Suatu saat saya pernah pergi liburan ke sebuah kota. Saya menyewa sebuah kamar hotel disana.
Kota yang saya kunjungi, memang cukup terkenal dengan pemandangan alamnya.
Ada banyak pantai yang bisa dikunjungi disana.
Selain pantai, juga ada banyak wisata alam lainnya, seperti bukit-bukit yang memang selalu ramai dikunjungi oleh para wisatwan, bahkan dari berbagai daerah.
Saya sengaja menyewa kamar hotel tersebut, selama beberapa hari, karena memang saya sudah menjadwalkan liburan saya kali ini.
Disana saya berkenalan dengan seorang bule. Orangnya tinggi besar, tubuhnya dipenuhi bulu-bulu yang sangat lebat.
Kami berkenalan tak sengaja, di salah satu pantai yang saya kunjungi.
Saat itu saya melihat bule tersebut sedang kebingungan, saya mencoba mendekatinya dan bertanya.
Bule tersebut, saat itu, hanya memakai celana pendek dengan dada yang terbuka, sehingga bulu-bulu di dada dan di perutnya terlihat.
Saya pun menyarankan si bule untuk melaporkan kejadian tersebut kepada petugas keamanan pantai.
Tapi si bule, meminta saya untuk menemaninya, karena ia tidak begitu fasih berbahasa Indonesia. Saya pun setuju untuk membantunya.
Sambil berjalan menuju pos keamanan pantai itu, kami teus mengobrol dan berkenalan.
Bule itu ternyata berasal dari negara Argentina. Si bule sempat menyebutkan nama kota tempat ia berasal, tapi saya tidak begitu mengingatnya, karena tidak terlalu familiar.
Dan ternyata juga, si bule ke Indonesia bersama beberapa orang teman. Namun hari itu ia berangkat ke pantai sendirian. Sementara teman-temannya ada kegiatan lain, begitu ia menjelaskan padaku waktu itu.
Tempat ia dan teman-temannya menginap cukup jauh. Ia harus naik kendaraan umum, lebih kurang satu jam dari pantai itu. Sementara semua uang dan peralatannya ada di dalam tas yang hilang tersebut.
Kami pun melaporkan hal tersebut kepada petugas keamanan.
Namun setelah menunggu lebih dari satu jam, tas tersebut tak jua berhasil ditemukan. Hari sudah pun mulai malam. Si bule kelihatan gelisah dadn putus asa.
Karena merasa kasihan, aku pun menawarkan si bule, untuk menginap di tempatku saja.
Hotel tempat saya menginap memang berada tidak begitu jauh dari pantai tersebut, bahkan bisa ditempuh hanya dengan berjalan kaki.
Saya merasa kasihan melihat si bule, ia tidak mungkin kembali ke tempat ia menginap dalam keadaan bertelanjang dada seperti itu.
Merasa tidak mungkin lagi menemukan tasnya, bule itu pun setuju.
Kami pun berjalan menuju hotel tempat saya menginap, sambil terus mengobrol.
Sesampainya di hotel, saya mempersilahkan si bule masuk. Menyuruhnya mandi dan berganti pakaian.
Sementara aku memesan beberapa makanan, untuk makan malam kami berdua.
Selesai mandi dan memakai pakaian yang saya pinjamkan, meski terlihat tidak cocok sebenarnya. Saya pun mengajak si bule untuk makan. Si bule awalnya mencoba menolak, karena mungkin merasa tidak enak hati. Tapi aku terus memaksanya.
Saya suka melihat si bule, selain karena tubuhnya yang kekar, ia juga memiliki wajah yang lumayan tampan. Saya bahkan sempat membayangkan, bisa mendekap tubuh kekar itu.
Si bule sebenarnya, ingin meminjam uang padaku, untuk ongkos ia kembali ke penginapannya. Ia ingin kembali malam itu juga.
Tapi saya mencoba menawarkannya untuk malam itu, ia bisa menginap dulu di tempat saya, dan esok paginya ia bisa kembali ke penginapannya.
Jujur, aku menawarkan si bule untuk menginap, itu hanyalah modus saya untuk terus bisa bersama si bule.
Meski dengan cukup berat, akhirnya si bule bersedia tidur di kamarku malam itu.
Dalam hatiku bersorak senang, setidaknya sekali seumur hidupku, aku pernah tidur seranjang dengan seorang bule.
Si bule orangnya cukup asyik, ia suka bercerita dan berbagi pengalamannya. Ia memang suka travelling bersama beberapa orang temannya.
Katanya juga, ini bukan kali pertamanya, ia berkunjung ke Indonesia.
Karena terlalu asyik mengobrol, tak sadar, ternyata hari sudah semakin larut. Rasa kantuk pun mulai menyerang kami berdua.
Kami segera berbaring diatas ranjang kamar hotel itu.
Ranjang tersebut tidak terlalu luas, karena memang saya sengaja mengambil kamar yang sedikit kecil.
Saat kami berbaring, bahu kami hampir saling bersentuhan.
Dengan sedikit modus, aku sengaja mendekatkan bahuku ke bahu si bule, hingga bahu kami benar-benar bersentuhan. Aku merasa bahu si bule begitu hangat.
Si bule melirikku, kemudian ia tersenyum. Senyum yang sangat menggoda. Dadaku bergemuruh hebat.
Si bule terus tersenyum menatapku, repleks aku pun semakin merapatkan tubuhku.
Dan si bule ternyata sangat mengerti. Ia memiringkan tubuhnya kearahku, sambil terus menatapku tersenyum.
Perlahan wajah kami saling mendekat. Tangan kekar si bule pun mulai beraksi.
Saya menyambutnya dengan hati yang bersorak gembira.
Tak kusangka malam itu, aku bisa merasakan kehangatan dari si bule. Malam itu terasa indah bagiku. Kami melakukannya berkali-kali, hingga kami pun tertidur pulas dengan senyum penuh kepuasan.
**********
Paginya aku pun terbangun. Aku tak melihat si bule ada disampingku.
Aku coba memanggilnya, namun tak ada sahutan.
Aku bangkit dan mencoba melihat ke kamar mandi. Si bula juga tidak berada di sana.
Pikiran buruk mulai menghantuiku.
Aku melihat ke atas meja. Tapi aku tak melihat dompet dan handphone yang sengaja aku taruh disana tadi malam.
Aku mengedarkan pandangan lagi. Tapi memang si bule ternyata sudah melarikan dompet dan handphone-ku.
Aku terduduk lesuh di atas ranjang, antara menyesal dan kesal.
Tak pernah terpikir olehku, jika aku akan ditipu oleh seorang bule.
Aku menyesal karena harus kehilangan dompet dan handphone-ku.
Tapi sejujurnya disisi hatiku yang lain, harus aku akui kalau aku begitu menikmati permainan kami tadi malam.
Aku sebenarnya sangat ingin berterima kasih kepada si bule, karena telah memberikanku sebuah pengalaman yang indah. Meski aku harus kehilangan barang-barangku yang berharga.
Itulah pengalamanku dengan seorang bule gadungan.
Meski aku merasa ditipu, tapi setidaknya aku pernah merasakan tidur bersama seorang bule.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih