Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2023

Adsense

Nasib seorang pedagang sayur keliling (part 3)

Waktu masih terus bergulir, sudah hampir dua bulan istri ku wafat. Sudah dua bulan pula aku berusaha merawat anak ku sendirian. Beruntunglah ada Bima yang selalu membantu ku. Ia selalu ada saat aku membutuhkannya. Bima lah yang membiayai hidup kami, selama dua bulan ini. Biar bagaimana pun, aku sudah tidak bisa bekerja lagi, karena harus mengurus dan merawat anak-anak ku, terutama anak kedua ku yang masih berusia dua bulan tersebut. Dengan adanya Bima, aku jadi merasa sangat terbantu. Aku jadi tidak sendirian menghadapi ini semua. Bima juga kadang-kadang ikut membantu aku mengurusi anak-anak. Bima jadi sangat dekat dan sangat akrab dengan anak-anak ku. Dan aku pun merasa lebih kuat menjalani hari-hari ku. Namun cobaan hidup ku tidak cukup hanya sampai disitu. Aku pikir setelah kematian istri ku, cobaan hidup ku telah berakhir. Tapi ternyata aku salah. Cobaan itu masih terus datang dalam hidup ku. Berawal dari anak kedua ku yang jadi sering sakit-sakitan, dan harus sering di bawa ke rum

Nasib seorang pedagang sayur keliling (part 2)

Malam itu, aku pun mendatangi rumah Bima, untuk memenuhi undangannya pagi tadi. Bima menyambutku dengan senyum ramahnya. Ia segera mempersilahkan aku masuk dan duduk di ruang tamu rumahnya. "diminum kopi nya, mas Malik. Mumpung masih panas." tawar Bima, ketika ia akhirnya kembali dari dapur, dan membawa dua gelas kopi hangat dan sepiring kue basah dan juga beberapa buah pisang. "iya, Bim.." balas ku sambil mulai meminum kopi yang masih terasa sedikit panas tersebut. "kue nya juga boleh sekalian di cicipi, mas." Bima berucap lagi. Dengan perasaan masih merasa sungkan aku pun mencoba mencicipi kue tersebut. "gimana, mas? Enak kue nya? Itu buatan saya sendiri loh.." ucap Bima kemudian. "wah ini sih enak banget, Bim.." balas ku berusaha sesantai mungkin. Bima terlihat tersenyum puas, mendengar ucapan ku barusan. Jujur, kue itu memang terasa sangat enak di lidah ku. Apa lagi, aku memang jarang-jarang makan kue seperti itu. "kalau pisang

Nasib seorang pedagang sayur keliling (part 1)

Nama ku Malik. Dan aku seorang tukang sayur keliling. Aku jadi tukang sayur keliling sudah lebih dari 10 tahun. Aku berjualan sayur keliling sudah sejak aku masih lajang, hingga sekarang aku sudah menikah dan juga sudah punya seorang anak perempuan. Istri ku juga saat ini sedang hamil anak kedua kami. Aku dan keluarga kecil ku tinggal di sebuah perumahan sederhana. Sebuah rumah type 36, yang mulai aku kredit sejak aku masih lajang. Rumah itu sangat sederhana, namun cukup untuk bisa aku tempati bersama istri dan anak ku. Istri ku sendiri tidak bekerja. Ia hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Dulu, sebelum menikah dengan ku, istri ku pernah bekerja di sebuah mini market. Namun karena sudah menikah, ia terpaksa berhenti bekerja. Kehidupan kami sangat sederhana. Tapi kami saling cinta. Kami bahagia dengan pernikahan kami. Apa lagi semenjak kehadiran anak pertama kami. Kehidupan rumah tangga kami berjalan dengan baik. Meski secara ekonomi kami masih sering merasa kekurangan. Apa lagi kami

Pak Dirman, sopir pribadi ku (part 3)

Dua tahun akhirnya berlalu. Dua tahun hubungan jarak jauh antara aku dan pak Dirman, terjalin. Dua tahun yang cukup berat bagi ku. Berat karena harus menahan rindu kepada pak Dirman. Berat karena harus berpisah ribuan kilo dari nya. Meski pun komunikasi antara aku dan pak Dirma selama dua tahun tersebut, tetap berjalan dengan lancar. Meski pun selama dua tahun tersebut, hubungan kami tetap baik-baik saja. Namun, bagi ku, hidup terpisah jauh dari pak Dirman, adalah merupakan sebuah penyiksaan bathin yang sangat berat. Kini setelah dua tahun, dan setelah aku menyelesaikan masa kuliah ku, aku pun akhirnya kembali ke Indonesia. Aku juga sudah mulai bekerja di perusahaan papa ku. Aku kembali ke rumah. Dan aku kembali bersama pak Dirman. Sesuai janji papa dan mama, pak Dirman masih tetap tinggal dan bekerja bersama kami. Bahkan sekarang, ia kembali menjadi sopir pribadi ku. Yang selalu siap siaga mengantarkan aku ke kantor, atau kemana pun yang aku inginkan. Hubungan ku dan pak Dirman pun ju

Pak Dirman, Sopir Pribadi ku (part 2)

Dua tahun sudah hubungan ku dan pak Dirman, sopir pribadi ku tersebut, terjalin. Hubungan kami terjalin dengan sangat indah. Tidak ada waktu yang kami lewati tanpa kebersamaan. Dan aku merasa sangat bahagia dengan semua itu. Kini aku sudah lulus kuliah. Aku berharap, aku akan bisa mendapatkan kebebasan yang aku impikan selama ini. Tapi, di luar dugaanku, dan tanpa persetujuan dari ku, ternyata orangtua ku meminta aku untuk melanjutkan kuliah S2 ke Jerman. Untuk menambah ilmu dan pengalaman ku, dalam bidang bisnis. Aku tidak bisa menolak hal tersebut. Karena memang begitulah sejak dulu. Orangtua ku selalu memaksakan kehendaknya padaku. Semua keinginan mereka harus aku penuhi, tak peduli, seperti apa pun aku berusaha untuk menolaknya. Sebenarnya aku tidak masalah, sekalipun harus kuliah ke Jerman. Justru hal itu akan membuat aku merasa sedikit bebas. Hidup jauh dari orangtua, merupakan impian ku selama ini. Setidaknya aku bisa bebas melakukan apa saja yang aku ingin kan. Tapi... "ak

Pak Dirman, sopir pribadi ku part 1

Aku seorang mahasiswa, semester lima saat ini. Aku anak tunggal dari seorang pengusaha kaya. Hidupku memang bergelimang harta. Apa pun yang aku inginkan selalu di penuhi oleh orantua ku. Namun satu hal yang tidak aku miliki sampai saat ini ialah, kebebasan. Kebebasan untuk melakukan apa pun yang aku suka. Kebebasan untuk menikmati masa anak-anak, masa remaja bahkan masa-masa kuliah ku. Aku tidak punya kebebasan tersebut. Hidup terikat pada satu peraturan. Peraturan yang di buat oleh orangtua ku sendiri. Aku hanya boleh melakukan hal-hal yang sudah ditentukan untuk ku. Rutinitas ku setiap harinya, bahkan sejak kecil, sudah di atur sedemikian rupa oleh orangtua ku. Mulai dari dimana aku harus sekolah, les, kegiatan ekstrakurikuler dan jam belajar ku di rumah. Aku tidak punya kesempatan untuk menikmati waktu bermain bersama teman-teman sebaya ku. Sepulang sekolah, aku harus segera kembali ke rumah. Di rumah aku juga harus melaksanakan les dengan guru private ku. Dan pada hari-hari tertent

Iklan google