Namanya Kamal. Saya sudah mengenalnya lama, bahkan jauh sebelum dia menikah dan punya anak. Dulu sering main kerumah, menginap. Menurut saya, Kamal sangat gagah, meski wajahnya biasa saja. Tapi dadanya bidang, dan perutnya sixpack. Kamal begitu kekar. Terus terang saya sering menghayal bercinta dengannya. Tapi dia cowok normal.
Setelah menikah, dia hampir tak pernah lagi jalan kerumah, apa lagi menginap. Saya mengerti. baginya saya hanya teman.
Setelah menikah, dia hampir tak pernah lagi jalan kerumah, apa lagi menginap. Saya mengerti. baginya saya hanya teman.
Namun akhir-akhir ini, kalau tidak salah sudah hampir 12 tahun setelah dia menikah, karena setahu saya anaknya sudah SMP sekarang, dia sekarang sering main kerumah lagi, meski tidak sampai menginap. Kamal yang saya kenal ini, suka sekali datang ke rumah tanpa memakai baju, hanya pakai celana, itupun celana pendek. Jadi dadanya yang bidang dan perutnya yang sixpack selalu kelihatan.
Menurut ceritanya sih, saat ini rumah tangganya lagi kurang harmonis. Penyebabnya katanya ekonomi yang tidak stabil. Begitu ceritanya. Tapi saya tak begitu peduli dengan semua itu. Saya hanya senang aja, bisa melihat badannya yang bagus itu kembali. Meski, tentu saja, saya hanya bisa melihatnya dan menghayalkannya.
Hingga suatu malam, ketika ia datang lagi kerumah. Saat itu hujan sangat deras. Ia sebenarnya tidak ada rencana menginap. Namun karena hujan tak kunjung reda, ia akhirnya ketiduran. Saya sengaja tidak membangunkannya.
Pada saat hampir tengah malam ia terbangun, hujan masih gerimis di luar. Ia bilang mau tidur disini saja, soalnya sudah larut. Dia takut pulang.
Saya sih, oke aja. Saat itu saya masih sibuk menyelesaikan pekerjaan saya pakai laptop. Ketika pekerjaan saya selesai, saya mau menutup laptop saya. Kamal yang ketika itu berbaring, segera duduk.
Menurut ceritanya sih, saat ini rumah tangganya lagi kurang harmonis. Penyebabnya katanya ekonomi yang tidak stabil. Begitu ceritanya. Tapi saya tak begitu peduli dengan semua itu. Saya hanya senang aja, bisa melihat badannya yang bagus itu kembali. Meski, tentu saja, saya hanya bisa melihatnya dan menghayalkannya.
Hingga suatu malam, ketika ia datang lagi kerumah. Saat itu hujan sangat deras. Ia sebenarnya tidak ada rencana menginap. Namun karena hujan tak kunjung reda, ia akhirnya ketiduran. Saya sengaja tidak membangunkannya.
Pada saat hampir tengah malam ia terbangun, hujan masih gerimis di luar. Ia bilang mau tidur disini saja, soalnya sudah larut. Dia takut pulang.
Saya sih, oke aja. Saat itu saya masih sibuk menyelesaikan pekerjaan saya pakai laptop. Ketika pekerjaan saya selesai, saya mau menutup laptop saya. Kamal yang ketika itu berbaring, segera duduk.
"Ada film blue gak dalam laptopnya?" tanyanya. Saya tahu, sejak dulu Kamal paling suka nonton film porno.
"ada.." jawabku singkat. Saya memang menyimpan beberapa video porno di laptop saya.
"aku lihat, ya..." katanya lagi.
"oh. Oke!. Silahkan." kataku.
Kamal sedang asyik menonton video porno. Video porno normal tentunya. Saya duduk disampingnya, sambil ikutan nonton, karena sudah lama juga saya tidak nonton.
Satu film berdurasi kurang lebih 20 menit selesai.
"ada yang lain?" tanyanya."yang lebih panjang?' lanjutnya.
Aku buka video porno berikutnya, dengan durasi lebih lama, kalau tak salah lebih satu jam.
Sekitar lima belas menit video itu diputar, saya melihat Kamal mulai gelisah.
Malam itu Kamal pun bercerita kalau dia sebenarnya sedang ada masalah dengan istrinya, sudah dua bulan ia dan istri pisah ranjang. Hal itu tentu saja membuat Kamal semakin gelisah tak karuan.
Saya pun memanfaatkan kesempatan tersebut dengan sangat baik....
Sebenarnya aku merasa sangat kasihan dengan Kamal. Padahal ia adalah pria baik, namun karena nasibnya yang kurang beruntung, ia sangat sulit mendapatkan pekerjaan.
Yah, sebenarnya persoalan Kamal dan istrinya hanyalah soal uang. Istrinya tidak bisa terima, karena Kamal sudah hampir tiga bulan menganggur.
Kamal bukannya tidak berusaha, namun memang saat ini mencari pekerjaan itu sangat susah, Apa lagi Kamal hanya lulusan SMP.
Selama ini Kamal hanya bekerja serabutan, kadang jadi tukang panen, kadang jadi buruh bangunan dan kadang jadi tukang parkir.
Mendengar cerita Kamal, saya pun merasa tersentuh untuk membantunya. Saya pun menyarankan Kamal untuk memanfaatkan keahliannya.
Kamal punya keahlian memangkas rambut. Jadi saya pun memberinya sedikit modal, dan menyuruhnya membuka usaha pangkas rambut.
Kamal pun setuju dan merasa sangat senang sekali.
Kami pun menjalin kerja sama, untuk membuka usaha pangkas rambut.
Kamal yang bekerja menjadi tukang pangkas, aku yang menyediakan tempat dan juga memodali untuk membeli peralatan pangkas.
Sejak saat itu, aku dan Kamal jadi semakin akrab, kami bahkan setiap hari bertemu. Saya merasa sangat bahagia bisa mendampingi Kamal saat ia sedang terpuruk.
Kamal tidak mau lagi kembali dengan istrinya, ia memilih untuk tinggal dan menetap di ruko kecil tempat usaha kami tersebut.
Saya pun kadang-kadang juga menginap disana...
(bersambung..)
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih