Ken terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Ia besar dan tumbuh dari keluarga yang serba kekurangan. Orang tuanya hanya seorang petani biasa. Ditambah lagi Ken punya empat orang adik.
Orang tua Ken tak mampu membiayai sekolah Ken, sehingga ia hanya sekolah sampai tamat SD.
Selepas menyelesaikan Sekolah dasar, Ken terpaksa harus bekerja keras membantu kedua orang tuanya. Ken sudah terbiasa bekerja keras sejak kecil.
Tumbuh dewasa, Ken menjadi seorang buruh bangunan.
Dia harus tetap bekerja keras, agar adik-adiknya bisa tetap sekolah. Dan juga membantu orang tuanya yang sudah mulai sering sakit-sakitan.
Suatu saat Ken diajak oleh pak Tatang, untuk bekerja di kota.
"ada proyek cukup besar di sana." jelas pak Tatang. "kita akan membangun sebuah perumahan yang cukup banyak.." lanjut pak Tatang lagi. Selama ini Ken memang bekerja ikut pak Tatang, seorang buruh bangunan yang sudah cukup berpengalalan. Pak Tatang sudah berkeluarga dan sudah mempunyai tiga orang anak. Ken dan pak Tatang memang tinggal satu kampung.
"berapa lama?" tanya Ken cukup bersemangat, mengingat ia jarang sekali pergi ke kota.
"yah, paling tidak sembilan atau sepuluh bulan lah..' jawab pak Tatang.
"oke! Saya ikut.." balas Ken lagi.
Dua hari kemudian Ken dan pak Tatang berangkat ke kota. Mereka sampai sekitar jam lima sore. Di sana sudah ada beberapa orang buruh bangunan lainnya yang berasal dari berbagai daerah.
Mereka tinggal di sebuah rumah tak jauh dari proyek perumahan tersebut. Ada sekitar lima belas orang mereka yang tinggal disana, dengan satu orang kepala tukang.
Menjelang istirahat malam, mereka saling berkenalan dan ngobrol. Esok mereka sudah mulai bekerja.
***************
"nama saya Fhandi Nugraha, panggil saja Fhandi. Tidak usah terlalu formal. Saya adalah mandor kalian, selama pembangunan perumahan ini.." seorang laki-laki muda berdiri dihadapan Ken dan teman-teman buruh lainnya, yang telah berbaris acak di depan rumah tempat mereka tinggal. "saya ingin kalian bekerja dengan sebaik-baiknya. Jika ada keperluan apa pun, silahkan datangi saya." lanjut laki-laki itu tegas.
"saya tinggal di samping rumah ini.." laki-laki itu mengarahkan pandangannya ke sebuah rumah yang berada tak jauh dari tempat Ken dan teman-temannya tinggal.
"saya rasa cukup untuk hari ini! Sekarang mari kita mulai bekerja.." laki-laki itu berbicara lagi, sambil mulai melangkah menuju lahan perumahan tersebut.
Hampir sebulan Ken bekerja di sana. Hingga suatu malam, matanya enggan tertidur. Ken memutuskan untuk keluar dan berjalan sebentar.
Namun belum beberapa langkah ia meninggalkan rumah tempat ia tinggal, tiba-tiba ia bertemu dengan Fhandi Nugraha, mandor kerjanya.
"mau kemana?" tanya Fhandi ringan.
"oh.. saya cuma mau keliling aja, bang..." jawab Ken sedikit gugup.
"gak bisa tidur ya..?" tanya Fhandi lagi.
Ken hanya mengangguk.
"sama kalau begitu." Fhandi berkata lagi dengan sedikit menarik napas.
"bagaimana kalau kita ngobrol di rumah saya saja..?" tawar Fhandi akhirnya, karena melihat Ken hanya terdiam.
"ngapain?"
"yah, ngobrol. Nonton, atau sekedar minum-minum.."
Ken berpikir sejenak, lalu perlahan mengangguk.
Mereka duduk di ruang tamu rumah Fhandi yang cukup luas. Disana terdapat sebuah sofa yang cukup empuk dan nyaman. Di ruang tamu itu, juga ada sebuah televisi yang bisa memutar DVD.
Sambil menikmati beberepa cemilan dan juga minuman dingin Ken dan Fhandi menonton sebuah film barat yang sengaja diputar Fhandi.
"kamu sudah menikah?" tanya Fhandi kepada Ken yang sedari tadi hanya terdiam.
Perlahan Ken pun menggeleng ringan.
"kenapa belum?" tanya Fhandi lagi, "sayang, loh. Padahal kamu itu tampan dan atletis..." lanjutnya dengan suara serak.
"belum laku saya bang, mungkin karena saya bukan orang kaya seperti bang Fhandi.." jawab Ken akhirnya.
"saya aja juga belum laku, Ken..." balas Fhandi cepat.
"oh.." Ken membulatkan bibir.
"tapi kamu punya pacar, kan?" tanya Fhandi lagi, setelah cukup lama mereka terdiam. Suara yang keluar dari televisi, membuat mereka jadi sering diam.
"punya bang di kampung.." jawab Ken lugas.
"pasti cantik ya?"
"ah, gak juga bang. Biasa aja..."
"kamu mau gak kalau saya ajak pacaran?" tanya Fhandi lagi dengan spontan.
"maksud bang Fhandi?" kening Ken berkerut.
"iya. Kamu mau gak pacaran sama saya? soalnya dari awal saya lihat kamu, saya sudah suka sama kamu.." jelas Fhandi blak-blakan, yang membuat Ken jadi serba salah.
Lama Ken terdiam. Pikirannya menerawang tak menentu. Ia tak menyangka kalau Fhandi yang memiliki tubuh atletis itu adalah seorang gay.
Namun sebagai bawahannya, Ken merasa tidak enak hati harus menolak keinginan Fhandi.
"kamu mau gak?" Fhandi mengulang pertanyaannya.
Ken semakin bingung.
Di satu sisi ia adalah seorang laki-laki normal, bagaimana mungkin ia bisa pacaran dengan Fhandi. namun disisi lain, ia juga merasa takut kehilangan pekerjaannya, jika ia menolak keinginan Fhandi.
Apakah yang harus Ken lakukan saat ini?
Bersambung...
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih