Langsung ke konten utama

Postingan

Adsense

Di modusin rekan kerja ku

Nama ku Kamal. Dan saat ini aku sudah berusia 28 tahun. Aku sudah menikah dan sudah punya seorang putri. Aku juga sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta sebagai karyawan tetap. Aku berasal dari sebuah keluarga yang cukup berantakan. Ayah dan ibu ku bercerai pada saat usia ku baru 15 tahun. Ayah ku memilih untuk menikah lagi dengan seorang perempuan yang jauh lebih muda darinya. Dan meninggalkan ibu ku yang bersusah payah membesarkan ku sendirian. Aku tumbuh tanpa sosok seorang ayah. Sedangkan ibu ku hanya lah seorang buruh cuci keliling, dengan penghasilan yang pas-pasan. Namun beliau tetap mampu menyekolahkan ku hingga aku lulus kuliah. Sebelum bekerja di perusahaan yang sekarang, dulu aku pernah bekerja menjadi buruh bangunan, pernah juga bekerja menjadi karyawan di sebuah minimarket, dan berbagai pekerjaan kasar lainnya. Setelah mendapatkan pekerjaan tetap di perusahaan tempat aku bekerja sekarang, aku pun akhirnya memutuskan untuk segera menikah, dengan seorang gadis yang berasa...

Sakitnya mencintai lelaki normal

Namanya Kamal. Seakan tak mau hilang nama itu di hatiku. Nama seorang lelaki yang telah membuat aku jatuh hati. Nama seorang lelaki yang selalu menghiasi fantasi ku, setiap malamnya. Kamal memang memiliki wajah yang tampan, meski ia berkulit sedikit gelap. Tapi postur tubuhnya sangat kekar dan gagah. Aku benar-benar di buatnya tergila-gila dengan segala pesonanya itu. Kamal adalah rekan kerja ku, usianya sudah 28 tahun saat ini, satu tahun lebih tua dari ku. Kamal sudah menikah, dan sudah punya seorang anak. Aku tak begitu dekat dengannya. Meski pun sebenarnya kami satu divisi di kantor. Hampir setiap hari kami bertemu. Kami juga sering ngobrol sebenarnya, tapi belum pernah ngobrol berdua. Selama ini, obrolan kami hanya seputar masalah pekerjaan. Itu pun bersama rekan-rekan kerja ku yang lainnya. Aku memang sudah mengagumi Kamal, sejak pertama kali kami bertemu di kantor tempat kami sama-sama bekerja. Kamal lebih dulu beberapa bulan bekerja di sana. Dan saat hari pertama aku bekerja, a...

Bersama Kang Udin

Namanya kang Udin, setidaknya begitulah aku mengenalnya. Kang Udin adalah pemilik sebuah warung kecil yang ada tepat di persimpangan jalan masuk menuju ke perumahan tempat aku tinggal. Hampir setiap pagi, aku selalu mampir di warung kang Udin, untuk sekedar membeli minyak motor ku, sebelum aku berangkat kerja. Bahkan kadang, saat pulang kerja pun aku selalu mampir disana, untuk membeli rokok dan juga sedikit jajanan, buat aku makan pada malam hari, sebelum aku tertidur. Aku bekerja sebagai seorang guru di sebuah sekolah swasta, tak jauh dari perumahan tempat aku tinggal. Aku memang tinggal sendiri di rumah yang sengaja aku sewa, untuk tempat aku tinggal semenjak aku mulai bekerja di sekolah swasta tersebut. Setidaknya sudah hampir dua tahun aku tinggal disana. Kang Udin, sudah cukup lama membuka warung di sana. Bahkan jauh sebelum aku tinggal diperumahan tersebut. Dan yang aku tahu, kang Udin belum menikah, meski pun menurut pengakuannya, ia sudah berusia 40 tahun lebih. Karena sudah s...

Penjual gorengan (part 1)

Bau keringat menyengat hidungku. Aku tidak begitu mempedulikan hal tersebut saat ini. Aku terus saja melangkahkan kakiku menuju terminal. Sudah lebih dari sekilo aku berjalan. Rutinitas biasa yang aku lakukan hampir setiap hari. Dengan mendorong gerobak daganganku, aku terus saja berjalan, meski kakiku kian lelah. Di dalam gerobak yang aku dorong, terdapat beberapa peralatan masak dan juga bahan-bahan gorengan yang sudah siap Ibuku olah dirumah. "rok biruku sudah sobek,mas. Kayaknya harus ganti baru deh..." terngiang kembali ucapan lembut adik perempuanku yang sudah duduk di kelas 3 SMP itu. "kan masih bisa dijahit, Tini." timpal Ibuku yang sedang mengupas pisang, untuk aku bawa berjualan. "udah gak bisa dijahit lagi, Bu. Sobekannya udah bekas jahitan yang kemarin.." ucap Tini lagi dengan mulut sedikit manyun. "ya udah, nanti kalau udah dapat uangnya, mas beli yang baru..." aku akhirnya membuka suara. "saya juga mas Diko, celana ola...

Sopir truck si pencuri hati (part 2)

Berbulan-bulan berlalu, aku dan bang Jaya pun semakin dekat dan akrab. Kami jadi semakin sering ngobrol berdua. Kami juga selalu saling berkirim pesan, bahkan tak jarang kami sering telponan, hingga berjam-jam lamanya. Kedekatan kami tersebut, sungguh membuat aku merasa sangat bahagia. Meski aku tidak bisa memiliki bang Jaya sebagai kekasih, tapi setidaknya aku bisa memilikinya sebagai teman dekat. Dan hal itu sudah cukup untuk membuat aku merasa bahagia. Hingga pada suatu saat, bang Jaya cerita pada ku, kalau ia dan istrinya baru saja berpisah. Ia dan istrinya sudah resmi bercerai, karena istrinya ketahuan selingkuh bersama laki-laki lain. Hal itu membuat bang Jaya menjadi sangat bersedih dan terpukul. "padahal selama ini aku selalu setia padanya. Aku lakukan apa saja untuk membuat ia merasa bahagia. Aku rela kerja siang malam, hanya untuk memenuhi semua kebutuhannya. Tapi ia dengan begitu mudahnya selingkuh bersama pria lain..." begitu cerita bang Jaya padaku. Saat itu, ban...

Sopir truck si pencuri hati (part 1)

Jadi ceritanya begini.... Kebetulan aku tinggal di sebuah desa, yang tepat berada di jalan lintas antar provinsi. Setiap hari ada ratusan kendaraan yang berlalu lalang di jalan tersebut. Mulai dari mobil pribadi, bus antar kota atau pun mobil truck besar, yang datang dari berbagai daerah. Rumah ku tepat berada di pinggiran jalan, dan kebetulan juga sudah sejak lama kedua orangtua ku membuka usaha warung makanan cepat saji. Sehingga banyak sekali para sopir bus atau pun truck yang mampir sekedar untuk makan di warung kami. Aku merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak pertama ku perempuan, sekarang sudah menikah dan sudah tinggal di rumahnya sendiri. Adik ku seorang laki-laki yang masih sekolah di bangku SMA. Sedangkan aku sendiri, sudah berusia 20 tahun dan saat aku sedang kuliah. Kebetulan kampus tempat aku kuliah, agak berada cukup jauh di kota. Karena itu, aku terpaksa tinggal di sebuah kost di kota tempat aku kuliah tersebut. Dan hanya sekali seminggu aku pulang ke rumah, ya...

Iklan google