar hal tersebut, aku pun menerima tawaran mas Juan. Lagi pula cuma sekedar masuk ke dalam rumahnya, tidaklah terlalu jadi masalah pikir ku.
Namun ternyata tidak cukup hanya sampai di situ. Setelah berada di dalam rumah, yang ternyata hanya mas Juan sendiri yang tinggal di rumah tersebut, mas Juan pun menawarkan aku sesuatu yang di luar dugaan ku.
"aku akan bayar kamu sepuluh kali lipat dari jumlah angka yang ada di argo taksi mu itu." ucap mas Juan waktu itu, dalam upayanya meyakinkan ku.
Terus terang aku memang tergiur dengan tawaran mas Juan tersebut. Bukan karena aku menginginkannya, tapi terlebih karena aku saat itu memang sedang membutuhkan uang banyak.Cicilan rumah ku sudah hampir dua bulan belum aku bayar, karena aku belum mendapatkan cukup uang.
Namun membayangkan hal yang di tawarkan mas Juan, membuat aku menjadi berpikir dua kali untuk menerimanya. Karena selain hal itu terasa aneh bagiku, aku juga merasa hal itu terlalu berat untuk aku lakukan.
"percaya padaku, kamu tidak akan menyesal melakukannya dengan ku. Kamu akan mendapatkan dua keuntungan, yaitu uang dan kenikamtan yang bahkan jauh lebih indah dari yang pernah kamu rasakan selama ini." mas Juan berucap lagi, masih terus berupaya meyakinkan ku.
"aku... aku... hanya tidak tahu bagaimana cara melakukannya. Karena aku benar-benar belum pernah melakukan hal tersebut sebelumnya." ucapku akhirnya dengan sedikit tergagap.
"kamu udah nikah kan?" tanya mas Juan tiba-tiba.
"udah, mas." jawabku jujur.
"ya udah, itu artinya kamu pasti ngerti apa yang harus kamu lakukan. Sebenarnya sama aja kok, seperti saat kamu bersama istri mu, hanya saja mungkin posisinya berbeda." ucap mas Juan lagi.
"tapi... tapi... aku.. benar-benar merasa tidak nyaman, untuk melakukannya. Aku takut...." balasku terbata.
"udah kamu tenang aja. Aku akan memperlakukan kamu dengan baik. Dan aku jamin, kamu tidak akan pernah menyesalinya." ucap mas Juan lagi.
"tapi mas Juan pasti kan, akan membayar aku sebanyak yang mas Juan sebutkan tadi?" tanya ku ragu.
"aku pasti akan membayar kamu, Lunk. Bahkan aku akan membayarnya lebih, jika kamu mau melakukannya dengan ku." ucap mas Juan membalas.
"kenapa mas Juan mau melakukan hal tersebut dengan ku?" tanya ku kemudian.
"karena seperti yang aku ceritakan tadi, aku sedang patah hati. Aku butuh tempat untuk meluahkan kekecewaan ku. Dan karena sebenarnya, kamu juga laki-laki yang sangat tampan, Lunk. Dari awal melihat kamu tadi, aku mulai suka sama kamu. Karena itu juga, aku mengajak kamu berkeliling, agar aku bisa lebih mengenal kamu."
"saat aku tahu, kalau kamu sudah menikah, aku jadi tidak terlalu berharap, untuk bisa memiliki kamu. Namun aku yakin, kalau aku menawarkan sejumlah uang, kamu pasti akan bersedia memenuhi keinginan ku." balas mas Juan panjang lebar.
"aku memang sedang butuh uang, mas. Untuk bayar cicilan rumah. Aku mau saja menerima tawaran mas Juan, jika aku memang di bayar sebanyak itu." ucapku akhirnya.
"kalau begitu tunggu apa lagi, mari kita ke kamar ku." ajak mas Juan kemudian.
*****
Aku melangkah pelan, mengikuti langkah mas Juan menuju kamarnya. Hatiku sebenarnya ragu, tapi aku benar-benar butuh uang. Dan jika hal itu seindah yang mas Juan katakan tadi, aku rasa tidak ada ruginya bagiku.
Sesampai di dalam kamar, mas Juan mempersilahkan aku duduk di atas ranjangnya yang cukup mewah. Keraguan kembali merasuki pikiran ku. Tapi aku sudah terlanjur menyetujui tawaran mas Juan. Karena itu aku hanya terdiam, menunggu mas Juan yang sedang melepaskan baju kaosnya.
Sebagai laki-laki mas Juan memang terlihat sangat gagah. Tubuhnya kekar dan berotot, selain itu kulitnya juga terlihat sangat bersih dan terawat.
Aku memejamkan mata, saat akhirnya mas Juan mulai mendekati ku. Aku mencoba menghalau semua rasa jijik ku saat itu. Aroma napas mas Juan mulai tercium di hidungku. Aku merasa merinding. Namun aku coba mengabaikannya. Aku membayangkan sejumlah uang yang akan aku dapat, kalau aku bisa melakukan hal tersebut.
Dan pada akhirnya hal itu pun terjadi. Aku merasa geli, namun aku berusaha mengabaikannya. Aku mencoba untuk bisa menikamti hal tersebut. Aku berusaha menerima segala perlakuan mas Juan dengan lapang dada.
Pelan namun pasti, aku pun mulai bisa menikamti keindahan yang dijanjikan mas Juan tadi. Ternyata hal itu tidaklah terlalu buruk. Setidaknya tidak seburuk yang aku bayangkan.
Aku pun mulai terbiasa. Aku tak lagi merasa jijik atau geli, tapi justru sebaliknya, aku merasa hal itu cukup indah, meski tak seindah saat aku bersama istri ku. Tapi tetap saja hal itu penuh kesan. Dan aku pun terbuai dalam keindahan penuh warna yang di berikan mas Juan padaku.
Hingga akhirnya aku pun berhasil menuntaskan tugasku dengan sangat baik. Mas Juan pun tersenyum senang ketika semuanya berakhir dengan sangat indah.
Dan sesuai janjinya, setelah aku menyelesaikan misi ku padanya, mas Juan pun memberikan aku upah yang sepadan dengan apa yang aku berikan padanya. Dan bahkan upah itu sebenarnya jauh lebih banyak dari yang aku harapkan.
"kenapa sebanyak ini, mas?" tanya ku heran.
"udah terima aja. Itu artinya, apa yang kamu lakukan tadi, sangat luar biasa bagiku. Aku tak menyangka kalau kamu akan sehebat itu." balas mas Juan.
"kalau begitu terima kasih, mas."ucapku pelan.
"aku yang makasih sama kamu, Lunk. Kamu luar biasa. Belum pernah aku merasakan keindahan seperti itu, selama ini." balas mas Juan.
Lalu kemudian setelah mandi, aku pun pamit untuk kembali bekerja. Aku meninggalkan rumah mas Juan dengan perasaan lega.
Lega karena untuk beberapa bulan ini, aku tak perlu lagi memikirkan pembayaran cicilan rumahku. Lega karena apa yang aku rasakan bersama mas Juan, sungguh luar biasa bagiku.
Sebuah pengalaman pertama yang tidak akan mungkin bisa aku lupakan seumur hidupku.
****
Sejak kejadian itu, aku memang tidak pernah lagi bertemu dengan mas Juan. Aku juga tidak berniat untuk menemuinya. Karena bagiku, peristiwa tersebut hanyalah sesuatu yang terjadi tanpa aku sengaja.
Aku tidak pernah merencanakan hal tersebut. Semua itu terjadi di luar keinginan ku. Meski sebenarnya aku bisa saja memilih untuk tidak melakukannya. Tapi saat itu, aku tidak punya pilihan lain, untuk bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu yang sangat terbatas.
Aku tahu, apa yang aku lakukan bersama mas Juan waktu itu adalah sebuah kesalahan. Bukan saja karena itu sesuatu yang tidak normal bagiku. Namun juga karena aku harus membayar cicilan rumahku dari hasil yang tidak baik.
Tapi kadang dalam hidup, tidak banyak pilihan untuk orang-orang seperti ku. Hidup ini butuh biaya. Hidup ini butuh pengorbanan. Meski kadang apa yang kita korbankan tidak sebanding dengan hasil yang kita terima.
Aku mencoba mengikhlaskan hal itu terjadi. Aku juga masih terus berusaha untuk bisa melupakan kejadian tersebut. Namun hingga bertahun-tahun, kejadian itu masih terus membayangiku.
Aku bukan ingin melupakannya. Hanya saja aku tidak ingin kenangan ku akan hal tersebut, terus mengganggu pikiran ku.
Setiap orang punya masa lalu. Setiap orang pasti pernah berbuat salah. Namun yang terpenting dari itu semua adalah bagaimana kita mampu memperbaiki diri dari waktu ke waktu.
Demikianlah kisah ku sebagai seorang sopir taksi yang pernah merasakan keindahan bersama seorang penumpang ku yang ternyata adalah seorang gay.
Semoga kisah ini bisa memberikan hiburan tersendiri bagi siapa pun yang mendengarkannya.
Terima kasih sudah mendengarkan kisah ku ini sampai selesai, dan sampai jumpa lagi di kisah-kisah selanjutnya, salam sayang untuk kalian semua.
*****
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih