Langsung ke konten utama

Adsense

cerita gay : Prabu dan tukang pijit yang kekar

Prabu masuk ke dalam kamar kost nya dengan gontai. Hari ini ia merasa begitu lelah. Pekerjaannya hari ini begitu menguras tenaga. Prabu bekerja di sebuah toko bangunan menjadi seorang buruh angkat barang, sudah hampir 3 tahun ia bekerja disana. Prabu sengaja mengambil kost, tak jauh dari tempat ia bekerja. Supaya lebih cepat pergi maupun pulang kerjanya.
Prabu berasal dari daerah jawa sana, ia sudah hampir 5 tahun merantau ke P****B***. Orang tuanya sudah lama meninggal. Prabu hanya tinggal sebatang kara. untuk itulah ia harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri.
Meski pun masih lajang, saat ini Prabu sudah berumur hampir kepala tiga. Kebutuhan hidupnya tidak terlalu besar. Namun ia tetap harus kerja keras, demi masa depannya. Karena ia hanya lulusan SMP.

Cerita gay

Sesampainya di dalam kamar kost nya, Prabu berbaring sebentar melepas lelah. Sebelum akhirnya ia mandi dan makan malam dengan makanan yang ia beli diperjalanan pulang tadi.
Setelah selesai makan, seperti biasa Prabu menghisap sebatang rokok sambil rebahan. Namun ia masih merasa begitu capek. Sambil berbaring Prabu membuka handphone nya dan membuka situs jasa pijit.

Dia mencari-cari info tukang pijit yang ada di Kota itu. Sampai ia akhirnya menemukan seorang yang menurutnya cocok. Dan ia pun menghubungi orang tersebut melalui telepon selularnya.
Setelah menjelaskan alamat tempat tinggalnya kepada tukang pijit itu, Prabu kemudian menutup teleponnya. Dan berbaring lagi, sambil menunggu si tukang pijit itu datang.
Setengah jam kemudian, Prabu mendengar ketukan di pintu kamar kostnya, sontak ia berdiri dan membuka kan pintu. Di depannya telah berdiri seorang laki-laki yang berparas tampan dan berpostur tubuh yang atletis dan tersenyum padanya begitu manis.

  "Prabu, kan?" tanya orang tersebut.
"Iya. Saya!" jawab Prabu sedikit gugup.
Orang tersebut kemudian menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Prabu pun menjabat tangan orang tersebut dengan ramah.
"Saya Galih!" tegas suara orang tersebut. "Tukang pijit yang abang panggil tadi..." lanjutnya menjelaskan.
"Oh. Iya!" balas Prabu. "Silakan masuk..." lanjutnya lagi, sambil membuka kan pintu lebih lebar, agar Galih, tukang pijit itu bisa masuk.
Setelah Galih berada di dalam kamar nya, Prabu kembali menutup pintu kamarnya dan menguncinya.
"Langsung aja ya, bang?!" ucap Galih kemudian, masih dalam keadaan berdiri.
"Iya" jawab Prabu.
"udah pernah pijit sebelumnya, bang?" tanya galih lagi.
"udah! Tapi udah lama gak.." balas Prabu.
"Oh. Oke! Silahkan buka pakaiannya, bang!" lanjut Galih.
"Semuanya?!" tanya Prabu, semakin grogi.
"He..he.. Iyalah bang, kan mau pijit. Kecuali Celana dalamnya gak apa-apa dipakai." Galih menjelaskan.

Prabu memperlihatkan senyuman manisnya. Sambil bersegera membuka baju dan celananya.
Kemudian ia berbaring hanya mengenakan celana dalam.
"tengkurap dulu, bang" kata Galih. "Maaf ya bang, saya buka baju sama celana saya.." lanjut Galih. "Tapi saya pake celana pendek, kok." katanya lagi.
"Oh. Gak apa-apa" balas Prabu, sambil mulai tengkurap. Namun ia masih sempat melihat dengan jelas dada bidang milik Galih, ketika Galih membuka baju. Galih terlihat begitu kekar. Mungkin ia suka Fitnes, bathin Prabu.
Dada Prabu semakin bergemuruh. Ia tak menyangka bisa bertemu tukang pijit yang tampan, gagah dan kekar di kota ini. Biasanya tukang pijit yang ia panggil, banyak yang peminim.

Prabu merasakan kehangatan ketika tangan Galih mulai menyentuh punggungnya. Terasa sekali pijatannya enak. Setelah punggung, Galih mulai memijat kaki Prabu.
setelah selesai bagian belakang, Galih meminta Prabu untuk membalikkan badan dan telentang. Prabu pun telentang, dan saat itu ia bisa melihat dengan jelas wajah tampan milik Galih serta tangan kekar Galih yang memijatnya. Dimulai dari kakinya, Galih memijatnya pelan-pelan. Prabu merasa begitu nyaman, capeknya sudah mulai berkurang.

Bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita gay : Sang duda tetangga baruku yang kekar

 Namanya mas Dodi, ia tetangga baruku. Baru beberapa bulan yang lalu ia pindah kesini. Saya sering bertemu mas Dodi, terutama saat belanja sayur-sayuran di pagi hari. Mas Dodi cukup menyita perhatianku. Wajahnya tidak terlalu tampan, namun tubuhnya padat berisi. Bukan gendut tapi lebih berotot. Kami sering belanja sayuran bersama, tentu saja dengan beberapa orang ibu-ibu di kompleks tersebut. Para ibu-ibu tersebut serring kepo terhadap mas Dodi. Mas Dodi selalu menjawab setiap pertanyaan dari ibu-ibu tersebut, dengan sekedarnya. Saya dan mas Dodi sudah sering ngobrol. Dari mas Dodi akhirnya saya tahu, kalau ia seorang duda. Punya dua anak. Anak pertamanya seorang perempuan, sudah berusia 10 tahun lebih. Anak keduanya seorang laki-laki, baru berumur sekitar 6 tahun. Istri mas Dodi meninggal sekitar setahun yang lalu. Mas Dodi sebenarnya pindah kesini, hanya untuk mencoba melupakan segala kenangannya dengan sang istri. "jika saya terus tinggal di rumah kami yang lama, rasanya terla

Adik Iparku ternyata seorang gay (Part 1)

Aku sudah menikah. Sudah punya anak perempuan, berumur 3 tahun. Usia ku sendiri sudah hampir 31 tahun. Pernikahan ku baik-baik saja, bahkan cukup bahagia. Meski kami masih tinggal satu atap dengan mertua. Karena aku sendiri belum memiliki rumah. Lagi pula, rumah mertua ku cukup besar. Aku tinggal dengan istri, anak dan kedua mertua ku, serta adik ipar laki-laki yang baru berusia 21 tahun.   Aku bekerja di sebuah perusahaan kecil di kota ini, sebagai seorang karyawan swasta. Gaji ku lumayanlah, cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecil kami. Mertua ku sendiri seorang pedagang yang cukup sukses. Dan istri ku tidak ku perbolehkan bekerja. Cukuplah ia menjaga anak dan mengurus segala keperluan keluarga. Aku seorang laki-laki normal. Aku pernah dengar tentang gay, melalui media-media sosial. Tapi tak pernah terpikir oleh ku, kalau aku akan mengalaminya sendiri. Bagaimana mungkin seorang laki-laki bisa merasakan kenikmatan dengan laki-laki juga? Aku bertanya-tanya sendiri mendengar ka

Cerita gay : Nasib cinta seorang kuli bangunan

Namaku Ken (sebut saja begitu). Sekarang usiaku sudah hampir 30 tahun. Aku akan bercerita tentang pengalamanku, menjalin hubungan dengan sesama jenis. Kisah ini terjadi beberapa tahun silam. Saat itu aku masih berusia 24 tahun. Aku bekerja sebagai kuli bangunan, bahkan hingga sekarang. Aku kerja ikut mang Rohim, sudah bertahun-tahun. Sudah bertahun-tahun juga, aku meninggalkan kampung halamanku. Orangtuaku hanyalah petani biasa di kampung. Kehidupan kami memang terbilang cukup miskin. Karena itu, aku hanya bisa sekolah hingga SMP. Setelah lulus dari SMP, aku mulai bekerja serabutan di kampung. Hingga akhirnya aku bertemu dengan mang Rohim, seorang laki-laki paroh baya, yang sudah sangat berpengalaman di bidang pertukangan. Aku ikut mang Rohim merantua ke kota dan ikut bekerja dengannya sebagai kuli bangunan. Sebagai seseorang yang memiliki kehidupan ekonomi yang pas-pasan, aku memang belumm pernah pacaran, sampai saat itu. Apa lagi sejak aku ikut mang Rohim bekerja. Tempat kerja kami y

Iklan google