Langsung ke konten utama

Adsense

Pacar pertama Raka...

Raka melangkah pelan, menuju rumah kost yang ada di gang itu. Ini pertama kalinya ia janji kencan dengan pacarnya. Namanya Dewa, teman satu kampusnya. Mereka jadian belum sampai seminggu, meski mereka sudah kenal sejak hari pertama kuliah. Sekarang mereka sudah semester tiga. Dewa adalah pacar pertama Raka. Karena sebelumnya Raka memang belum pernah pacaran, apalagi pacaran dengan sesama laki-laki.

 
 Saat Berolahraga, Lebih Baik Pakai AC atau Tidak?
 
Raka mengetuk pintu kamar itu. Pintu kamar kost Dewa yang terletak paling sudut. Pintu terbuka, Dewa sudah berdiri didepan pintu, dengan hanya memakai pakaian tidur. Namun Dewa masih terlihat sangat tampan malam itu, Raka takjub, karena biasanya ia hanya melihat Dewa memakai kemeja dan jeans. Tapi kali ini, Dewa memakai baju tidur tipis yang transparan, sehingga tubuhnya yang berotot itu terlihat jelas. Dan celana dalam Dewa juga terlihat jelas.

Bagi Dewa, Raka bukan pacar pertamanya. Ia sudah pernah beberapa kali pacaran, bahkan sejak ia SMA. Dewa menyukai Raka yang apa adanya, dan juga tampan. Di kampus, Raka cukup disukai para cewek, karena selain tampan dan cerdas, Raka juga memiliki tubuh yang atletis. Meski Dewa tahu, Raka belum pernah pacaran, karena Raka sendiri baru menyadari kalau dia penyuka sesama jenis, setelah ia mulai kuliah. Begitu cerita Raka padanya.


"hai.." sapa Raka, setelah lama mereka saling pandang. Dewa terkesiap dari lamunannya, lama ia menatap wajah tampan milik Raka. Raka terlihat sangat keren malam itu. Meski hanya memakai kaos oblong dan celana jeans, yang membuat tubuh kekarnya yang berotot terlihat gagah.
Dewa tersenyum manis, "ya. silahkan masuk, Ka.." jawabnya akhirnya.

Raka sedikit ragu. Karena sejujurnya ini pertama kalinya ia berkencan dengan sesama laki-laki. Tapi sepertinya Dewa sudah terbiasa dengan hal ini. Ia tahu seperti apa Dewa. Pria tampan yang cukup berpengalaman di dunia pelangi. Ia juga tahu, kalau Dewa sudah sering gonta-ganti pasangan. Tapi Raka tak peduli, ia sangat mengagumi sosok Dewa. Di matanya Dewa sangat tampan dan gagah.

Akhirnya Raka masuk. Dewa segera menutup dan mengunci kamar kost itu. Raka duduk di sisi ranjang kamar kost itu. Jantungnya berdegup tak karuan. Dewa berdiri didepannya dengan senyum sumringah, lalu kemudian duduk di samping Raka. Raka semakin gugup, detak jantungnya semakin kencang. Jujur, ini pertama kalinya ia berada dalam satu ruangan tertutup, seperti sekarang ini, dengan laki-laki sesama penyuka sesama jenis.

Dewa terlihat rileks, "mau minum?" tanya nya, sambil menatap Raka. "tapi cuma ada air putih.." lanjutnya. Raka tersenyum, "ya. boleh.." jawabnya dengan sedikit gugup.
Dewa berdiri melangkah menuju meja dan menuangkan segelas air putih. Raka menerima air itu dan mulai meneguknya perlahan.
Kamar kost itu cukup luas, ada kamar mandi di dalam, sebuah lemari baju, ranjang dan ada dapur kecil disamping kamar mandi.

Raka menghabiskan segelas air itu, kemudian menyerahkan gelas itu kembali kepada Dewa yang masih berdiri. Raka merasa sedikit tenang dan mulai bisa menguasai suasan hatinya yang tak karuan. Dewa duduk kembali disampingnya. Kali ini lebih dekat, hingga lengannya yang berotot dan terbuka itu bersentuhan dengan tangan kekar milik Raka.
Raka sedikit bergetar merasakan hal itu, tapi ia membiarkannya.
 
"kamu terlihat tampan sekali malam ini.." Raka akhirnya berkata, memecah kesunyian, setelah cukup lama mereka terdiam. Dewa tahu, Raka orang yang pendiam. Di kampus ia tak terlalu banyak bicara. Dewa tersenyum, mendengar pujian itu. Meski itu bukan pertama kali ia mendengar hal itu, tapi tetap saja ia tersanjung, karena ia tahu, Raka tulus mengungkapkannya. Tidak seperti kebanyakan cowok-cowok penyuka sesama jenis yang ia kenal sebelumnya, yang cuma memuji untuk maksud tertentu.

"kamu juga terlihat keren malam ini.." balas Dewa memuji Raka jujur. Raka tersenyum dan menatap wajah Dewa lama. Dewa membalas tatapan itu lalu kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Raka.
Raka kembali gugup, jantungnya berdebar kencang.

Malam itu untuk pertama kalinya Raka merasakan kehidupan gay-nya. Ia tak pernah menduga jika semuanya terasa begitu indah.

Sejak malam itu mereka jadi sering bertemu dan semakin mesra. Hubungan asmara mereka terjalin dengan indah ddan penuh warna. Raka selalu berusaha membuat Dewa bahagia. Dia tak ingin kehilangan Dewa. Baginya Dewa adalah cinta sekaligus pacar pertamanya.

Dan Dewa sendiri sudah tidak lagi suka bergonta-ganti pasanagan. Bagi Dewa kehadiran Raka sudah cukup membuatnya bahagia. Ia tidak ingin mengulang kesalahan di masa lalunya yang suram. Ia mencoba untuk tetap setia kepada Raka yang baik.

bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita gay : Sang duda tetangga baruku yang kekar

 Namanya mas Dodi, ia tetangga baruku. Baru beberapa bulan yang lalu ia pindah kesini. Saya sering bertemu mas Dodi, terutama saat belanja sayur-sayuran di pagi hari. Mas Dodi cukup menyita perhatianku. Wajahnya tidak terlalu tampan, namun tubuhnya padat berisi. Bukan gendut tapi lebih berotot. Kami sering belanja sayuran bersama, tentu saja dengan beberapa orang ibu-ibu di kompleks tersebut. Para ibu-ibu tersebut serring kepo terhadap mas Dodi. Mas Dodi selalu menjawab setiap pertanyaan dari ibu-ibu tersebut, dengan sekedarnya. Saya dan mas Dodi sudah sering ngobrol. Dari mas Dodi akhirnya saya tahu, kalau ia seorang duda. Punya dua anak. Anak pertamanya seorang perempuan, sudah berusia 10 tahun lebih. Anak keduanya seorang laki-laki, baru berumur sekitar 6 tahun. Istri mas Dodi meninggal sekitar setahun yang lalu. Mas Dodi sebenarnya pindah kesini, hanya untuk mencoba melupakan segala kenangannya dengan sang istri. "jika saya terus tinggal di rumah kami yang lama, rasanya terla

Adik Iparku ternyata seorang gay (Part 1)

Aku sudah menikah. Sudah punya anak perempuan, berumur 3 tahun. Usia ku sendiri sudah hampir 31 tahun. Pernikahan ku baik-baik saja, bahkan cukup bahagia. Meski kami masih tinggal satu atap dengan mertua. Karena aku sendiri belum memiliki rumah. Lagi pula, rumah mertua ku cukup besar. Aku tinggal dengan istri, anak dan kedua mertua ku, serta adik ipar laki-laki yang baru berusia 21 tahun.   Aku bekerja di sebuah perusahaan kecil di kota ini, sebagai seorang karyawan swasta. Gaji ku lumayanlah, cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecil kami. Mertua ku sendiri seorang pedagang yang cukup sukses. Dan istri ku tidak ku perbolehkan bekerja. Cukuplah ia menjaga anak dan mengurus segala keperluan keluarga. Aku seorang laki-laki normal. Aku pernah dengar tentang gay, melalui media-media sosial. Tapi tak pernah terpikir oleh ku, kalau aku akan mengalaminya sendiri. Bagaimana mungkin seorang laki-laki bisa merasakan kenikmatan dengan laki-laki juga? Aku bertanya-tanya sendiri mendengar ka

Cerita gay : Nasib cinta seorang kuli bangunan

Namaku Ken (sebut saja begitu). Sekarang usiaku sudah hampir 30 tahun. Aku akan bercerita tentang pengalamanku, menjalin hubungan dengan sesama jenis. Kisah ini terjadi beberapa tahun silam. Saat itu aku masih berusia 24 tahun. Aku bekerja sebagai kuli bangunan, bahkan hingga sekarang. Aku kerja ikut mang Rohim, sudah bertahun-tahun. Sudah bertahun-tahun juga, aku meninggalkan kampung halamanku. Orangtuaku hanyalah petani biasa di kampung. Kehidupan kami memang terbilang cukup miskin. Karena itu, aku hanya bisa sekolah hingga SMP. Setelah lulus dari SMP, aku mulai bekerja serabutan di kampung. Hingga akhirnya aku bertemu dengan mang Rohim, seorang laki-laki paroh baya, yang sudah sangat berpengalaman di bidang pertukangan. Aku ikut mang Rohim merantua ke kota dan ikut bekerja dengannya sebagai kuli bangunan. Sebagai seseorang yang memiliki kehidupan ekonomi yang pas-pasan, aku memang belumm pernah pacaran, sampai saat itu. Apa lagi sejak aku ikut mang Rohim bekerja. Tempat kerja kami y

Iklan google