Saya Farid. Usia saya 18 tahun. Saat ini saya duduk di kelas 3 SMA. Saya
sekolah di sebuah sekolah favorit di kota P. Saya punya seorang guru
olahraga yang memiliki tubuh atletis. Namanya pak Afli. Saya suka dengan
pak Afli sejak kelas 2. Pak Afli sangat tampan dan gagah. Setiap jam
olahraga saya sering memperhatikannya. Menatapnya dari jauh. Apa lagi
pak Afli suka memakai celana training yang ketat, sehingga tubuh atletisnya terlihat sempurna.
Suatu pagi, saat jam olahraga. Saya berada diruang ganti sendirian.
Teman-teman yang lain sudah keluar duluan. Saya memang sedikit terlambat
untuk mengganti pakaian, karena saya tadi ada urusan dengan guru kelas.
Saya membuka baju kemeja putih saya dan akan menggantinya dengan baju
olahraga. Namun ketika saya hendak mengambil baju olahraga di dalam tas.
Tiba-tiba saya dikagetkan oleh suara pintu terbuka.
Saya terkesiap. Di depan pintu telah berdiri seorang laki-laki. Saya memang sengaja tak mengunci pintu karena buru-buru. Saya menatap orang itu.
"Pak Afli?" ucap saya setengah berteriak.
Laki-laki itu, pak Afli. Tak memperdulikan teriakan dan kekagetan saya. Dia tutup pintu itu dari dalam dan menguncinya.
Pak Afli melangkah pelan mendekati saya.
"Bapak ngapain disini?" tanya saya lagi,
melihat pak Afli semakin dekat. Saya menatapnya
Pak Afli hanya tersenyum. Dan senyum itu sangat menawan. Saya menyukai senyuman itu.
"kamu kenapa masih disini?" tanya pak Afli setelah ia sudah dekat, "taman-teman kamu sudah berkumpul di lapangan semuanya.."
Pak Afli hanya tersenyum. Dan senyum itu sangat menawan. Saya menyukai senyuman itu.
"kamu kenapa masih disini?" tanya pak Afli setelah ia sudah dekat, "taman-teman kamu sudah berkumpul di lapangan semuanya.."
"maaf, pak. Tadi saya ada urusan dengan buk Weni sebentar, jadi saya terlambat.." jawabku sedikit gugup.
baca juga :
Cerita gay : tukang panen
"kamu harusnya sudah berada di lapangan sepuluh menit yang lalu, Farid. Kamu jangan coba-coba bohongi saya, ya..""gak, pak. Saya gak bohong. Bapak bisa tanya buk Weni, kok."
"oke, kali ini Bapak percaya. Tapi kalai lain kali kamu terlambat lagi. Bapak tidak akan segan-segan untuk memberikan hukuman sama kamu..." pak Afli berujar sambil melangkah menuju pintu keluar.
Setengah hati saya merasa lega, namun setengah hati saya lagi tak rela melepaskan kepergian pak Afli pagi itu.
Biar bagaimana pun jarang-jarang aku bisa berdua dengan pak Afli, apa lagi dalam ruangan seperti tadi. Tapi ya sudahlah, mungkin memang belum saatnya. bathinku tersenyum kecut.
"hei Farid! Kamu kesini!" suara pak Afli mengagetkan lamunanku tentangnya.
He...he...he.... emang sih hampir setiap dan sepanjang jam olahraga, dalam pikiranku hanya ada pak Afli doang.
"ya, pak. Ada apa?" tanyaku ketika sudah berdiri di depan pak Afli yang sudah berkeringat.
"kamu sekarang push-up...!" perintah pak Afli.
"kenapa saya harus push-up, pak?"
"biar kamu gak loyo kayak gitu. Dari tadi saya perhatikan kamu hanya melamun saja..." jawab pak Afli dengan suara lantang, diiringi suara cekikikan dari teman-teman lain.
Setiap jam olahraga, aku memang selalu jadi bahan bullyan. Karena diantara teman-teman yang lain, tubuhku memang yang paling kurus.
Kami duduk agak jauh dari teman-teman yang lain.
"kamu harus rajin olahraga, makan teratur dan yang bergizi..." jawab pak Afli dengan suara khasnya yang serak-serak basah itu. "dan yang paling penting kamu harus rajin fitness..." lanjutnya.
"Bapak mau gak ngajarin saya fitnes..?" tanya saya sedikit bergetar.
"kalau kamu memang serius ingin latihan fitness, kamu bisa datang ke rumah Bapak. Saya punya banyak peralatan Fitnes di rumah..." jawab pak Afli lagi.
Hatiku langsung berbunga saat itu juga. Sungguh sebuah tawaran yang menggiurkan waktu itu. Selain saya bisa latihan fitnes untuk membentuk tubuh saya. Saya juga bakal bisa bertemu pak Afli setiap hari.
"tapi datangnya cukup tiga kali seminggu ya, karena Bapak juga punya kegiatan lain..." ucap pak Afli lagi, yang membuat saya sedikit kecewa.
Tapi tak apa-apa lah, setidaknya saya masih bisa ke rumah pak Afli tiga kali seminggu. Pasti bakal seru dan mengasyikan.
***********
Sejak saat itu saya pun rutin datang ke rumah pak Afli tiga kali seminggu, untuk latihan fitnes. Ternyata pak Afli sudah menikah dan punya seorang anak yang baru berusia tiga tahun.
Sejak saat itu saya pun rutin datang ke rumah pak Afli tiga kali seminggu, untuk latihan fitnes. Ternyata pak Afli sudah menikah dan punya seorang anak yang baru berusia tiga tahun.
Saya sedikit kecewa sih, karena saya pikir pak Afli masih lajang dan ia dirumah hanya sendirian.
Namun hal itu tidak jadi masalah, toh tujuan utama saya ke rumah pak Afli hanyalah untuk latihan fitnes. Dan lagi pula, ternyata pak Afli punya ruangan khusus untuk tempat olahraganya.
Di dalam ruangan itu, pak Afli melatih saya.
Pak Afli memang benar-benar guru yang baik, ia membimbing saya dengan sabar.Setelah hampir setahun, perlahan tubuh saya pun mulai terbentuk. Otot-otot saya sudah mulai terlihat menonjol, terutama di bagian dada. Saya tersenyum sendiri melihat tubuh saya dicermin. Hanya dengan latihan beberapa bulan lagi, tubuh saya akan persis seperti pak Afli.
Sekarang saya jauh lebih percaya diri, teutama saat jam olahraga.
Saya dan pak Afli pun semakin dekat dan akrab. Saya pun semakin mengagumi sosok pak Afli yang terlihat sempurna di mata saya.
Bersambung....
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih