Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2022

Adsense

Aku, Dewa dan pak Arifin

Dewa terlihat menarik napas dalam, kemudian ia hempaskan dengan berat. Seperti ada beban yang ingin ia lepaskan. Aku masih menatapnya dengan rasa tak percaya. "aku tahu ini berat bagi kamu, Roy. Tapi aku memang harus pergi. Dan asal kamu tahu, ini juga tidak mudah bagi ku..." suara Dewa terdengar serak. "tapi apa tidak ada cara lain, Wa? Apa hanya itu satu-satunya cara?" tanya ku bergetar. "permintaan orangtua ku sudah bulat, Roy. Dan jika aku tidak memenuhinya, mereka pasti akan sangat kecewa." jelas Dewa kemudian. "bukan itu maksud ku, Dewa. Aku tidak masalah jika kamu memang harus kuliah ke Jerman, atau kemana pun. Tapi kenapa kamu harus mengakhiri hubungan kita, hanya karena kita akan terpisah oleh jarak dan waktu? Padahal semua itu tidak akan mengubah perasaan ku padamu.." kali ini aku berucap sambil sedikit tertunduk. Hati ku mulai meragu. Aku dan Dewa memang sudah menjalin hubungan asmara lebih dari dua tahun. Sejak kami duduk di kelas dua

Karena Nathan juga laki-laki ...

Dengan menaiki sebuah taksi, saya menuju alamat yang tadi di kirim kan mama. Mama memang meminta ku untuk mengantarkan pesanan kue ke rumah salah seorang pelanggannya. Kebetulan hari ini mama sedang menghadiri sebuah acara pesta pernikahan salah seorang temannya. Karena itu ia meminta aku yang mengantar pesanan kue tersebut. Mama memang memiliki usaha jualan kue secara online di rumah. Usaha itu ia jalankan sudah sejak lama, sudah bertahun-tahun. Setidaknya sejak papa meninggal lima tahun yang lalu. Dari hasil usaha itulah, mama mampu membiayai hidup kami berdua, dan juga untuk biaya aku kuliah. Papaku meninggal karena kecelakaan. Dulu ia bekerja di sebuah perusahaan kecil. Uang bantuan dari perusahaan dan juga uang asuransi yang mama terima atas kecelakaan yang menimpa papa, mama gunakan untuk modal membuka usaha jualan kue nya. Sudah lebih dari lima tahun papa meninggal. Saat itu aku masih kelas satu SMA. Sekarang aku sudah kuliah, memasuki tahun kedua. Selama ini aku hanya tinggal b

Bersama mas Baron si pedagang barang pecah belah

Aku memanggilnya mas Baron. Dia seorang laki-laki tampan yang baru aku kenal beberapa bulan yang lalu. Aku berkenalan dengan mas Baron, ketika aku diajak ibuku untuk menemaninya ke sebuah pasar tradisional yang berjarak tak begitu jauh dari gang tempat aku tinggal. Itu adalah kali pertamanya aku menemani ibu ke pasar. Karena biasanya ayah ku yang melakukannya. Namun karena saat ini ayahku sedang sakit, jadi aku yang diminta ibu untuk menemaninya ke pasar. Ibu memang selalu berbelanja kebutuhan dapur setiap pagi minggu. Ibu dan ayahku membuka warung sarapan pagi di depan rumah kontrakan kami. Dari warung tersebutlah sumber pendapatan utama keluarga kami. Penghasilan ayah dan ibu dari warung tersebut memang tidak seberapa, namun masih cukup untuk biaya hidup kami sehari-hari dan juga untuk membayar kontrakan rumah. Aku anak sulung dari empat bersaudara. Ketiga adik-adik ku masih kecil-kecil. Aku sekarang sudah duduk di tahun terakhir sebuah SMA. Beberapa bulan lagi aku akan lulus. Oke, k

Iklan google