Hari-hari berlalu seperti biasa, atau setidaknya kami berusaha melalui
hari-hari seperti biasa. Karena sejujurnya, semenjak kejadian malam itu,
ada rasa yang berbeda ku rasakan apa lagi jika harus beradu pandangan
dengan Rafif.
Rafif memang bisa berlagak tidak terjadi apa-apa, tapi aku yakin jauh di dasar hatinya, ia juga merasakan perbedaan tersebut.
Aku sekarang jadi sering memikirkan Rafif. Entah mengapa kejadian malam
itu selalu melintas di benak ku, setiap kali aku berusaha memejamkan
mata ku.
Setelah beberapa minggu berlalu, akhirnya kesempatan untuk kami hanya tinggal berdua di rumah datang lagi. Waktu itu hari minggu pagi. Istri, anak dan kedua mertua ku pergi ke pasar berbelanja. Pagi itu aku merasa kurang enak badan, jadi aku tidak bisa ikut seperti biasa. Aku hanya berbaring malas di atas tempat tidur di kamar ku. Dengan hanya memakai celana pendek.
Tiba-tiba pintu kamar yang memang tidak di kunci itu terbuka. Sesosok
tubuh Rafif berdiri di sana, yang kemudian dengan cekatan menutup dan
mengunci pintu dari dalam.
Aku cukup kaget dan berusaha bangkit dari rebahan ku. Namun Rafif sudah terlanjur duduk di sisi ranjang.
Aku masih berusaha mengingatkan Rafif, untuk segera menghentikan tindakannya. Karena biar bagaimana pun, bisa saja perbuatan kami akan dipergoki oleh istriku. Tapi Rafif tidak mempedulikan ucapan ku, ia terus saja masuk dan berbaring di sampingku.
Dan untuk kedua kalinya, pagi itu, kami pun melakukannya lagi. Aku masih saja tidak bisa menolak hal tersebut. Biar bagaimana pun, harus aku akui, Rafif selalu bisa membuatku jadi menginginkan hal tersebut.
Setelah merasa cukup, Rafif pun segera beranjak keluar dari kamar
itu, dan meninggalkanku sendirian.
Aku pun segera bangkit dan langsung menuju ke kamar mandi. Aku harus
segera mandi dan membersihkan tubuhku. Aku tak ingin istriku curiga.
Selesai mandi aku pun keluar kamar. Aku melihat Rafif sedang sarapan di dapur dan sudah memakai pakaian rapi.
Begitu lah seterusnya. Rafif selalu berusaha mencuri-curi waktu untuk
dapat bercocok tanam denganku. Dan selalu saja ada kesempatan untuk
kami melakukannya lagi. Karena memang mertua ku jarang di rumah, mereka
biasanya sering berada di toko dan kadang kala istriku juga ikut
kesana.
Sehingga aku dan Rafif jadi lebih sering tinggal berdua saja di rumah.
Kami selalu melakukannya setiap ada kesempatan, bahkan kami pernah melakukannya beberapa kali di kamar mandi.
Dan kalau pun kami tidak punya kesempatan untuk melakukannya di rumah, kami akan membuat janji bertemu di penginapan-penginapan murah.
Selama berbulan-bulan hal itu terjadi. Hubungan ku dengan Rafif semakin
serius dan parah. Aku benar-benar ketagihan dengan apa yang di lakukan
Rafif padaku.
Sekarang bukan hanya Rafif yang menginginkan hal itu, kadang aku juga
sering masuk ke kamar Rafif dan mengajaknya bercocok tanam.
Aku benar-benar telah jatuh cinta kepada Rafif. Aku selalu saja memikirkannya.
*****
Namun pada akhirnya semua harus berakhir. Bukan karena kami tak
menginginkannya lagi. Tapi ternyata semuanya tak berjalan seindah yang
kami harapkan. Meski pun pada awalnya semua berjalan dengan baik, tapi
pada akhirnya sesuatu yang busuk itu akan tercium juga.
Istri ku sudah mulai curiga denganku, karena memang akhir-akhir ini, aku
jarang sekali menyentuhnya. Aku terlalu terlena dengan hubungan
terlarang ku dengan Rafif, hingga sering kali aku mengabaikan istri ku.
Istri ku sudah mulai mengawasi setiap tindakan ku, dia jadi sering berada di rumah sekarang.
Aku tidak tahu pasti, apakah istri ku mencurigai hubungan ku dengan
Rafif atau hanya sekedar khawatir kalau aku kurang perhatian darinya.
Tapi yang pasti sekarang istri ku sudah mulai memanjakan lagi, terutama ketika kami melakukan hubungan suami istri.
Aku dan Rafif benar-benar sudah tidak punya kesempatan lagi untuk bisa berduaan. Meski Rafif sering menghubungi ku melalui handphone dan
mengajak aku bertemu di penginapan seperti biasa. Namun istri ku tidak
membiarkan ku pergi keluar sendirian, kecuali ketika aku pergi kerja.
Dan saat jam kerja pun, aku tidak mungkin bisa bertemu Rafif, karena aku tidak bisa meninggalkan kantor tanpa alasan yang jelas.
Apa lagi, akhir-akhir ini istri ku sering datang ke kantor, walau hanya sekedar mengantarkan makan siang.
Aku pun mulai menjaga jarak dengan Rafif. Aku tahu Rafif kecewa dan
marah padaku. Tapi aku juga percaya, kalau Rafif tidak akan mungkin
melakukan tindakan bodoh untuk mengungkapkan kekecewaannya padaku,
karena biar bagaimana pun aku adalah abang iparnya dan tentu saja
keutuhan rumah tangga kami yang akan menjadi taruhannya.
Tapi ternyata dugaanku salah. Rafif jauh lebih nekat dari yang aku perkirakan. Ia akhirnya berani datang ke kantor. Aku cukup terkejut dan sedikit risih, tapi aku mencoba memahami nya. Rafif mengajak ku ngobrol di taman depan kantor.
Rafif disana mengungkapkan semua kekecewaannya terhadap sikap ku akhir-akhir ini kepadanya. Aku hanya diam mendengarkannya.
Setelah puas dengan amarah dan kekesalannya, aku pun mulai memberi
pengertian kepada Rafif dan memintanya untuk tidak lagi melanjutkan
hubungan kami.
Rafif tidak bisa menerimanya, ia segera pergi dari situ dengan keadaaan masih sangat marah dan kesal.
Aku kembali ke ruang kerja ku dengan masih berharap Rafif mau mengerti dan tidak lagi mengharapkan ku.
Beberapa jam kemudian aku mendapat telpon dari istriku, yang mengabarkan kalau ia sekarang berada di rumah sakit.
Ternyata Rafif mengalami kecelakaan yang sangat parah. Motor yang di kendarai Rafif bertabrakan dengan sebuah mobil.
Menurut keterangan dari istri ku, kondisi Rafif sangat parah dan masih
belum sadarkan diri. Dokter masih berusaha menyelamatkannya.
Aku sangat terpukul dan perlahan rasa bersalah merasuki hati ku. Biar
bagaimana pun Rafif belum lama pergi dari kantor ku. Dan aku yakin
sekali Rafif mengalami kecelakaan karena mengendarai motor dalam keadaan
memendam amarahnya kepada ku.
Dengan sedikit terburu-buru aku memacu mobil menuju rumah sakit tempat Rafif di rawat. Pikiran ku menerawang tak menentu.
Ada rasa bersalah tiba-tiba menghampiri hati dan pikiranku.
Sesampainya aku dirumah sakit, aku melihat istri dan mertua ku berada di ruang tunggu dengan wajah penuh kesedihan.
Rafif belum juga sadarkan diri, dokter masih menanganinya di ruang ICU.
Melihat kedatanganku istri dan mertua ku menangis kembali. Air mata mereka sudah tidak bisa di bendung.
Aku merasa terpukul.
Beberapa saat kemudian, seorang dokter keluar dari ruang ICU. Kami pun
segera berhambur menuju pintu keluar itu. Dokter mencoba menenangkan
kami.
Dokter itu pun mengatakan kalau nyawa Rafif tidak bisa terselamatkan,
kecelakaan yang di alami nya sangat parah. Kepala nya terbentur benda
keras yang mengakibatkan ia harus kehabisan darah.
Dokter telah berusaha untuk mencoba menyelamatkan Rafif, tapi kondisi nya yang sangat parah sudah tidak bisa tertolong lagi.
Istri dan Ibu mertua ku menangis histeris, ayah mertua ku hanya terdiam terpaku, air mata nya jatuh menetes.
Tak sadar aku pun meneteskan air mata.
Ya, Rafif akhirnya meninggal. Ia pergi dengan membawa amarah dan kekesalannya terhadapku.
Ia pergi dengan meninggalkan rasa bersalah yang begitu besar pada ku.
Rafif pergi dengan meninggalkan sejuta kenangan.
Aku benar-benar semakin terpukul, bukan saja karena Rafif itu adik
iparku satu-satu nya. Tapi juga, karena kami pernah punya hubungan
spesial.
Hubungan istimewa yang hanya menjadi rahasia kami berdua.
Hubungan yang penuh dosa dan air mata.
Hubungan yang akhirnya harus menjadi penyesalan sepanjang hidupku.
Aku tidak mampu berkata apa-apa lagi. Semau telah terjadi dan itu di luar kendali ku sebagai manusia biasa.
Mencoba bersikap biasa saja, seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa antara aku dan Rafif.
Aku hanya berharap semoga Rafif bisa memaafkan ku dan semoga ia tenang di alam sana.
Aku mencoba melupakan semua cerita yang pernah terukir antara aku dan adik iparku.
Mencoba menghapusnya dari setiap ingatanku. Walau aku tahu itu tidak mudah dan butuh waktu bertahun-tahun.
Aku pun berharap semoga ke depan nya aku akan jauh lebih berhati-hati dalam melangkah.
Semoga saja aku tidak terjerumus lagi dalam dunia kelam itu.
Semoga saja tidak ada lagi Rafif-rafif lain yang mencoba menggoda ku.
Ya, semoga saja....
Sekian...
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih